Film Hotel Rwanda yang dirilis pada tahun 2004 dan dibintangi oleh Don Cheadle Merupakan film yang diangkat berdasarkan sebuah kisah nyata Paul Rusesabagina manager Sabena Hôtel des Mille Collines saat terjadi kerusuhan antara suku Tutsi dan Hutu. Dalam film itu ditayangkan betapa mengerikan pembantaian yang dilakukan oleh suku Hutu terhadap suku Tutsi. Mayat-mayat bergelimpangan di jalanan. Penyiksaan dan berbagai perlakuan yang tidak manusiawi. Melihat film itu dan beberapa film lain seperti Tears of the Sun, Silent Army dan sebagainya kita tidak dapat membayangkan bagaimana orang dapat bertindak sekeji itu terhadap sesamanya. Mereka berubah menjadi hewan liar dan ganas yang telah kehilangan sisi kemanusiaannya.
Jika melihat agama yang dipeluk oleh mayoritas suku Hutu dan Tutsi adalah Katolik, tapi dengan melihat tindakannya yang diluar peri kemanusiaan itu kita dapat bertanya apakah mereka sudah melupakan kekatolikkannya? Semua orang Katolik pasti hafal doa Bapa Kami, satu-satunya doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri kepada para muridNya. Dalam doa Bapa Kami kita memohon datangnya Kerajaan Allah sehingga di bumi seperti di dalam sorga. Bila melihat kekejian yang ditayangkan oleh film-film itu apakah Kerajaan Allah sudah datang? Bisakah kita melihat bumi seperti sorga?
Kehadiran Yesus menjadi tonggak suatu jaman baru, yaitu jaman Kerajaan Allah. Inilah inti pewartaan Yesus. Beberapa kali Yesus menyerukan pertobatan sebab Kerajaan Allah sudah dekat. Para murid pun diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Tapi Dia juga menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah datang. “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” (Mat 12:28) Dengan demikian kehadiran Kerajaan Allah ditandai dengan berkuasanya Roh Allah di bumi yang membuat manusia menjadi terbebas dari kuasa setan atau kuasa kejahatan. Maka seruan pertobatan agar manusia kembali pada Allah dan meninggalkan kuasa kejahatan merupakan awal dari kehadiran Kerajaan Allah.
“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” (Rm 14:18). Rasul Paulus lebih jelas lagi menjabarkan ajaran Yesus bahwa Kerajaan Allah adalah situasi yang berdasarkan kebenaran, kedamaian dan suka cita. Ramalan dan harapan terjadinya situasi ini sudah dimunculkan oleh Yesaya (Yes 11:1-9) dimana semua ciptaan bisa hidup rukun dan tidak ada lagi kejahatan. Kesempurnaan Kerajaan Allah ini baru terjadi nanti pada akhir jaman setelah pengadilan atas semua orang, tapi benih Kerajaan Allah itu sudah ada saat ini dan disini. Dalam doa Bapa Kami kita menantikan hadirnya Kerajaan Allah yang sempurna pada akhir jaman.
Selain menunggu kehadiran Kerajaan Allah pada akhir jaman, kita juga mengharapkan terciptanya situasi bumi yang seperti di dalam sorga. Terciptanya situasi sorga di bumi bukanlah sebuah anugerah Allah semata. Situasi ini harus diciptakan oleh manusia. Menurut Yesaya situasi ini dapat tercipta bila manusia kesukaannya ialah takut akan Allah, menghakimi secara adil, jujur, tidak menyimpang dari kebenaran, tidak berbuat jahat dan berlaku busuk. Orang yang hidupnya dikuasai oleh Roh Allah. Sedangkan Yesus menyerukan pertobatan dan mengajarkan kasih dan solider terutama terhadap yang miskin dan lemah. Tidak bersaing untuk menjadi yang terbesar melainkan saling melayani dan merendahkan diri untuk menjadi hamba bagi sesamanya.
Dengan demikian doa Bapa Kami bukanlah melulu sebuah harapan dan permohonan kepada Allah tetapi juga sebuah tuntutan kepada diri sendiri untuk membangun sorga di dunia ini. Tapi sering kali doa terpisah dari kehidupan nyata, sehingga meski berdoa Bapa Kami setiap hari tapi sikap hidupnya masih jauh dari usaha membangun sorga di bumi seperti yang terjadi di Rwanda dan negara lainnya. Bahkan mungkin juga dalam rumah dan Gereja dimana kita berada. Doa Bapa Kami masih menjadi sekedar doa yang diucapkan belum menjadi sebuah dorongan untuk membangun sorga di bumi.
Jika melihat agama yang dipeluk oleh mayoritas suku Hutu dan Tutsi adalah Katolik, tapi dengan melihat tindakannya yang diluar peri kemanusiaan itu kita dapat bertanya apakah mereka sudah melupakan kekatolikkannya? Semua orang Katolik pasti hafal doa Bapa Kami, satu-satunya doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri kepada para muridNya. Dalam doa Bapa Kami kita memohon datangnya Kerajaan Allah sehingga di bumi seperti di dalam sorga. Bila melihat kekejian yang ditayangkan oleh film-film itu apakah Kerajaan Allah sudah datang? Bisakah kita melihat bumi seperti sorga?
Kehadiran Yesus menjadi tonggak suatu jaman baru, yaitu jaman Kerajaan Allah. Inilah inti pewartaan Yesus. Beberapa kali Yesus menyerukan pertobatan sebab Kerajaan Allah sudah dekat. Para murid pun diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Tapi Dia juga menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah datang. “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” (Mat 12:28) Dengan demikian kehadiran Kerajaan Allah ditandai dengan berkuasanya Roh Allah di bumi yang membuat manusia menjadi terbebas dari kuasa setan atau kuasa kejahatan. Maka seruan pertobatan agar manusia kembali pada Allah dan meninggalkan kuasa kejahatan merupakan awal dari kehadiran Kerajaan Allah.
“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” (Rm 14:18). Rasul Paulus lebih jelas lagi menjabarkan ajaran Yesus bahwa Kerajaan Allah adalah situasi yang berdasarkan kebenaran, kedamaian dan suka cita. Ramalan dan harapan terjadinya situasi ini sudah dimunculkan oleh Yesaya (Yes 11:1-9) dimana semua ciptaan bisa hidup rukun dan tidak ada lagi kejahatan. Kesempurnaan Kerajaan Allah ini baru terjadi nanti pada akhir jaman setelah pengadilan atas semua orang, tapi benih Kerajaan Allah itu sudah ada saat ini dan disini. Dalam doa Bapa Kami kita menantikan hadirnya Kerajaan Allah yang sempurna pada akhir jaman.
Selain menunggu kehadiran Kerajaan Allah pada akhir jaman, kita juga mengharapkan terciptanya situasi bumi yang seperti di dalam sorga. Terciptanya situasi sorga di bumi bukanlah sebuah anugerah Allah semata. Situasi ini harus diciptakan oleh manusia. Menurut Yesaya situasi ini dapat tercipta bila manusia kesukaannya ialah takut akan Allah, menghakimi secara adil, jujur, tidak menyimpang dari kebenaran, tidak berbuat jahat dan berlaku busuk. Orang yang hidupnya dikuasai oleh Roh Allah. Sedangkan Yesus menyerukan pertobatan dan mengajarkan kasih dan solider terutama terhadap yang miskin dan lemah. Tidak bersaing untuk menjadi yang terbesar melainkan saling melayani dan merendahkan diri untuk menjadi hamba bagi sesamanya.
Dengan demikian doa Bapa Kami bukanlah melulu sebuah harapan dan permohonan kepada Allah tetapi juga sebuah tuntutan kepada diri sendiri untuk membangun sorga di dunia ini. Tapi sering kali doa terpisah dari kehidupan nyata, sehingga meski berdoa Bapa Kami setiap hari tapi sikap hidupnya masih jauh dari usaha membangun sorga di bumi seperti yang terjadi di Rwanda dan negara lainnya. Bahkan mungkin juga dalam rumah dan Gereja dimana kita berada. Doa Bapa Kami masih menjadi sekedar doa yang diucapkan belum menjadi sebuah dorongan untuk membangun sorga di bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar