Sabtu, 30 Juli 2011

KAMU HARUS MEMBERI MEREKA MAKAN


Menurut laporan FAO pada bulan Mei 2011 di dunia ada 925 juta orang yang kelaparan akibat terjadinya kegagalan panen karena cuaca yang tidak menentu, serangan hama dan kurangnya prasaran untuk mendukung pertanian. Di negara kita yang katanya subur makmur pun tidak jarang ditemui kasus balita kurang gizi yang parah dan daerah yang kekurangan makanan. Sebetulnya bahan makan yang tersedia di dunia cukup bagi semua orang tapi karena penyaluran yang tidak berjalan baik dan pembagian yang tidak merata maka disatu sisi ada orang yang membuang makanan disisi lain ada orang yang kelaparan. Menurut FAO setiap tahun ada 1,3 milyar ton bahan makanan yang dibuang terutama di Eropa dan AS utara atau setiap orang disana membuang 95 kg sampai 115 kg setiap tahun.

Situasi ini sangat memprihatinkan dan menunjukkan kurang adanya solidaritas diantara manusia. Kita pun dapat menjadi salah satu orang yang membuang makanan tanpa peduli pada sesama yang sangat membutuhkan. Menurut sebuah penelitian 1 kg beras terdiri dari 3 juta butir beras. Bila setiap hari kita makan 3 kali dan membuang 1 butir nasi maka kita sudah membuang 3 butir tiap hari atau 1050 setiap tahun. Bila penduduk Indonesia sebanyak 250 juta dan mereka membuang 1 butir nasi tiap makan maka setiap hari akan terbuang nasi 750 juta nasi atau 250 kg beras. Bila satu orang makan 2 ons beras setiap hari maka ada 1250 orang yang dapat makan kenyang setiap hari. Ini baru 1 butir nasi setiap hari. Padahal kita sering membuang berbutir-butir nasi setiap makan tanpa pernah mengingat ada orang yang kelaparan di tempat lain.

Ketika melihat banyak orang yang mengikutiNya lapar, maka Yesus memerintahkan para murid untuk memberi mereka makan. Para murid tidak mempunyai makanan selain 5 roti dan 2 ikan. Semua itu tidak cukup untuk 5000 orang lelaki belum termasuk perempuan dan anak-anak. Yesus tidak mengharapkan turunnya manna seperti pada jaman Musa atau tergoda untuk membuat roti dari batu seperti yang pernah dikatakan iblis pada saat mencobaiNya. Dia meminta muridNya untuk membawa roti dan ikan itu. Dia ingin melibatkan para murid dalam mengatasi masalah kelaparan meski apa yang mereka miliki tidak ada artinya bagi sekian ribu orang.

Sering kali kita meremehkan apa yang sedikit kita miliki. Apa yang kita miliki tidak akan mampu menyelesaikan masalah kelaparan. Tapi ditangan Yesus apa yang kita miliki bisa berubah mampu mencukupi kebutuhan banyak orang. Memang dalam peristiwa itu tidak dipungkiri adanya mujijat atau kuasa Allah yang berkarya. Pada saat ini Yesus tidak ada ditengah kita untuk mengubah roti yang kita miliki sehingga mencukupi kebutuhan semua orang. Tapi kita dapat mengambil semangat dari peristiwa itu bahwa kita harus terlibat dalam masalah pangan. Kita diajak untuk berbagi bahan makanan dengan banyak orang yang kelaparan.

Untuk itu kita perlu mampu mengendalikan diri sehingga kita hanya memakan apa yang kita butuhkan. Tidak membeli atau membuat makanan secara berlebihan sehingga ada kemungkinan dibuang. Kita memakan semua makanan kita sampai butir nasi yang terakhir. Hal ini hanya dapat kita lakukan bila kita senantiasa menyadari bahwa ada jutaan manusia yang mati akibat kelaparan. Ada semangat solider dalam diri dan malu bahwa dengan membuang makanan maka kita telah menyebabkan saudara kita mati kelaparan. Ketika masih kecil ibu senantiasa mengingatkan aku agar menghabiskan setiap nasi yang ada di piring sebab dewa Sri, dewi padi dalam kepercayaan Jawa, akan menangis bila dibuang. Ketersediaan bahan makanan hanya dapat terjadi bila orang tidak serakah dan bertindak sewenang-wenang terhadap bahan makanan.

Kelaparan sesama adalah tanggungjawab kita bersama. Maka dalam masa puasa kita diingatkan agar mengurangi makan dan minum sehingga kita mampu mengumpulkan dari apa yang sedikit demi kesejahteraan sesama. Yesus tidak perlu lagi datang untuk membuat mujijat pergandaan roti, tapi tugas tanggungjawab ini sekarang ada di pundah kita. Oleh karena itu hendaknya kita rela berbagi makanan. Bukan menyuruh Tuhan untuk memberi orang yang lapar seperti seringkali kudengar pada saat doa makan.

Minggu, 24 Juli 2011

MAKAN DI RESTORAN MEWAH

Suatu hari aku diajak oleh seseorang untuk makan di sebuah tempat yang sangat mewah. Dia ingin agar aku bisa merasakan situasi yang berbeda dari yang sering aku alami di tengah kaum sederhana dan warung sederhana di trotoar. Memasuki suatu ruang yang mewah dan penuh makanan yang asing bagiku membuatku bingung mau makan apa terlebih dahulu. Temanku menunjukkan apa yang sebaiknya aku makan. Ketika sedang makan seorang pelayang mengamatiku dengan tatapan yang aneh. Aku bertanya pada temanku kenapa pelayan itu melihatku dengan tatapan yang aneh? Temanku meminta agar aku mengabaikan saja. Dia sadar bahwa aku merasa tidak nyaman berada di tempat ini.

Temanku tersenyum sambil berbisik dia mengatakan agar aku menurunkan kakiku dari kursi. Memang aku sedang duduk bersila di atas kursi. Aku terbiasa duduk seperti itu, sebab bagiku cara duduk seperti itu sangat nyaman. Setelah selesai makan, temanku bertanya bagaimana makan di tempat itu? Aku katakan bahwa makanan menjadi tidak nyaman sebab terlalu banyak tata cara yang membuatku tidak nyaman.

Kita mempunyai banyak tata cara saat dalam kehidupan, meski tata cara suatu daerah dapat berbeda dengan daerah yang lain. Sebagian orang berpendapat bahwa pada saat makan orang tidak boleh berbicara. Sedangkan sebagian lagi mengatakan bahwa saat makan adalah saat yang nyaman untuk mengadakan pembicaraan. Sering kali tata cara hanya untuk menambah keindahan atau kesopanan bukan untuk menambah hakekat yang dari yang sedang dikerjakan. Ketika makan di tempat mewah itu aku dihadapkan pada beberapa sendok, ada kain besar yang harus aku letakkan di paha, ada urutan masakan yang harus kumakan dan sebagainya. Bagiku sendok adalah alat untuk mempermudah memasukan makanan ke dalam mulut, maka aku tidak peduli mau sendok sup atau sendok nasi. Hal yang terpenting bagiku adalah makanan itu terasa enak di mulut dan berguna bagi tubuhku. Maka mengapa orang mempersoalkan sendok yang kugunakan bukan rasa makanan dan kegunaan makanan bagi tubuhku? Mengapa orang mempersoalkan caraku duduk bukan mempersoalkan kenikmatan yang kuperoleh? Apakah bila aku duduk dengan rapi maka akan lebih menikmati makanan?

Sering orang terpaku pada tata cara sehingga melupakan hakekatnya. Suatu hari Yesus ditegur oleh orang Farisi mengapa murid-muridNya makan tanpa cuci tangan? Orang Farisi sangat teguh dalam memegang tata cara. Bagi mereka keselamatan akan didapat bila mereka mentaati semua tata cara yang sudah ditetapkan. Banyak tata cara sampai hal yang terkecil dan sederhana pun harus diikuti. Mencuci peralatan dapur pun ada tata caranya yang harus dijalankan. Yesus mengkritik mereka sebab mereka terlalu memusatkan perhatian pada pelaksanaan tata cara sedetil mungkin bukan mencari hakekat yang terdalam dari apa yang mereka kerjakan.

Apa yang dilakukan oleh orang Farisi pun terus terjadi sampai saat ini. Orang terpusat pada tata cara liturgi saat misa sampai dia melupakan apakah hakekat misa itu. Baginya misa yang baik adalah bila semua tata cara dijalankan dengan urut dan benar. Padahal misa adalah sakramen kesatuan antara Allah dengan manusia dan manusia dengan sesamanya. Hakekat ini sering diabaikan sebab lebih memperhatikan tata cara. Bila terlalu memusatkan diri pada tata cara, maka sebagian orang mungkin tidak dapat merasakan kenikmatan misa. Seperti ketika aku disibukkan untuk menjalankan semua tata cara makan di sebuah rumah makan mewah sehingga aku tidak dapat menikmati makanan. Maka aku merasa lebih nyaman makan di warung sederhana dimana aku makan demi makan tanpa harus disibukkan dengan tata cara.

Sabtu, 23 Juli 2011

KERAJAAN SORGA


“Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” (Mat 13:45-46)

Yesus mengajarkan kerajaan sorga dengan berbagai perumpamaan. Kerajaan sorga bukanlah situasi pada saat setelah manusia mati saja, melainkan gambaran kerajaan sorga sudah ada di bumi yaitu bila manusia mampu menciptakan situasi yang damai, tentram, bahagia, dan rukun, sebab semua anggotanya hidup berdasarkan kasih yang penuh pengorbanan. Orang yang menemukan situasi ini akan rela melepaskan semua apa yang dimilikinya. Seorang teman mengatakan bahwa ajaran ini terlalu berlebihan, tapi sebetulnya tidak. Situasi yang tercipta dalam kerajaan sorga sangat diharapkan oleh seluruh manusia di muka bumi. Maka salah satu permohonan dalam doa Bapa Kami adalah menjadikan bumi seperti di dalam sorga.

Tapi situasi ini tidak mudah dicapai. Selama ribuan tahun sejarah manusia mencatat aneka peperangan. Mungkin belum pernah sehari pun di bumi tidak ada pertengkaran, pembunuhan, bahkan dalam skala lebih besar yaitu peperangan antar bangsa. Sejarah mencatat beberapa kali terjadi perang besar yang menelan kurban harta benda yang sangat besar dan jutaan jiwa manusia. Belum lagi pertengkaran dalam skala kecil di dalam rumah tangga dan masyarakat sekeliling kita yang membuat hidup menjadi seperti di neraka. Mengapa disatu sisi orang berharap terjadinya situasi damai tapi disisi lain mereka melakukan kekerasan dan perseteruan?

Mungkin kita masih ingat film komedi satire tentang kehidupan manusia yang berjudul The Gods Must Be Crazy (1980) yang dibintangi secara bagus oleh N!xau dan Marius Weyers. Film itu mengisahkan kehidupan manusia semak yang sangat berbeda dengan manusia modern. Manusia semak yang tinggal di gurun Kalahari hidup rukun dan selalu ceria sampai semua rusak akibat kehadiran sebuah botol Coca Cola yang dilemparkan oleh seorang pilot dari jendela pesawat terbang. Mereka kagum terhadap botol itu sebab mutifungsi. Botol itu digunakan untuk menumbuk, menggiling, membuat lubang dan sebagainya. Tiba-tiba semua orang ingin menggunakan botol itu dan merasa bahwa kepentingannya menjadi paling penting. Akhirnya mereka saling berebut sebab botol itu belum selesai mereka gunakan. Terjadi pertengkaran dan pemukulan. Suatu hal yang belum pernah mereka lakukan. Pada malam hari dimana biasanya mereka bercerita dan bergembira tiba-tiba semua menjadi kehilangan kegembiraannya, sebab merasa malu telah melakukan kekerasan. Akhirnya Xi berusaha membuang botol yang dianggapnya kekuatan jahat ke ujung dunia.

Kegembiraan orang semak hilang akibat orang mulai mempunyai keinginan untuk memiliki dan merasa bahwa kepentingannya harus didahulukan. Dua sikap inilah yang kerap menjadi awal perselisihan yang menghilangkan persaudaraan dan kegembiraan. Rasa ingin memiliki dan ingin didahulukan dapat terus berkembang menjadi sifat keserakahan dan kesewenang-wenangan yang merugikan sesama. Yesus mengajar agar para murid tidak berusaha menjadi yang utama, melainkan menjadi hamba yang melayani dan menjadikan apa yang dimiliki menjadi milik bersama. Orang tidak lagi terlekat pada apa yang dimilikinya sehingga dia rela berbagi dengan sesama. Bila hal ini terjadi maka terciptalah kerajaan sorga yang sangat didambakan oleh semua orang.

Dengan demikian kerajaan sorga bukanlah sesuatu yang kita nantikan dengan hanya memusatkan diri pada ibadah tapi adalah sebuah usaha bersama untuk membangun kehidupan yang lebih baik lagi yaitu dengan mengasihi sesama manusia. Kasih yang rela berkorban seperti yang telah diteladankan oleh Yesus sendiri. Pada jaman yang semakin egois seperti saat ini tampaknya kerajaan sorga semakin kabur dan sulit terbentuk. Maka perlu adanya perubahan dari diri sendiri untuk mulai hidup penuh kasih dan melepaskan keinginan untuk memiliki dan menjadi utama.

Kamis, 21 Juli 2011

MENGELUH

“Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun; dan berkata kepada mereka: "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (Kel 16:2-3)

Ketika umat Israel masih berada di Mesir mereka merasa tertekan sebab diperlakukan tidak adil oleh orang Mesir. Puncak penderitaan mereka adalah ketika anak lelaki yang lahir harus dibunuh. Padahal bagi orang Israel anak lelaki adalah sangat diharapkan, maka ada ahli yang mengatakan bahwa meski sudah punya anak perempuan bila belum punya anak lelaki maka dianggap belum mempunyai anak. Teriakkan derita mereka sampai ke telinga Tuhan, sehingga Tuhan mengutus Musa untuk membawa orang Israel keluar dari Mesir. Tapi dalam perjalanan menuju tanah terjanji umat Israel sering mengeluh pada Musa. Bahkan mereka menyatakan lebih enak di Mesir.

Kita pun dapat menjadi seperti umat Israel yang sudah ditolong keluar dari penderitaan tapi masih terus mengeluh dan menuntut bila merasa menghadapi kesulitan. Seorang teman semula tidak bekerja padahal dia sudah berkeluarga. Dia mengatakan hidupnya berat dan meminta untuk dicarikan pekerjaan. Saat mendapat pekerjaan pada awalnya dia sangat senang, tapi lambat laun mulai mengeluh akan beratnya pekerjaan yang harus dijalani. Begitu pula suatu keluarga dia sudah lama mendambakan anak. Tapi setelah mempunyai anak mulai banyak keluhan tentang anaknya yang dianggap cukup merepotkan dan menguras pikirannya.

Semua orang ingin terus mendapatkan yang dianggap membahagiakan bagi hidupnya. Dia enggan masuk dalam sesuatu yang sulit. Padahal dalam perjalanan hidup ada hal-hal yang diluar kehendak manusia. Kesulitan belum tentu merupakan akhir perjalanan hidup. Seperti umat Israel beratnya perjalanan menuju tanah terjanji berbuah ketika mereka mampu membangun kerajaan. Andai mereka terus hidup di Mesir maka sulit bagi mereka untuk menjadi bangsa yang merdeka. Mereka akan tetap menjadi warga negara Mesir bukan warga negara Israel.

Tuhan mempunyai rencana yang tersembunyi bagi hidup kita. Sering kali untuk sampai kesana melalui jalan-jalan yang menyakitkan. Inilah tantangan kita untuk bertahan dan terus berjalan mengikuti kehendakNya. Keluhan dapat muncul bila kita hidup di masa lampau. Umat Israel hidup di masa lampau, maka membandingkan hidup sekarang dengan masa lampau. Maka perlu kesadaran bahwa hidup adalah hari ini dan disini. Apa pun yang terjadi pada saat ini dihadapi tanpa perlu membandingkan dengan masa lampau. Keberanian menjalani hidup saat ini dan disini akan menumbuhkan semangat juang. Berusaha untuk menyelesaikan masalah dan terus menanamkan harapan bahwa besok pasti akan lebih baik. Membandingkan hidup hanya akan membuat putus asa dan tidak menyelesaikan masalah. Kita akan terus protes pada Tuhan.

KOMUNIKASI (2)

“Bukankah panas terik disusutkan embun? Demikianpun sebuah perkataan baik lebih berhargalah dari pada pemberian.” (Sir 18:16)

Setiap hari kita selalu berbicara, kecuali pada saat kita sedang retret atau tinggal sendiri di suatu tempat. Bila kita hitung dalam persen, dalam sehari berapakah pembicaraan kita yang bermutu dan berapa yang tidak bermutu? Pembicaraan bermutu adalah bila apa yang kita katakan membuat orang lain menjadi lebih berkembang, lebih baik atau menjadi manusia yang lebih mampu menghargai martabatnya dan martabat sesama. Sedangkan pembicaraan yang tidak bermutu adalah rumor atau yang menimbulkan perpecahan dan sakit hati atau yang tidak menambah sesuatu pun bagi sesama.

Sirakh mengingatkan bahwa perkataan yang baik lebih berharga daripada pemberian. Bila orang menerima pemberian maka cepat atau lambat pemberian itu akan habis dan orang hanya dapat mengingat bahwa dulu dia pernah diberi oleh kita. Tapi bila orang menerima perkataan, maka perkataan itu dapat terus melekat dalam ingatannya dan menjadi pegangan hidupnya. Bahkan mungkin dapat mengubah perjalanan hidupnya. Sudah banyak contoh orang yang berubah jalan hidupnya karena membaca atau mendengar perkataan seseorang. Orang jahat berubah menjadi baik dan sebaliknya. Kadang kala kita tidak menyadari bahwa apa yang kita katakan dapat mengubah orang. Maka perlu berhati-hati dalam mengungkapkan kata-kata. Bila kita berkata-kata seolah kita sedang memberikan pemberian yang berharga pada sesama demi kebaikannya.

KOMUNIKASI

Jaman ini ditandai dengan semakin canggihnya alat komunikasi. Orang menjadi lebih mudah berkomunikasi. Tapi menurut penilitian yang dilakukan oleh University of North Carolina tentang komunikasi di tempat kerja menunjukkan hasil yang berbeda. Orang semakin mudah salah paham, sehingga terjadi perselisihan. Orang menjadi lebih kasar dan tidak peka terhadap sesamanya. Akibatnya kerja sama tidak berjalan dengan baik, padahal dalam sebuah perusahaan dibutuhkan kerja sama untuk mencapai tujuan.

Komunikasi yang baik dapat menumbuhkan saling percaya yang sangat penting dalam kerja sama di semua bidang. Tapi karena orang berpikir tentang efektif dan efesien maka komunikasi dilakukan melalui internet, SMS, telepon dan alat lainnya. Dalam menggunakan bahasa pun orang berusaha sesingkat mungkin, maka muncul istilah LOL, OTW, BTW, q, dan sebagainya. Kalimat yang singkat dapat ditangkap berbeda sehingga menimbulkan salah duga dan menghilangkan perasaan. Komunikasi menjadi kering, kurang sopan santun, kurang ada seni untuk mendengarkan dan lainnya.

Alat komunikasi dapat menghilangkan kemanusiaan, sebab orang tidak menangkap perasaan yang terungkap dalam ekspresi wajah dan gerakkan tubuh. Jika kita mendengarkan orang menceritakan lelucon maka kita tertawa. Temanmu pun senang melihat kegembiraan kita. Tapi bila melalui SMS maka kita hanya menulis LOL dan temanpun tidak menangkap ekspresi kebahagiaan kita, sehingga cerita lucu pun menjadi kering dan membosankan. Kita pun menjadi kehilangan rasa komunikasi.

Jumat, 15 Juli 2011

ALLAH ADALAH MISTERI -3

Menurut para ahli fisika quantum cahaya adalah misteri yang bukan partikel atau gelombang. Tapi kita masih dapat melihat dan merasakan cahaya meski pikiran kita belum mampu menguak apa sebenarnya cahaya itu. Jika Allah adalah misteri maka apakah Allah adalah sesuatu yang dapat diindrai tapi belum mampu dipahami sepenuhnya? Jika Allah dapat diindrai meski belum mampu dikuak maka Allah menjadi materi. Padahal Allah bukan materi seperti cahaya. Bila Allah tidak dapat diindrai maka orang dapat berpendapat bahwa Alllah adalah ketiadaan.

Tidak semua dapat diindrai secara langsung. Kita dapat mengatakan sesuatu ada tanpa harus mengindrai sesuatu itu. Kita mendengarkan suara seruling yang indah yang ditiup oleh seorang yang berbakat. Suara seruling dapat kita indrai tapi bakat peniupnya tidak dapat kita indrai. Kita hanya dapat mengagumi kemampuan orang itu. Maka sesuatu dapat kita anggap ada juga dari buah yang kita rasakan.

Pengenalan akan Allah bukan dimulai dari usaha memecahkan misteri Allah tapi dari rasa takjub dari apa yang telah diciptakanNya. Usaha memecahkan misteri Allah dapat menimbulkan diskusi panjang yang dapat berujung pada perpecahan dan kekerasan, sebab setiap orang meyakini kebenarannya masing-masing. Tapi bila berdasarkan takjub orang akan melepaskan akal budi. Aku takjub saat melihat matahari terbenam, sedangkan orang lain takjub saat melihat gelombang laut. Kami tidak bisa memaksakan agar mengagumi hal yang sama. Demikian pula dalam hal iman.

ALLAH ADALAH MISTERI -2

Ilmu pengetahuan membuka wawasan kita bahwa ternyata masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Dulu kita yakin hanya ada satu galaxy yaitu Bima Sakti atau Milky Way, ternyata Hubble menemukan ada banyak galaxy yang jauh lebih besar dari galaxy dimana bumi berada. Para ahli pun yakin bahwa masih akan terus menemukan galaxy lain yang saat ini belum ada alat yang mampu melihatnya. Apa yang diyakini benar saat ini dapat dianggap tidak benar esok hari. Masih banyak misteri di sekitar kita. Misteri adalah sesuatu yang tidak kita ketahui meski sesuatu itu ada.

Keberadaan kita di bumi pun misteri. Ada yang berpendapat bahwa manusia bukan berasal dari Allah tapi dari alien yang mendarat di bumi. Ini untuk membenarkan teori Darwin yang masih belum menemukan missing link. Kalau toh teori itu benar, maka kita juga dapat bertanya darimana alien itu ada? Kalau dia dari alien lain maka akan sampai pada alien yang ada tanpa diadakan. Kita boleh saja meyakini teori evolusi bahwa mahluk hidup berasal dari sel yang selama jutaan tahun berevolusi menjadi mahluk hidup seperti sampai saat ini. Tapi kita juga bisa bertanya darimana bumi? Kalau bumi dari kumpulan debu kosmis lalu darimana debu kosmis?

Maka semua berujung pada misteri besar atau Sang Misteri yaitu Allah atau sumber dari segala sesuatu. Kita tidak mungkin memecahkan Sang Misteri bila masih ada banyak misteri yang perlu dipecahkan untuk mencapai Sang Misteri. Maka hanya orang bodoh yang berusaha memecahkan misteri Allah bahkan merasa tahu tentang Allah.

ALLAH ADALAH MISTERI -1

Seorang berkata dengan sinis bagaimana mungkin 1+1+1=1? Pertanyaan seperti ini sering kudengar dari orang non Kristen. Aku tidak mungkin menjelaskan dari Injil sebab mereka tidak mempercayainya meskipun nabinya percaya Taurat, Mazmur dan Injil. Tapi aku juga tidak mungkin diam tanpa menjelaskan, sebab iman harus dipertanggung jawabkan. Tritunggal pun sedikit banyak harus dapat dijelaskan.

Dulu ilmu pengetahuan percaya bahwa semua hal saling terkait seperti mesin. Isaac Newton berpendapat bahwa semesta itu seperti jam yang terus berputar secara teratur. Rene Decartes berpendapat bahwa tubuh adalah mesin sedang pikiran yang mengatur. John Locke mengatakan masyarakat adalah mesin dan individu adalah bagiannya yang bergerak mengejar kepentingannya masing-masing. Pemikiran mekanistik ini meliputi semua aspek termasuk tentang Allah. Apa yang diluar itu disebut tahayul.

Pikiran mekanistik ini akhirnya runtuh oleh pemikiran baru yang diawali Albert Einstein yang memunculkan teori E=mc2 atau dikenal fisika quantum. Dulu orang berpendapat bahwa cahaya adalah partikel atau gelombang, kini orang berpendapat bahwa cahaya adalah misteri yang hanya dapat diperlakukan sebagai gelombang atau partikel. Alam semesta adalah misteri besar ketika Edwin Hubble menemukan galaxy lain di luar Milky Way lalu Stephen Hawkins mengeluarkan teori Big Bang. Runtuhnya teori mekanistik dapat menjadi tawaran pada orang yang bertanya bagaimana mungkin 1+1+1=1 sebab masih banyak misteri yang tidak terpecahkan apalagi mengenai Allah atau Sang Misteri

KASIH DAN HUKUM

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17)

Dalam kotbah di bukit sejak awal Yesus menyatakan bahwa Dia tidak akan meniadakan hukum Taurat yang sudah diyakini dan dihidupi oleh umat Israel. Tapi dalam uraiannya ada hukum yang diubahNya, bahkan selama Dia berkarya beberapa kali Dia melawan hukum Taurat seperti Sabat, adat istiadat dan lainnya. Maka ada orang berpendapat bahwa kotbah di bukit adalah hukum baru yang diajarkan Yesus. Yulian Sang Murtad, menolak kekristenan sebab melihat bahwa hukum baru ini tidak mungkin dilaksanakan.

Dalam kotbah di bukit Yesus tidak membuat hukum baru untuk meniadakan hukum Taurat. Dia pun tidak sedang mengajar etika moral. Kotbah di bukit adalah pewartaan kabar gembira dalam rangka membangun masyarakat baru. Masyarakat yang berdasar kasih yang terlepas dari ikatan-ikatan hukum yang ada. Maka kasih menjadi hukum pertama dan utama. Segala tindakan manusia bukan lagi berdasarkan pada hukum tapi berdasarkan kasih kepada sesama dan Allah.

Dalam hidup orang lebih suka mengikuti hukum, sehingga terjadi keteraturan. Kasih dapat melawan keteraturan. Hukum Sabat sudah jelas, tapi karena kasih maka Yesus melanggar aturan Sabat. Tapi kita sering melanggar kasih demi ketaatan pada hukum.

MENDENGARKAN KAUM MISKIN

“Condongkanlah telinga kepada yang miskin, dan dengan ramah balaslah salamnya.” (Sir 4:8)

Menjelang pemilu atau pilkada maka banyak orang tiba-tiba menjadi peduli pada kaum miskin. Mereka tidak segan-segan turun ke kampung atau daerah miskin dan tampak akrab dengan mereka. Belum lagi mereka menjanjikan program-program pengentasan kaum miskin. Tapi setelah pemilu atau pilkada selesai maka situasi kembali seperti semula. Suara kaum miskin tidak pernah didengarkan.

Kaum miskin sering kali mengalami pembisuan. Akibatnya sering terjadi kekerasan antara kaum miskin melawan orang yang kuat dan berkuasa. Kasus kekerasan yang terjadi antara pihak TNI melawan rakyat karena berebut tanah di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga jatuh kurban dikedua belah pihak, merupakan kurang didengarnya suara kaum miskin. Orang hanya melihat dari sudutnya sendiri.

Mencondongkan telinga ke arah kaum miskin adalah kesiapan untuk mendengarkan keluh kesah mereka dengan sungguh, bukan sekedar basa basi, sehingga kita dapat memahami pergulatan hidup dan harapan-harapannya. Dari sini baru kita membuat rencana bersama dengan mereka untuk mengatasi masalah. Tapi hal yang terjadi adalah kaum miskin harus mendengarkan suara orang yang kuat. Padahal belum tentu suara orang kuat sesuai dengan harapan kaum miskin. Maka terjadilah kekerasan.

BERJUANG UNTUK KEBENARAN

“Berjuanglah mati-matian untuk kebenaran, maka Tuhan Allah akan berperang untukmu.” (Sir 4:28)

Di masyarakat kita kebenaran menjadi semakin membingungkan. Apa yang kita anggap benar ternyata dianggap salah oleh banyak orang. Seorang teman mengeluh bahwa dia berusaha jujur, tapi disalahkan oleh banyak rekan kerjanya bahkan dikucilkan, sebab di tempatnya bekerja ketidakjujuran adalah kebenaran. Carut marutnya negara kita sebab orang yang berusaha menegakkan kebenaran akan terlempar dan dimatikan. Orang yang sungguh-sungguh berjuang bagi rakyat hidupnya menderita. Akibatnya orang takut untuk hidup benar, sehingga ketidakbenaran menjadi berkuasa.

Sudah banyak contoh orang yang berjuang menegakkan kebenaran akhirnya hidupnya mengenaskan. Gandhi, Martin Luther Jr, dan lainnya mereka adalah pejuang yang hidupnya berujung pada pembunuhan. Jika demikian apakah kita akan menyerah dan membiarkan ketidakbenaran berkuasa? Edmund Burke seorang filsuf dari Inggris mengatakan bahwa kejahatan akan merajalela bila orang benar diam.

Kita harus memperjuangkan kebenaran meski banyak menghadapi tantangan. Yesus bin Sirakh memberikan peneguhan bahwa bila kita berjuang demi kebenaran maka Allah akan berperang bersama kita. Tapi sering kali kita kurang yakin akan pertolongan dari Allah, sehingga dalam perjuangan itu kita merasa sendiri sehingga menyerah.

KEBUTUHAN DASAR

“Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal,” (Yoh 6:27)

Banyak orang bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bila melihat piramida kebutuhan menurut Abraham Maslow, maka sebagian besar orang masih berada di dasar piramida yaitu berusaha memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan untuk dapat hidup. Perjuangan untuk memenuhi kebutuhan dasariah bukan hanya usaha kaum miskin saja, tapi juga ada orang kaya yang masih berkutat di dasar piramida. Sebaliknya ada juga orang miskin yang sudah berusaha menenuhi kebutuhan yang lebih tinggi daripada kebutuhan dasariah.

Usaha untuk memenuhi kebutuhan dasariah dapat berubah menjadi usaha mengejar kenikmatan. Misalnya jika orang hanya berusaha memenuhi kebutuhan makan, maka banyak orang akan mampu. Tapi jika orang berusaha memenuhi kebutuhan kenikmatan makanan, maka tidak akan pernah ada habisnya.

Akibat mengejar kenikmatan inilah maka orang akan terus berkutat di dasar piramida. Dia tidak berusaha untuk memenuhi kebutuhan di tingkat atasnya sampai pada puncak kebutuhan yaitu kebutuhan spiritual. Maka tidak heran banyak orang menolak bila diajak untuk mengikuti doa, pendalaman iman atau acara rohani lain, sebab dia masih tenggelam dalam usaha mengejar pemenuhan kenikmatan.

Minggu, 10 Juli 2011

MENGIKUTI YESUS

“Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan, maka bersedialah untuk pencobaan.” (Sir 2:1)

Sering aku mendengar orang mengeluh bahwa setelah terlibat dalam pelayanan atau aktif di Gereja dia menemukan banyak masalah. Padahal dulu hidupnya tenang. Lalu dia bertanya apakah sebaiknya dia meninggalkan aktifitasnya? Beberapa orang pun meninggalkan akifitas pelayanannya, sebab merasa tidak tahan menghadapi masalah yang memakan perasaan dan pikirannya. Mereka lebih memilih sebagai orang luar saja yang hanya melihat atau mau terlibat sesekali saja. Tapi tidak melayani secara tetap.

Keterlibatan dalam aktifitas Gereja adalah salah satu cara untuk mengabdi Tuhan. Orang memang dapat mengabdi Tuhan dengan melakukan doa pribadi atau mengikuti misa setiap minggu atau melayani keluarganya sendiri. Tapi pelayanan kepada orang lain berbeda dengan pelayanan pada keluarga sendiri. Doa pun tidak cukup bagi kita, sebab doa harus terwujud dalam pelayanan pada sesama.

Yesus bin Sirakh sudah mengingatkan bahwa bila kita mau melayani maka harus siap dicobai. Segala hal yang membuat jengkel adalah pencobaan agar kita meninggalkan Tuhan. Yesus bersabda bahwa jika kita mau mengikutiNya, maka harus berani memikul salib setiap hari. Meski kita tahu ayat ini, tapi bila pencobaan itu datang maka kita menjadi gelisah dan mempertanyakan mengapa begitu berat untuk mengikutiNya.

MEMBERI ATAU MENERIMA?

"sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” (Yoh 6:26)

Yesus mengkritik orang-orang yang mengikuti Dia karena mereka telah makan kenyang ketika Yesus melakukan pergandaan roti. Mereka tidak mencari dan menangkap makna dari mujijat pergandaan roti tapi hanya melihat bahwa Yesus dapat memberinya makan. Mereka tidak melihat karya Allah yang ada dibalik mujijat tapi hanya memusatkan diri pada kebutuhan dasariah yaitu makan.

Saat ini sering tepampang baliho atau poster besar di tepi-tepi jalan tentang undangan doa oleh seorang yang mampu membuat mujijat. Banyak orang datang berduyun-duyun menghadiri persekutuan doa itu dengan harapan mereka mendapatkan mujijat. Konon bila mendapatkan mujijat kesembuhan maka mereka akan semakin beriman bahkan orang yang bukan pengikut Kristus pun akan menjadi pengikut Kristus. Jika demikian maka mereka tidak jauh berbeda dengan orang yang dikritik Yesus bahwa mereka mengikutiNya hanya karena mendapatkan sesuatu yang mereka butuhkan.

Mengikuti Yesus adalah pemberian diri untuk membangun dunia baru. Bukan mencari pemenuhan kebutuhan dasar atau sesuatu yang kita harapkan. Jika beriman karena menerima mujijat maka kita akan terus mencari mujijat. Kita tidak akan pernah memberi dan berbagi seperti Yesus telah memberikan diriNya kepada manusia.

Jumat, 08 Juli 2011

HOSTI

“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (Yoh 6:56)

Banyak orang setiap hari atau seminggu sekali menyambut tubuh Kristus dalam misa. Ketika kita menyambut tubuh Kristus maka kita bersatu penuh dengan Kristus secara fisik. Dia ada didalam diriku. Yesus bukan hanya tinggal tapi hidup di dalam diri kita. Maka bukan lagi aku yang hidup tapi Kristuslah yang hidup dalam diri kita. Segala perkataan, perbuatan, pikiran dan sikap hidup kita merupakan perwujudan dari sikap, perkataan, pikiran dan perbuatan Yesus atau digerakkan oleh Yesus sendiri.

Tapi sering kita terjebak oleh ritus sehingga kurang mencari makna yang terdalam. Kita menerima komuni sebab sudah dibaptis, maka setiap misa kita wajib menerima komuni. Oleh karena komuni dilihat hanya sebagai bagian dari misa dan kita berhak menerima maka makna komuni menjadi hilang. Setelah pulang misa kita juga tetap sama. Hidup kita tidak dihidupi oleh Yesus.

Maka perlu adanya kesadaran baru bahwa komuni bukan saja sebagai hak kita sebagai orang Katolik tapi adalah anugerah besar dari Allah dimana Yesus yang Maha mau diam dan tinggal di dalam diri kita yang rapuh dan lemah. Bila Yesus ada dalam diri kita maka kita akan menjaga sikap dan perilaku kita sehingga pantas menjadi tempat Yesus tinggal. Sikap dan perilaku kita pun merupakan cerminan dari sikap Yesus sendiri.

MENGIKUTI YESUS

"sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” (Yoh 6:26)

Yesus mengkritik orang-orang yang mengikuti Dia karena mereka telah makan kenyang ketika Yesus melakukan pergandaan roti. Mereka tidak mencari dan menangkap makna dari mujijat pergandaan roti tapi hanya melihat bahwa Yesus dapat memberinya makan. Mereka tidak melihat karya Allah yang ada dibalik mujijat tapi hanya memusatkan diri pada kebutuhan dasariah yaitu makan.

Saat ini sering tepampang baliho atau poster besar di tepi-tepi jalan tentang undangan doa oleh seorang yang mampu membuat mujijat. Banyak orang datang berduyun-duyun menghadiri persekutuan doa itu dengan harapan mereka mendapatkan mujijat. Konon bila mendapatkan mujijat kesembuhan maka mereka akan semakin beriman bahkan orang yang bukan pengikut Kristus pun akan menjadi pengikut Kristus. Jika demikian maka mereka tidak jauh berbeda dengan orang yang dikritik Yesus bahwa mereka mengikutiNya hanya karena mendapatkan sesuatu yang mereka butuhkan.

Mengikuti Yesus adalah pemberian diri untuk membangun dunia baru. Bukan mencari pemenuhan kebutuhan dasar atau sesuatu yang kita harapkan. Jika beriman karena menerima mujijat maka kita akan terus mencari mujijat. Kita tidak akan pernah memberi dan berbagi seperti Yesus telah memberikan diriNya kepada manusia.

Kamis, 07 Juli 2011

KASIH YANG TERBUKA

“Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian.” (Mat 5:46)

Semua orang mengejar kebahagiaan. Tapi ada beberapa orang yang salah langkah. Mereka mengira bila mempunyai harta yang banyak, prestasi yang hebat, jabatan yang tinggi atau popularitas maka sudah mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan hanya di dapat bila orang merasa atau sadar bahwa dia dikasihi dan mengasihi sesamanya. Bila orang hanya dikasihi maka orang akan merasa jenuh seperti Laut Mati yang hanya menampung air tapi tidak berbagi. Sebaliknya bila hanya mengasihi maka dia akan menjadi kering sebab tidak mempunyai sumber kasih.

Yesus mengajarkan kasih yang terbuka bagi siapa saja. Bukan disempitkan pada orang yang mengasihi kita. Kasih yang seperti matahari dan hujan yang memberikan sinar dan airnya kepada siapa saja. Kasih seperti ini tidak mengambil keuntungan atau kasih yang egois. Kasih yang tidak berhitung timbal balik, tapi kasih yang memberi dan demi orang lain. Hal ini dapat dipertanyakan lalu siapa yang akan mengasihiku?

Bila kita ingin dikasihi maka kita harus mengasihi orang lain terlebih dahulu. Kita tidak mungkin menuntut orang tapi kita bisa menuntut diri sendiri. Perubahan dimulai dari diri kita. Jika kita mulai mengasihi orang maka orang pun akan mengasihi kita. Maka jangan kuatir bila kita memiliki kasih yang terbuka sebab orang pun akan mengasihi kita.

JUJUR

“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Mat 5:37)

Masalah yang paling parah di negara kita adalah kejujuran. Akibat ketidakjujuran maka korupsi merajalela bahkan sejak anak-anak sudah berlatih tidak jujur dengan membeli soal ujian, jawaban soal UNAS dan sebagainya. Beberapa sekolah membangun “kantin kejujuran” dimana setiap anak bisa membeli tanpa diawasi oleh penjual. Tapi dalam waktu sekejap saja kantin itu sudah tutup, sebab banyak anak yang mengambil barang tanpa membayar. Kenyataan ini sungguh sangat memprihatinkan.

Ayat diatas bagian dari sabda Yesus tentang sumpah. Adanya sumpah disebabkan ada ketidakjujuran. Orang ragu akan kebenaran yang dikatakan oleh orang lain sehingga menghadirkan Allah sebagai saksi atas kebenaran yang dinyatakannya. Atau adanya keraguan bahwa orang akan melakukan seperti yang telah dikatakannya atau tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Maka sebetulnya kita malu bila diminta untuk sumpah sebab orang lain meragukan kejujuran dan tanggungjawab kita.

Ketidakjujuran dan pengingkaran tanggungjawab didorong oleh keinginan jahat yang bersumber dari keegoisan diri dan yang akan merugikan sesama. Maka kejujuran hanya bisa terjadi bila kita tidak berpikir hanya untuk kepentingan diri sendiri melainkan mempunyai kasih pada sesama. Kasih yang rela berkurban bagi kebahagiaan sesama.

TERANG YANG MENERANGI

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Mat 5:16)

Banyak orang melakukan perbuatan baik. Begitu ada bencana maka dalam sekejap ada ratusan orang dari berbagai tempat yang datang untuk menolong para kurban. Mereka rela selama beberapa hari meninggalkan aktifitas hidup sehari-harinya. Banyak pula orang yang rela membagikan waktu, harta dan tenaganya untuk orang lain setiap hari. Maka di Gereja ada banyak komunitas yang peduli pada sesama yang menderita.

Dalam melakukan pelayanan kepada sesama banyak orang berprinsip bahwa apa yang mereka lakukan tidak perlu diketahui orang lain. Tapi ayat di atas mengatakan yang berbeda. Yesus menghendaki agar orang melihat perbuatan baik yang kita lakukan. Tapi agar semakin banyak orang memuliakan Allah. Maka tujuan perbuatan baik tidak berhenti hanya sampai pertolongan pada orang yang membutuhkan melainkan lebih jauh lagi yaitu agar orang memuliakan Allah. Tujuan inilah yang sering dilupakan.

Perbuatan baik yang kita lakukan hendaknya mampu membuat orang yang menderita bersyukur atas belas kasih Allah yang diterima melalui kita dan orang lain yang tidak menderita pun mampu melihat masih adanya belas kasih Allah sehingga tergerak untuk melakukan hal yang sama. Perbuatan baik yang kita lakukan adalah kesaksian akan kehadiran Allah yang penuh belas kasih di dunia. Tapi hal ini bukanlah hal yang mudah.

Rabu, 06 Juli 2011

PELITA

“Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu,” (Mat 5:15)

Kita masuk dalam era globalisasi dimana batas negara menjadi kabur. Orang dapat pagi berada di negara ini dan sore sudah berada di negara lain. Melalui tayangan CNN orang dapat mengikuti perkembangan krisis politik di Mesir. Kita dapat berkomunikasi dengan teman di belahan dunia lain yang jaraknya beribu-ribu kilometer. Dunia menjadi seperti rumah besar dengan beragam budaya dan manusia. Yesus menghendaki agar kita menjadi pelita yang dapat menerangi semua orang di dalam rumah.

Meski dunia tampaknya menjadi sebuah rumah besar, tapi kesenjangan sosial sangat mencolok. Menurut data FAO ada 925 juta orang yang kelaparan. Sedangkan disisi lain setiap tahun 1,3 milyar ton makanan atau 1/3 makanan yang diproduksi dunia dibuang. Di satu sisi ada jutaan orang berjuang untuk sembuh dari sakitnya sedangkan disisi lain ada jutaan dollar dikeluarkan untuk riset pengembangan, perawatan dan pembelian alat pemusnah manusia. Masih banyak paradoks dalam dunia saat ini.

Gereja dipanggil untuk menerangi dunia. Hal ini tidak mungkin bila Gereja hanya sibuk dengan urusan internal atau memusatkan hidup pada altar. Gereja hendaknya memberi penyadaran akan adanya ketidakadilan dan menjadi jembatan antara miskin dan kaya.

TERANG DUNIA

“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (Mat 5:14)

Ayat ini bila diputus pada kalimat pertama maka akan bisa menjadi suatu kesombongan sebab seolah kita akan mampu menerangi dunia. Tapi bila dibaca lengkap sampai kalimat kedua, maka menunjukkan peran lain. Bila kita melihat kota di atas gunung maka yang tampak hanyalah kelap kelip lampu. Bayangkan saja pada saat Injil ini ditulis dimana orang masih menggunakan lampu minyak yang tidak seterang lampu listrik. Tapi meski terang itu kecil sudah dapat menunjukkan arah kota itu berada.

Agama Katolik masih merupakan agama besar di dunia dalam hal jumlah pengikut. Tapi banyak orang yang diakui oleh Gereja sebagai umat Katolik sebab dia dibaptis secara Katolik, sedang sikap dan cara hidupnya belum menunjukkan kekatolikan. Untuk itu dibutuhkan sekelompok kecil umat yang setia dan mau mewujudnyatakan iman Katolik. Mereka menjadi seperti cahaya-cahaya kecil di atas gunung yang dapat menjadi arah kemana orang akan berjalan bila dia memasuki kegelapan. Kesaksian hidupnya menjadi tanda-tanda kecil tentang belas kasih Allah di dunia.

Saat ini banyak masalah disebabkan orang hidup dalam kegelapan. Kekerasan, ketidak adilan dan lainnya mewarnai hidup kita sehari-hari. Maka kita harus berperan menjadi sinar kecil yang mampu menuntun orang pada cahaya besar yaitu Allah sendiri.

Selasa, 05 Juli 2011

GARAM DUNIA

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang” (Mat 5:13)

Matius begitu hebat menggambarkan umat Kristen sebagai garam. Garam adalah benda yang putih dan mampu mengubah rasa. Bila dimasukan dalam air maka larut dan mengubah rasa. Tapi bila air dikeringkan maka garam itu akan muncul kembali. Dia tetap eksis meski sudah mengubah rasa. Hal ini berbeda dengan gula atau yang lain. Matius mengajarkan umat Kristen menjadi garam.

Gereja sejak Konsili Vatikan II menegaskan arah untuk terlibat dalam dunia. Hal ini tampak jelas dalam konstitusi Gaudium et Spes yang sejak awal telah menegaskan bahwa kebahagiaan dan harapan dunia adalah kebahagian dan harapan Gereja. Umat Katolik adalah bagian dari masyarakat dengan perannya masing-masing. Kehadiran umat Katolik dalam suatu masyarakat diharapkan dapat menjadi garam yang mampu memberikan warna baru. Mampu memasukan ajaran Yesus dalam masyarakat.

Saat ini individualisme, konsumerisme dan hedonisme semakin menguat. Nilai-nilai ini bertentangan dengan ajaran Yesus tentang solidaritas dan kesederhanaan. Maka perlu kita merenungkan perutusan kita sebagai garam yang mampu mempengaruhi dan mengubah pola pikir masyarakat. Bukan sebaliknya kita terhanyut oleh nilai-nilai itu. Inilah tantangan kekatolikan kita pada jaman ini.

Powered By Blogger