Jumat, 15 Juli 2011

MENDENGARKAN KAUM MISKIN

“Condongkanlah telinga kepada yang miskin, dan dengan ramah balaslah salamnya.” (Sir 4:8)

Menjelang pemilu atau pilkada maka banyak orang tiba-tiba menjadi peduli pada kaum miskin. Mereka tidak segan-segan turun ke kampung atau daerah miskin dan tampak akrab dengan mereka. Belum lagi mereka menjanjikan program-program pengentasan kaum miskin. Tapi setelah pemilu atau pilkada selesai maka situasi kembali seperti semula. Suara kaum miskin tidak pernah didengarkan.

Kaum miskin sering kali mengalami pembisuan. Akibatnya sering terjadi kekerasan antara kaum miskin melawan orang yang kuat dan berkuasa. Kasus kekerasan yang terjadi antara pihak TNI melawan rakyat karena berebut tanah di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga jatuh kurban dikedua belah pihak, merupakan kurang didengarnya suara kaum miskin. Orang hanya melihat dari sudutnya sendiri.

Mencondongkan telinga ke arah kaum miskin adalah kesiapan untuk mendengarkan keluh kesah mereka dengan sungguh, bukan sekedar basa basi, sehingga kita dapat memahami pergulatan hidup dan harapan-harapannya. Dari sini baru kita membuat rencana bersama dengan mereka untuk mengatasi masalah. Tapi hal yang terjadi adalah kaum miskin harus mendengarkan suara orang yang kuat. Padahal belum tentu suara orang kuat sesuai dengan harapan kaum miskin. Maka terjadilah kekerasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger