Buku I-Ching menuliskan dua prinsip yang menjadi sumber segala eksistensi dan transformasi di alam semesta yaitu Yin-Yang. Yin artinya yang tertutup, yang pasif, mewakili bumi, malam, kegelapan, bulan, betina, air dan sebagainya. Sedangkan Yang yang terbuka, aktif, terang, dan mewakili matahari, langit, jantan, api, aksi, kuat, gembira dan sebagainya. Yin-Yang membentuk sebuah lingkaran yang berarti sempurna dan dibatasi oleh garis lengkung, bukan garis lurus tegas, sebab hendak menggambarkan bahwa keduanya saling mendukung. Menyatu. Bahkan keduanya saling memuat. Dalam Yin ada Yang demikian pula sebaliknya. Hal ini disebabkan bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tidak ada ketotalan. Dalam kebaikan ada kejahatan demikian pula sebaliknya.
Pemahan diatas adalah pemahaman orang yang berusaha masuk dalam dunia filsafat Cina. Bagiku yang awam filsafat, aku hanya berusaha menarik hal sederhana saja. Hal yang bisa dikaitkan dengan hidup kongkrit. Pemahaman Yin-Yang menunjukan bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Kebaikan apapun masih ada hitamnya, sebaliknya kejahatan apapun masih ada kebaikannya. Bahkan perpaduan antara putih dan gelap membentuk sebuah lingkaran yang sempurna. Apakah penulis buku I Ching hendak mengatakan bahwa kesempurnaan dunia itu tersusun dari sisi gelap dan putih? Jika demikian maka manusia pun tersusun dari gelap dan putih.
Awal bulan ini TV di rumah singgah dicuri oleh anak yang dipercaya untuk menjaga barang-barang milik bersama. Minggu lalu ada dua anak lagi yang wajahnya masuk dalam koran Memorandum akibat membacok seorang bapak penjual rokok di tepi jalan. Usia bapak ini sudah sekitar 60 th. Kini 3 anak masuk tahanan polsek dan satu anak menjadi buron. Seorang bertanya mengapa aku masih bertahan mendampingi anak-anak yang penuh kejahatan seperti itu? Dia mengusulkan agar aku menutup rumah singgah, sebab mereka semua dalam kuasa kegelapan. Tapi begitu ada niat menutup, maka muncul wajah-wajah yang masih membutuhkan. Wajah yang ketakutan akan tidur di jalanan lagi.
Aku yakin dalam diri anak jalanan yang dianggap jahat masih ada titik-titik baiknya juga. Mereka pasti mempunyai benih kebaikan, hanya tertimbun oleh kejahatan yang diakibatkan situasi dan sejarah buruk hidup mereka. Bagaikan Yin yang memuat Yang. Aku teringat suatu hari ada anak yang bertengkar sampai salah satu sudah hendak mengeluarkan pisau untuk membacok temannya. Setelah kami pisah, salah satu dari mereka pergi. Tidak beberapa lama kemudian dia datang lagi dengan membawa nasi bungkus. Ternyata teman yang hampir dibacok itupun diberi nasi bungkus. Ketika kutanya kok memberi nasi pada anak itu? Dia menjawab bahwa dia kasihan melihat anak itu kelaparan. Dari sini aku terheran-heran, baru saja dia hampir membacoknya akibat kejengkelan hati dan sekarang dia sudah melupakan kejengkelan hatinya dan memberikan sebagian miliknya untuk anak yang telah membuatnya marah. Bukankah ini sebuah aplikasi ajaran Yesus soal pengampunan? Kadang aku sendiri pun tidak mampu begitu mudah melupakan kesalahan orang, ternyata teman ini dapat melakukannya. Bukankah ini sebuah benih kebaikan?
Dalam komunitas anak jalanan ternyata tidak semua anak jalanan mempunyai gambaran mengerikan seperti yang sering dikatakan oleh orang. Tidak semua anak jalanan suka mabuk, mencuri, berkelahi dan sebagainya. Ada anak-anak yang menjadi anak jalanan sebab terpaksa. Mereka tidak mempunyai pilihan hidup yang lain. Memang orang akan mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Tapi jika sudah berdekatan dengan mereka dan mendengar kisah hidup mereka sampai menjadi anak jalanan, baru orang akan memahaminya. Ada anak-anak jalanan yang baik, namun karena cerita soal mereka sudah hitam, sehingga semua anak jalanan dianggap hitam. Pengadilan semacam ini yang membuat anak jalanan tidak bisa keluar dari situasi hidupnya saat ini, sebab banyak orang sudah menutup jalan keluar.
Menurut Yin Yang setiap kebaikan pasti masih ada keburukannya. Sebab dalam Yang mengandung Yin. Sekarang tergantung kita mau melihat kemana. Persoalanya banyak orang mudah tertarik melihat warna hitam daripada wahana yang lebih luas. Dalam Yang yang putih itu, banyak orang yang tertarik dengan bulatan Yin di tempat yang paling terang. Tapi sebaliknya banyak orang mengalami kesulitan untuk melihat bulatan Yang yang ada dalam gambaran Yin. Kegelapan atau warna hitam mungkin lebih menarik indra seseorang, sehingga orang lebih mudah melihat hitam di atas putih daripada putih diatas hitam.
Melihat Yin-Yang kita bisa belajar dalam menghadapi dunia. Dalam kejahatan anak jalanan pasti ada kebaikannya. Di dalam kebaikan teman kita pasti ada titik celah yang bisa dikritik. Orang yang berpikir positif akan berusaha mencari kebaikan dalam kejahatan. Atau memaklumi noda hitam yang ada dalam kebaikan, sehingga dia mampu bersyukur atas kebaikan yang ada. Pandangan ini akan memberinya harapan untuk tetap berjuang. Tidak mudah putus asa dan menyerah.
Memaklumi kejahatan anak jalanan bukan berarti aku menyetujui aneka kejahatan yang dilakukan oleh mereka. Aku harus berani menegur dan mengajak mereka berproses untuk menyadari diri dan hidup mereka agar siap keluar dari lingkaran kejahatan. Pemakluman adalah keberanianku untuk tidak memusatkan perhatian pada hal negatif melainkan berusaha mencari titik-titik positif meski sekecil apapun. Dari satu titik itulah aku berusaha menunjukan pada mereka bahwa masih ada sisi diri mereka yang positif dan bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya. Dengan demikian bagiku Yin Yang adalah sebuah bentuk cara pandang untuk senantiasa percaya bahwa di dalam kehidapan anak jalanan yang kelam masih ada sisi baiknya. Bahwa mereka masih mempunyai harapan untuk berubah. Harapan bahwa masih ada hari esok yang lebih baik. Hal ini memberiku semangat untuk terus berteman dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka.
Yesus adalah orang yang berpikir sangat positif. Dia tetap melihat kebaikan dalam diri para murid meski sering kali mereka menunjukan noda-noda hitam. Dia sudah mengetahui Petrus akan berkhianat dan itu sungguh terjadi, namun Dia tetap memberikan kepercayaan. Dia tetap melihat sisi positif dalam diri Petrus. Namun bukan berarti Dia mendiamkan kejahatan. Dia dengan tegas menegur para murid, bahkan Dia juga tidak segan-segan mengkritik para ahli Taurat dan kaum Farisi di depan publik, sebab mereka memiliki sisi gelap dalam hidupnya. Ini bukan bentuk ungkapan kebencian melainkan gebrakanNya terhadap para tokoh masyarakat yang tidak bisa dijadikan teladan agar mereka menyadari akan kekeliruan hidupnya.
Tapi sebaliknya ada orang yang berpikiran negatif, dia akan selalu melihat bagian hitam dalam hidup. Akibatnya dia tidak akan puas dengan banyak hal. Memprotes apa saja yang terjadi. Bahkan mungkin dia tidak puas dengan apa yang ada dalam dirinya. Banyak orang yang menyesali mengapa dia dilahirkan. Mengapa dia tidak mempunyai talenta seperti yang lain dan sebagainya. Orang ini tidak akan mampu bersyukur. Kalau toh dia berdoa, isi doanya hanya akan berisi keluhan dan protes tidak puas pada Tuhan. Hidupnya tidak akan tenang sebab senantiasa melihat hal-hal negatif dalam diri, sesama dan lingkungan.
Aku punya seorang teman yang jika bertemu selalu mengeluh. Ada saja hal yang dijadikan sebagai bahan untuk dikeluhkan. Aku kadang jengkel juga dengannya, sebab bagiku hal yang tidak perlu dipersoalkan, baginya sudah menjadi sebuah persoalan. Akibat memusatkan diri pada pandangan negatif, maka dia tidak bisa menikmati hidup. Dia tidak puas dengan apa yang dimiliki, apa yang terjadi dan apa yang dihadapi. Dia sulit untuk bersyukur dan bergembira. Jika dikritik dia marah, sebaliknya jika dipuji juga tidak senang sebab dia curiga bahwa orang memuji pasti ada maksudnya. Hidupnya penuh dengan kecurigaan dan keluhan. Bagaimana dia bisa bersyukur pada Tuhan jika selalu mengkritik Tuhan yang menganugerahkan hujan dan panas?
Dalam diri anak jalanan memang memuat unsur Yin yang sangat besar. Namun semua itu bukan akhir, sebab mereka juga mempunyai unsur Yang, maka yang terpenting adalah bagaimana kita mulai mencari unsur Yang dalam diri anak jalanan dan memperluasnya. Keberanian untuk melihat unsur Yang akan sangat besar artinya bagi usaha membangun pertemanan dengan anak jalanan. Hal ini pun akan membantu kita untuk berproses melihat unsur Yang dalam aneka peristiwa hidup dan diri kita sendiri. Aku yakin jika kita mampu melihat unsur Yang dalam bagian Yin maka hidup akan menjadi semakin hidup.
Pemahan diatas adalah pemahaman orang yang berusaha masuk dalam dunia filsafat Cina. Bagiku yang awam filsafat, aku hanya berusaha menarik hal sederhana saja. Hal yang bisa dikaitkan dengan hidup kongkrit. Pemahaman Yin-Yang menunjukan bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Kebaikan apapun masih ada hitamnya, sebaliknya kejahatan apapun masih ada kebaikannya. Bahkan perpaduan antara putih dan gelap membentuk sebuah lingkaran yang sempurna. Apakah penulis buku I Ching hendak mengatakan bahwa kesempurnaan dunia itu tersusun dari sisi gelap dan putih? Jika demikian maka manusia pun tersusun dari gelap dan putih.
Awal bulan ini TV di rumah singgah dicuri oleh anak yang dipercaya untuk menjaga barang-barang milik bersama. Minggu lalu ada dua anak lagi yang wajahnya masuk dalam koran Memorandum akibat membacok seorang bapak penjual rokok di tepi jalan. Usia bapak ini sudah sekitar 60 th. Kini 3 anak masuk tahanan polsek dan satu anak menjadi buron. Seorang bertanya mengapa aku masih bertahan mendampingi anak-anak yang penuh kejahatan seperti itu? Dia mengusulkan agar aku menutup rumah singgah, sebab mereka semua dalam kuasa kegelapan. Tapi begitu ada niat menutup, maka muncul wajah-wajah yang masih membutuhkan. Wajah yang ketakutan akan tidur di jalanan lagi.
Aku yakin dalam diri anak jalanan yang dianggap jahat masih ada titik-titik baiknya juga. Mereka pasti mempunyai benih kebaikan, hanya tertimbun oleh kejahatan yang diakibatkan situasi dan sejarah buruk hidup mereka. Bagaikan Yin yang memuat Yang. Aku teringat suatu hari ada anak yang bertengkar sampai salah satu sudah hendak mengeluarkan pisau untuk membacok temannya. Setelah kami pisah, salah satu dari mereka pergi. Tidak beberapa lama kemudian dia datang lagi dengan membawa nasi bungkus. Ternyata teman yang hampir dibacok itupun diberi nasi bungkus. Ketika kutanya kok memberi nasi pada anak itu? Dia menjawab bahwa dia kasihan melihat anak itu kelaparan. Dari sini aku terheran-heran, baru saja dia hampir membacoknya akibat kejengkelan hati dan sekarang dia sudah melupakan kejengkelan hatinya dan memberikan sebagian miliknya untuk anak yang telah membuatnya marah. Bukankah ini sebuah aplikasi ajaran Yesus soal pengampunan? Kadang aku sendiri pun tidak mampu begitu mudah melupakan kesalahan orang, ternyata teman ini dapat melakukannya. Bukankah ini sebuah benih kebaikan?
Dalam komunitas anak jalanan ternyata tidak semua anak jalanan mempunyai gambaran mengerikan seperti yang sering dikatakan oleh orang. Tidak semua anak jalanan suka mabuk, mencuri, berkelahi dan sebagainya. Ada anak-anak yang menjadi anak jalanan sebab terpaksa. Mereka tidak mempunyai pilihan hidup yang lain. Memang orang akan mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Tapi jika sudah berdekatan dengan mereka dan mendengar kisah hidup mereka sampai menjadi anak jalanan, baru orang akan memahaminya. Ada anak-anak jalanan yang baik, namun karena cerita soal mereka sudah hitam, sehingga semua anak jalanan dianggap hitam. Pengadilan semacam ini yang membuat anak jalanan tidak bisa keluar dari situasi hidupnya saat ini, sebab banyak orang sudah menutup jalan keluar.
Menurut Yin Yang setiap kebaikan pasti masih ada keburukannya. Sebab dalam Yang mengandung Yin. Sekarang tergantung kita mau melihat kemana. Persoalanya banyak orang mudah tertarik melihat warna hitam daripada wahana yang lebih luas. Dalam Yang yang putih itu, banyak orang yang tertarik dengan bulatan Yin di tempat yang paling terang. Tapi sebaliknya banyak orang mengalami kesulitan untuk melihat bulatan Yang yang ada dalam gambaran Yin. Kegelapan atau warna hitam mungkin lebih menarik indra seseorang, sehingga orang lebih mudah melihat hitam di atas putih daripada putih diatas hitam.
Melihat Yin-Yang kita bisa belajar dalam menghadapi dunia. Dalam kejahatan anak jalanan pasti ada kebaikannya. Di dalam kebaikan teman kita pasti ada titik celah yang bisa dikritik. Orang yang berpikir positif akan berusaha mencari kebaikan dalam kejahatan. Atau memaklumi noda hitam yang ada dalam kebaikan, sehingga dia mampu bersyukur atas kebaikan yang ada. Pandangan ini akan memberinya harapan untuk tetap berjuang. Tidak mudah putus asa dan menyerah.
Memaklumi kejahatan anak jalanan bukan berarti aku menyetujui aneka kejahatan yang dilakukan oleh mereka. Aku harus berani menegur dan mengajak mereka berproses untuk menyadari diri dan hidup mereka agar siap keluar dari lingkaran kejahatan. Pemakluman adalah keberanianku untuk tidak memusatkan perhatian pada hal negatif melainkan berusaha mencari titik-titik positif meski sekecil apapun. Dari satu titik itulah aku berusaha menunjukan pada mereka bahwa masih ada sisi diri mereka yang positif dan bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya. Dengan demikian bagiku Yin Yang adalah sebuah bentuk cara pandang untuk senantiasa percaya bahwa di dalam kehidapan anak jalanan yang kelam masih ada sisi baiknya. Bahwa mereka masih mempunyai harapan untuk berubah. Harapan bahwa masih ada hari esok yang lebih baik. Hal ini memberiku semangat untuk terus berteman dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka.
Yesus adalah orang yang berpikir sangat positif. Dia tetap melihat kebaikan dalam diri para murid meski sering kali mereka menunjukan noda-noda hitam. Dia sudah mengetahui Petrus akan berkhianat dan itu sungguh terjadi, namun Dia tetap memberikan kepercayaan. Dia tetap melihat sisi positif dalam diri Petrus. Namun bukan berarti Dia mendiamkan kejahatan. Dia dengan tegas menegur para murid, bahkan Dia juga tidak segan-segan mengkritik para ahli Taurat dan kaum Farisi di depan publik, sebab mereka memiliki sisi gelap dalam hidupnya. Ini bukan bentuk ungkapan kebencian melainkan gebrakanNya terhadap para tokoh masyarakat yang tidak bisa dijadikan teladan agar mereka menyadari akan kekeliruan hidupnya.
Tapi sebaliknya ada orang yang berpikiran negatif, dia akan selalu melihat bagian hitam dalam hidup. Akibatnya dia tidak akan puas dengan banyak hal. Memprotes apa saja yang terjadi. Bahkan mungkin dia tidak puas dengan apa yang ada dalam dirinya. Banyak orang yang menyesali mengapa dia dilahirkan. Mengapa dia tidak mempunyai talenta seperti yang lain dan sebagainya. Orang ini tidak akan mampu bersyukur. Kalau toh dia berdoa, isi doanya hanya akan berisi keluhan dan protes tidak puas pada Tuhan. Hidupnya tidak akan tenang sebab senantiasa melihat hal-hal negatif dalam diri, sesama dan lingkungan.
Aku punya seorang teman yang jika bertemu selalu mengeluh. Ada saja hal yang dijadikan sebagai bahan untuk dikeluhkan. Aku kadang jengkel juga dengannya, sebab bagiku hal yang tidak perlu dipersoalkan, baginya sudah menjadi sebuah persoalan. Akibat memusatkan diri pada pandangan negatif, maka dia tidak bisa menikmati hidup. Dia tidak puas dengan apa yang dimiliki, apa yang terjadi dan apa yang dihadapi. Dia sulit untuk bersyukur dan bergembira. Jika dikritik dia marah, sebaliknya jika dipuji juga tidak senang sebab dia curiga bahwa orang memuji pasti ada maksudnya. Hidupnya penuh dengan kecurigaan dan keluhan. Bagaimana dia bisa bersyukur pada Tuhan jika selalu mengkritik Tuhan yang menganugerahkan hujan dan panas?
Dalam diri anak jalanan memang memuat unsur Yin yang sangat besar. Namun semua itu bukan akhir, sebab mereka juga mempunyai unsur Yang, maka yang terpenting adalah bagaimana kita mulai mencari unsur Yang dalam diri anak jalanan dan memperluasnya. Keberanian untuk melihat unsur Yang akan sangat besar artinya bagi usaha membangun pertemanan dengan anak jalanan. Hal ini pun akan membantu kita untuk berproses melihat unsur Yang dalam aneka peristiwa hidup dan diri kita sendiri. Aku yakin jika kita mampu melihat unsur Yang dalam bagian Yin maka hidup akan menjadi semakin hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar