Andai ada orang sakti yang mengatakan padaku bahwa hari ini aku akan mati, maka apa yang akan terjadi dalam hidupku? Apakah aku berusaha menikmati hidup sebelum kematian itu datang? Ataukah aku akan berdoa terus menerus sampai kematian itu datang? Atau aku tidak peduli dan beraktifitas seperti biasa? Ketika komet Halley, sebuah komet yang tampak dari bumi setiap 75 atau 76 tahun sekali, tampak pada sekitar April 1910, banyak orang mengira akan terjadi kiamat. Di beberapa tempat orang duduk di luar rumah sambil makan dan minum sampai mabok dengan harapan bila kiamat itu datang mereka sedang tidak sadarkan diri. Sebagian lain masuk dalam doa-doa agar bila kiamat itu datang maka mereka akan masuk surga.
Kematian adalah peristiwa yang pasti akan dialami oleh semua manusia. Tapi banyak orang takut menghadapi saat itu. Orang ingin mengulur waktu agar tidak segera mencapai akhir dari hidupnya. Bahkan orang berusaha untuk melupakannya saat yang membuatnya gelisah dan menakutkan itu. Beberapa waktu lalu aku nonton film berjudul “Tuesdays with Morrie” yang dibintangi Jack Lemon sebagai Morrie dan Hank Azaria sebagai Mitch Albon. Kisahnya menceritakan percakapan antara Morrie, seorang profesor yang mengindap penyakit parah dan Mitch, mantan mahasiswanya yang menjadi wartawan olahraga yang sangat sibuk. Suatu hari Mitch bercerita bahwa Morrie pernah masuk kelas dan diam. Selama beberapa menit dia hanya diam. Lalu para mahasiswa bertanya mengapa dia diam? Morrie menjawab bahwa diam menyadarkan kita akan kematian sehingga membuat kita takut.
Kita takut akan kematian sebab kita terpisah dari segala yang kita miliki atau mengikat kita di dunia. Kita masuk dalam situasi ketidakberdayaan absolut, dimana kita tidak mampu menentukan kemana kita akan pergi dan apa yang akan terjadi. Kita yang biasanya menentukan menjadi orang yang ditentukan. Kita tidak memiliki kekuasaan atas diri kita. Segala yang kita bangun selama hidup menjadi tidak berarti lagi. Apalagi bila kita mengimani ada surga dan neraka dimana neraka digambarkan sebagai sesuatu tempat yang sangat mengerikan, maka kita cemas apakah kita akan masuk ke tempat yang mengerikan itu? Kita ingin menolak tempat itu tapi tidak mampu.
Bila kematian adalah suatu peristiwa yang sudah pasti harus kita alami, maka tidak perlu kita takut untuk menjalaninya. Kita hanya perlu mempersiapkan diri. “Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” (Mat 25:13). Kematian dapat datang setiap saat. Seseorang yang saat ini masih sehat dan bergembira tiba-tiba satu jam kemudian dia sudah meninggal dunia. Sebaliknya orang yang sudah sakit parah dan divonis dokter bahwa umurnya tinggal beberapa saat lagi, ternyata dia tetap dapat hidup sampai beberapa tahun lagi. Saat kematian hanya Tuhan yang tahu. Kita hanya diminta untuk berjaga-jaga menghadapi saat yang pasti itu.
Andai kita sadar bahwa kita akan mati, maka setiap waktu adalah sangat berharga. Beberapa orang yang sudah hampir meninggal mengatakan bahwa masih banyak hal yang seharusnya dapat dikerjakan ternyata belum dikerjakan. Hal ini disebabkan dia tidak pernah mengingat kematian dan baru mengingat setelah dia merasa kematian semakin mendekat. Dalam hidup kita mempunyai banyak keinginan untuk melakukan segala sesuatu. Tapi sering kali kita menunda mewujudkannya dengan keyakinan bahwa kita masih mempunyai waktu. “Supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.” (1Ptr 4:2). Kita berjalan menuju batas akhir hidup kita. Sisa waktu yang masih ada kita gunakan untuk melakukan perbuatan yang baik. Mencintai sesama secara lebih. Melakukan tindakan pertobatan, sehingga kita tidak takut lagi akan neraka. Bukan diboroskan untuk hal-hal yang tidak berguna dan pengejaran kenikmatan bagi diri sendiri yang kita tahu akan menghasilkan hukuman di neraka. Kesadaran akan sisa waktu mendorong kita untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, tanpa menunda, sebab kita tidak tahu kapan Allah datang yang akan mengakhiri perjalanan hidup kita.
Kematian adalah peristiwa yang pasti akan dialami oleh semua manusia. Tapi banyak orang takut menghadapi saat itu. Orang ingin mengulur waktu agar tidak segera mencapai akhir dari hidupnya. Bahkan orang berusaha untuk melupakannya saat yang membuatnya gelisah dan menakutkan itu. Beberapa waktu lalu aku nonton film berjudul “Tuesdays with Morrie” yang dibintangi Jack Lemon sebagai Morrie dan Hank Azaria sebagai Mitch Albon. Kisahnya menceritakan percakapan antara Morrie, seorang profesor yang mengindap penyakit parah dan Mitch, mantan mahasiswanya yang menjadi wartawan olahraga yang sangat sibuk. Suatu hari Mitch bercerita bahwa Morrie pernah masuk kelas dan diam. Selama beberapa menit dia hanya diam. Lalu para mahasiswa bertanya mengapa dia diam? Morrie menjawab bahwa diam menyadarkan kita akan kematian sehingga membuat kita takut.
Kita takut akan kematian sebab kita terpisah dari segala yang kita miliki atau mengikat kita di dunia. Kita masuk dalam situasi ketidakberdayaan absolut, dimana kita tidak mampu menentukan kemana kita akan pergi dan apa yang akan terjadi. Kita yang biasanya menentukan menjadi orang yang ditentukan. Kita tidak memiliki kekuasaan atas diri kita. Segala yang kita bangun selama hidup menjadi tidak berarti lagi. Apalagi bila kita mengimani ada surga dan neraka dimana neraka digambarkan sebagai sesuatu tempat yang sangat mengerikan, maka kita cemas apakah kita akan masuk ke tempat yang mengerikan itu? Kita ingin menolak tempat itu tapi tidak mampu.
Bila kematian adalah suatu peristiwa yang sudah pasti harus kita alami, maka tidak perlu kita takut untuk menjalaninya. Kita hanya perlu mempersiapkan diri. “Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” (Mat 25:13). Kematian dapat datang setiap saat. Seseorang yang saat ini masih sehat dan bergembira tiba-tiba satu jam kemudian dia sudah meninggal dunia. Sebaliknya orang yang sudah sakit parah dan divonis dokter bahwa umurnya tinggal beberapa saat lagi, ternyata dia tetap dapat hidup sampai beberapa tahun lagi. Saat kematian hanya Tuhan yang tahu. Kita hanya diminta untuk berjaga-jaga menghadapi saat yang pasti itu.
Andai kita sadar bahwa kita akan mati, maka setiap waktu adalah sangat berharga. Beberapa orang yang sudah hampir meninggal mengatakan bahwa masih banyak hal yang seharusnya dapat dikerjakan ternyata belum dikerjakan. Hal ini disebabkan dia tidak pernah mengingat kematian dan baru mengingat setelah dia merasa kematian semakin mendekat. Dalam hidup kita mempunyai banyak keinginan untuk melakukan segala sesuatu. Tapi sering kali kita menunda mewujudkannya dengan keyakinan bahwa kita masih mempunyai waktu. “Supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.” (1Ptr 4:2). Kita berjalan menuju batas akhir hidup kita. Sisa waktu yang masih ada kita gunakan untuk melakukan perbuatan yang baik. Mencintai sesama secara lebih. Melakukan tindakan pertobatan, sehingga kita tidak takut lagi akan neraka. Bukan diboroskan untuk hal-hal yang tidak berguna dan pengejaran kenikmatan bagi diri sendiri yang kita tahu akan menghasilkan hukuman di neraka. Kesadaran akan sisa waktu mendorong kita untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, tanpa menunda, sebab kita tidak tahu kapan Allah datang yang akan mengakhiri perjalanan hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar