Senin, 30 September 2013

KOPI Rp 2000 AJA ENAK KOK.....

“Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh 10:10) Banyak orang Katolik yang terpengaruh oleh teologi sukses sering mengatakan bahwa jika kita dekat dengan Tuhan maka Dia akan melimpahkan segalanya. Dasar argumen mereka adalah ayat di atas dan masih banyak ayat lain terutama dalam Perjanjian Lama. Teologi sukses memang menekankan adanya imbalan dari Allah berupa materi bagi siapa saja yang dekat denganNya. Mereka juga mengatakan bahwa bila kita memberi untuk Allah maka akan mendapatkan ganti 100 kali lipat. Atau jika mereka terus berdoa maka Allah akan memberikan apa yang mereka butuhkan secara berkelimpahan. Pendek kata semua ditekankan pada pemenuhan kehidupan duniawi. Banyak teolog yang sudah menyanggah ajaran teologi sukses, sebab ada jutaan orang pengikut Kristus yang hidup dalam kemiskinan dan penindasan. Jika pengikut Kristus pasti kaya atau mendapat kelimpahan dari Allah, maka akan ada jutaan pengikut Kristus yang kecewa, sebab mereka masih berada dibawah garis kemiskinan. Dulu salah satu yang membuat Karl Marx jengkel dengan ajaran agama adalah agama dianggap telah menina bobokkan umatnya dengan janji-janji kebahagiaan di surga meski di dunia ini menderita. Baginya kemakmuran harus dirasakan oleh rakyat saat ini di dunia. Bukan nanti setelah mati. Kesejahteraan hanya dapat diraih melalui revolusi dimana rakyat berkuasa dan semua kekayaan dibagi rata. Maka dia mengatakan agama adalah candu bagi masyarakat. Suatu bentuk peninabobokan masyarakat akan situasi hidupnya yang menderita sehingga para kapitalis tetap dapat hidup tenang. Aku bukan pengikut Karl Marx juga bukan pengikut teologi sukses. Aku percaya bahwa orang yang dekat dengan Allah maka dia akan mendapatkan kelimpahan. Hal ini bukan berarti bahwa dengan beriman aku akan mendapatkan kekayaan berlimpah seperti ajaran para penganut teologi sukses. Iman bukan untuk mencari kekayaan. Tetapi aku juga tidak percaya bahwa janji Allah hanya dipenuhi pada saat setelah mati, sebab ajaran agama bukan hanya untuk hidup setelah mati, tetapi juga saat hidup di dunia ini. Kelimpahan dari Allah harus sudah aku rasakan saat ini. Menurutku jika orang dekat dengan Allah maka dia akan mensyukuri segala sesuatu yang dia terima dari Allah. Dia bersyukur ketika hujan. Dia juga bersyukur ketika panas. Dia bersyukur atas semua penghasilan yang diterimanya hari ini. Jika hari ini mendapat Rp 10.000 dia akan bersyukur, tetapi dia akan terus berjuang bagaimana caranya agar mendapatkan Rp 15.000. Tidak berhenti dengan apa yang diperolehnya saat ini. Bersyukur itu bukan hanya pasif atau menerima begitu saja situasi dan kondisi hidup kita dengan mimpi bahwa suatu saat kita akan mendapat kelimpahan dari Allah. Bersyukur itu tetap menuntut kita untuk aktif berjuang keluar dari situasi hidup yang kurang bagus. Apapun hasil dari perjuangan ini kita syukuri sebagai berkat Allah yang berlimpah dalam hidup kita, sehingga kita tidak mudah protes atau mengeluh. Dengan dekat dengan Allah maka kita akan melihat bahwa segala yang kita terima saat ini adalah berkat yang berlimpah dari Allah meski mungkin itu hanya kopi seharga Rp 2000 saja. Semua hal meski sederhana akan kita terima dengan penuh syukur bila kita melihatnya sebagai berkat dari Allah. Kedekatan dengan Allah membuat hidup kita penuh kelimpahan bukan diartikan bahwa kita akan menjadi kaya raya tetapi kita bisa melihat semua yang kita alami, hadapi, terima, nikmati dan sebagainya sebagai berkat dari Allah yang berlimpah dalam hidup kita.

Rabu, 18 September 2013

MEMBANGUN KERAJAAN ALLAH

“Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.” (Luk 12:31)

Ayat ini sering diucapkan oleh orang-orang yang mengajak orang lain untuk melakukan pelayanan. Orang yang diajak menolak sebab merasa bahwa waktunya sudah habis untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup. Maka orang yang mengajak akan mengutip ayat ini. Dia hendak menekankan bahwa kita tidak perlu kuatir akan kebutuhan pokok kita, sebab bila kita mencari Kerajaan Allah maka semua itu akan dicukupkan oleh Allah. Memang pada ayat-ayat sebelumnya tertulis bahwa Allah tahu akan kebutuhan pokok kita sehingga kita tidak perlu cemas. Hal ini dipertentangkan dengan orang yang tidak percaya pada Allah. Mereka cemas tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Pemahaman ini bagiku dapat menjadi bumerang. Dalam pelayanan tidak jarang orang akan menghadapi aneka masalah. Perpecahan dalam komunitas, fitnah, waktu yang banyak tersita, dan sebagainya. Belum lagi soal ekonomi yang dapat menjadi semakin sulit. Akibatnya orang menganggap ayat ini salah atau hanya sebuah peninabobokan belaka. Inilah bahayanya bila ayat-ayat Kitab Suci dikaitkan dengan janji kemakmuran. 

Tetapi apakah ayat itu salah? Firman Allah tidak pernah salah. Kitalah yang sering menafsirkan secara salah. Menurutku, yang tentu saja dapat salah, ayat itu benar sejauh diterapkan secara benar dalam kehidupan. Allah memerintahkan agar kita pertama-tama mencari Kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukan hanya situasi setelah mati atau surga, melainkan juga komunitas di dunia yang hidup seperti yang diajarkan oleh Yesus. Komunitas yang hidupnya berdasarkan kasih pada Allah dan sesama seperti kasih pada dirinya sendiri. Dengan kasih ini mereka akan berbagi, solider, melayani dan sebagainya. Komunitas inilah yang perlu dibangun. Jika kita hidup dalam komunitas seperti ini maka kita tidak perlu kuatir akan kekurangan, sebab setiap orang akan berani berbagi miliknya. Hal ini bukan berarti kita tidak perlu bekerja sehingga kita bergantung pada orang lain. Rasul Paulus melihat hal itu maka dia dengan tegas mengatakan “Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (2Tes 3:10). Sebaliknya kita harus bekerja keras agar dapat berbagi. “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” (Ef 4:28). Tetapi bila segala daya upaya kita menemui jalan buntu dan gagal, maka kita akan dapat tetap tenang sebab ada komunitas yang siap berbagi.

Dengan demikian ayat ini benar sejauh kita berupaya membangun Kerajaan Allah. Pembangunan Kerajaan Allah adalah pembangunan budaya kasih dalam masyarakat. Saat ini di negara kita yang berdasarkan agama, banyak sekali orang kelaparan, sakit tidak dapat berobat dan hidup dalam aneka kemiskinan. Mereka sudah berjuang keras agar dapat hidup lebih baik, tetapi usaha mereka gagal karena tidak ada kesempatan, ditindas dan dimanipulasi oleh pemilik modal atau penguas dan sebagainya. Disisi lain ada orang hidup berkelimpahan yang memboroskan uang demi kenikmatan atau gengsi, misalnya pejabat membeli jam tangan seharga 100 juta, pesta hari raya menghabiskan dana 1 M, dan sebagainya. Orang miskin akan tetap menjadi miskin dan bahkan mungkin semakin miskin sebab orang kaya semakin serakah. Jika ayat ini kita terapkan dalam kehidupan maka rakyat kita akan sejahtera, sebab orang yang kaya berani berbagi pada orang miskin dan orang miskin tetap berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah tugas kita yaitu membangun Kerajaan Allah. Jika kehidupan masyarakat sejahtera maka kita pun akan sejahtera.
Powered By Blogger