Rabu, 11 April 2012

KISAH SENGSARA DI SERAWAI: KAYAFAS


Dalam kisah sengsara perhatian orang banyak terpusat pada beberapa pribadi yang dianggap biang keladi atau orang jahat. Pertama adalah Yudas Iskariot seorang murid yang mengkhianati gurunya, Petrus murid yang menyatakan akan berani mati tetapi akhirnya menyangkal gurunya dan Pilatus pemimpin Romawi yang menyerahkan Yesus pada pengadilan rakyat yang membenciNya setelah menyiksannya dengan keji. Ketiga tokoh ini banyak dibahas dan disalahkan, terutama Yudas Iskariot. Tetapi jarang sekali orang membahas sumber masalahnya yaitu Kayafas.

“Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: "Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.” (Yoh 18:14). Memang apa yang dikatakan Kayafas ini hanya ada dalam Injil Yohanes. Dalam Injil Matius para imam kepala berkumpul di rumah Kayafas untuk merencanakan penangkapan Yesus dengan keputusan agar tidak pada saat perayaan Paskah agar tidak menimbulkan kekacauan. “Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia.” (Mat 26:3-4). Injil Markus tidak sekalipun menyebut Kayafas sedangkan Injil Lukas hanya sekali menyebut nama Kayafas yaitu pada saat Yesus lahir. Mungkin oleh karena tidak ditulis oleh semua Injil maka peran Kayafas terlewatkan dari perhatian orang.

Jika melihat apa yang dikatakan oleh Kayafas pada Injil Yohanes maka jelaslah bahwa ide pembunuhan Yesus itu dimunculkan oleh Kayafas. Dialah orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan Yesus dan penyusun skenarionya. Kayafas sebagai imam kepala sangat berkepentingan atas kematian Yesus, sebab tindakan dan ajaran Yesus telah mampu menarik banyak orang sehingga mereka mengikutiNya. “Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.” (Yoh 12:10-11). Kehadiran Yesus telah menggoyahkan kedudukan dan posisi para imam di dalam masyarakat Yahudi. Mereka yang semula ditaati, dihargai dan mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Yahudi, kini mulai kehilangan pengaruhnya. Satu-satunya jalan untuk mengembalikan semua itu adalah dengan menghilangkan Yesus.

Jika semakin banyak rakyat yang lebih percaya pada Yesus daripada para imam dan mereka mengikuti Yesus, maka para imam akan kehilangan banyak pemasukan. Imam kepala atas persetujuan kekuasaan Romawi menguasai bait Allah. Sebetulnya bait Allah bukan hanya pusat keagamaan dan adat melainkan juga pusat perputaran uang. Ada pajak bait Allah yang dibebankan pada rakyat, “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?” (Mat 17:24). Bait Allah juga menjual hewan yang akan dipersembahkan pada bait Allah dengan harga yang berlipat lipat sehingga Yesus mengatakan sebagai sarang penyamun. "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." (Mat 21:13). Bait Allah juga menerima persembahan-persembahan dari umat. Maka di bait Allah ada banyak uang. Jika semakin banyak orang meninggalkan para imam dan bait Allah maka para imam akan kehilangan pemasukan uang. Dengan demikian pembunuhan Yesus adalah usaha Kayafas untuk memulihkan posisi imam kepala di dalam masyarakat Yahudi dan menyelamatkan pemasukan uang yang dapat hilang..

Kayafas bukanlah satu-satunya orang yang melakukan cara-cara kejam mengurbankan sesamanya dengan berlindung dibalik nasionalisme, hukum agama, adat istiadat dan sebagainya demi mempertahankan kedudukan, pengaruh dan pemasukannya. Sampai saat ini terus bermunculan Kayafas-Kayafas baru dalam berbagai versi. Kurban pun terus berjatuhan. Dalam perjalanan sejarah bangsa kita pun hadir Kayafas-Kayafas yang tega menghilangkan atau membunuh orang yang berani mengusik kedudukannya. Munir, Wiji Thukul, Petrus Bima dan sebagainya adalah deretan kurban yang dianggap dapat mengusik kedudukan seseorang. Masih banyak lagi kurban yang tidak sampai dibunuh atau dihilangkan tapi dimatikan kehidupan sosialnya.

Kayafas menghasut rakyat untuk membunuh Yesus agar kepentingannya tetap terjaga. Dalam melakukan usahanya itu Kayafas bekerja sama dengan kaum Farisi, ahli Taurat, tua-tua bangsa dan penjajah Romawi. Mereka berhasil menghasut rakyat agar Yesus dihukum mati. Di sini pun ada Kayafas yang menghasut rakyat untuk membunuh secara sosial siapa saja yang berani melawan kehendaknya untuk menguasai tanah. Dia bekerja sama dengan para ketua adat yang menguasai hukum adat, pemerintahan yang menguasai hukum negara dan aparat kepolisian yang menegakkan hukum negara. Seperti Kayafas yang membeli Yudas Iskariot dengan 30 keping uang perak agar dia mengkhianati Yesus, maka Kayafas disini pun membeli beberapa orang dengan uang atau jabatan agar mengkhianati sesamanya, kelompoknya, keluarganya bahkan dirinya dan perjuangannya sendiri.

Seperti Kayafas yang berlindung demi keselamatan bangsa, maka Kayafas disini pun berlindung dibalik anjuran presiden, peraturan menteri, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat untuk merampas tanah rakyat demi kemakmuran pribadi. Mereka tidak peduli rakyat yang tidak berdaya menjadi kurban keserakahan dan kepentingannya. Mereka tidak peduli rakyat akan mati sebab alam menjadi rusak, orang kehilangan ladang, anak cucu mereka tidak mempunyai ladang untuk menyambung kehidupannya. Mereka telah menjatuhkan hukuman mati bukan bagi orang yang hidup saat ini tapi juga anak cucu mereka yang hidup saat ini. Inilah Kayafas disini. Masih banyak lagi contoh Kayafas lain yang hanya hidup demi mempertahankan kepentingan diri sendiri meskipun harus mengurbankan masyarakat yang tidak berdaya.

Jumat, 30 Maret 2012

JALAN SALIB: PERHENTIAN I : YESUS DIHUKUM MATI


Yesus telah berbuat baik sepanjang hidupNya. "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." (Mrk 7:37). Dia mengajar penuh kuasa tidak seperti para guru di jamanNya. “Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.” (Mrk 1:22). Tapi kehadiran Yesus dan ajaranNya meresahkan para penguasa, sebab Yesus berpihak pada kaum miskin dan terbuang. Ajaran Yesus telah menyadarkan masyarakat miskin akan kebobrokan para penguasa. Mereka berlindung dibalik hukum dan adat istiadat untuk menindas rakyat. Mereka membebani rakyat dengan aneka aturan sedangkan mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka pun bekerja sama dengan penjajah demi mendapatkan kedudukan dan kenikmatan.

Hukuman mati bagi Yesus adalah bentuk ketidakadilan dari segelintir penguasa yang berusaha tetap menduduki jabatannya. Pengadilan ini tidak adil dan penuh kelicikan, fitnah dan manipulasi. Bergabungnya antara pemimpin agama, tua-tua bangsa, dan kekuatan politik yaitu kekuasaan Romawi, membentuk suatu kekuatan yang hebat. Rakyat miskin tidak berdaya menghadapi kekuatan itu. Maka mereka memilih diam, melarikan diri atau turut menyalahkan Yesus demi keselamatan diri mereka sendiri. Pengadilan yang tidak adil berlangsung. Yesus disiksa, dihujat dan akhirnya dihukum mati.

Hukuman mati yang dialami oleh Yesus terus terjadi sampai saat ini. Banyak orang yang tidak bersalah diadili dengan penuh kesewenang-wenangan oleh orang yang merasa terganggu kedudukan, status, jabatan apalagi menyangkut penghasilannya. Telah banyak orang yang berpihak pada rakyat miskin dan berjuang untuk membela mereka mengalami perlakuan yang tidak adil. Mereka disingkirkan dan dimatikan karakternya dengan diberi cap sebagai komunis dan sebagainya. Mereka pun dimasukan penjara dalam proses pengadilan yang tidak adil sama sekali. Bahkan beberapa dari mereka mengalami penyiksaan dan kematian yang mengenaskan.

Wajah para yang menuntut Yesus agar dihukum mati saat ini diwakili oleh para pemimpin yang korup, kekuatan bersenjata, dan pemodal. Mereka bahu membahu menjadi kekuatan yang mengerikan untuk mencari keuntungan bagi diri mereka sendiri. Mereka bekerja sama untuk menghukum mati siapa saja yang berani melakukan penyadaran-penyadaran pada masyarakat tertindas. Mereka membuat hukum untuk melindungi kepentingan, kekayaan dan kedudukannya. Mereka melegalkan keserakahannya meski harus mengurbankan rakyat banyak yang seharusnya mereka lindungi. Rakyat banyak merasa jerih, sehingga mereka berusaha mencari keselamatan diri mereka masing-masing. Mereka menjadi diam bahkan turut menghujat siapa saja yang berani membela kaum tertindas.

Wajah Yesus jaman kini tergambar pada para kurban pengadilan yang tidak adil. Kita sering menyesali dan mengutuki sikap kaum Farisi, ahli Taurat, tua-tua bangsa yang telah menghukum mati Yesus. Tetapi kita sering memilih diam dan turut menyalahkan bila ada orang yang diperlakukan tidak adil, meski harus bertentangan dengan hati nurani kita. Renungan jalan salib bukan mengajak kita untuk menangisi Yesus melainkan menyadarkan kita bahwa Yesus masih terus diadili sampai saat ini. Dimana kita berada saat Yesus sendirian menghadapi orang-orang yang sangat membenciNya? Apa yang akan kita lakukan bila melihat ada penindasan?
Powered By Blogger