Suatu hari ada seorang yang sangat marah sebab temannya telah menghina Yesus. Dia lalu bertanya padaku apa yang harus dijawab bila ada orang menghina Yesus? Sebelum aku menjawabnya, dia sudah mencaci maki agama dan nabi yang diimani temannya. Mendengar semua kata kasarnya aku tersenyum. Dia pun semakin marah melihatku tersenyum. Dia kecewa mengapa aku seolah tidak peduli saat nama Yesus dihina oleh orang lain. Kemarahan yang tampak dalam diri orang ini sudah sering aku lihat. Bahkan tidak jarang kemarahan semacam ini berujung pada tindakan anarkis dan kekerasan pada sesama yang beragama lain. Sudah banyak kasus kerusuhan agama akibat orang merasa tersinggung bahwa Allah atau nabinya dihina orang lain.
Setelah kemarahan orang itu mereda aku bertanya padanya, apakah bila Yesus dihina maka Dia kehilangan hakekatnya sebagai penyelamat manusia? Apakah orang akan tidak percaya lagi padaNya? Dia langsung menjawab bahwa dia tetap percaya pada Yesus sebagai penyelamat. Lalu apa masalahnya? Yesus adalah Yesus. Putra Allah yang menjadi manusia. Segala pujian tidak menambah kemuliaanNya sebagai Putra Allah, sebaliknya segala cacian tidak akan mengurangi kemuliaanNya sebagai Putra Allah. Hakekat Yesus sebagai Putra Allah tidak pernah akan berkurang karena sikap manusia. Memang ada orang sombong yang mengaku diri sebagai pembela Allah. Apakah Allah begitu lemah sehingga membutuhkan kita untuk membelaNya? Bukankah Allah adalah penguasa semesta alam yang dapat menjungkir balikkan semesta?
Kita memang hendaknya memuliakan Allah. Hal ini bukan demi kebesaran Allah, sebab Allah sudah besar tanpa pujian kita. Kita memuliakan Allah sebagai perwujudan iman kepadaNya. Iman bukan sekedar aku percaya dan berserah pada Allah lalu dibaptis melainkan sebuah perwujudan dari rasa percaya itu. Iman itu nyata dan terwujud dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan dan sikap hidup kita. Iman bukan kata-kata pujian kepada Allah atau membela bila Allah yang kita imani dicaci maki orang yang tidak percaya. Allah tidak membutuhkan pembelaan kita. Allah menghendaki kita mentaati segala perintahNya. Beberapa kali bangsa Israel dihukum oleh Allah sebab mereka melanggar perintahNya dan tidak mentaati apa yang diserukan oleh para nabi.
“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” (Yoh 17:4) Yesus memuliakan Allah dengan taat pada kehendakNya dan melaksanakan semua tugas yang diberikan Allah padaNya. Dia membuat mujijat agar manusia melihat kemuliaan Allah. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16). Bahkan sampai menjalani kesengsaraan dan kematian pun Yesus tetap hendak menunjukkan kemuliaan Allah. Semua itu bukan untuk mencari kemuliaan diri sendiri, sebab kemuliaan Yesus diberikan oleh Allah. "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku,” (Yoh 8:54). Jika kemuliaan Yesus diberikan oleh Allah maka tidak ada satupun orang yang dapat merampasnya atau menghilangkannya. Segala caci maki dan hujatan tidak akan menghilangkan kemuliaan itu.
Dengan demikian kita tidak perlu risau bila ada orang yang tidak percaya pada Yesus mencaci makiNya, sebab Yesus pun tidak marah ketika banyak orang menghina dan menyiksaNya. Bahkan Dia memberi pengampunan sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. Dia pun mengajarkan pada kita agar tidak membalas orang yang jahat pada kita dengan kejahatan, sebaliknya dengan kebaikan. “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang.” (Rm 12:17). Kita bukan diminta membela Allah melainkan diminta untuk berjuang menegakkan ajaran kebenaran yang dari Allah. Berjuang untuk menyadarkan orang akan kebenaran melalui pengajaran, sikap dan tindakan kita yang mencerminkan iman. Inilah tantangan kita yang hidup dalam dunia yang semakin jauh dari kebenaran yang dari Allah.
Setelah kemarahan orang itu mereda aku bertanya padanya, apakah bila Yesus dihina maka Dia kehilangan hakekatnya sebagai penyelamat manusia? Apakah orang akan tidak percaya lagi padaNya? Dia langsung menjawab bahwa dia tetap percaya pada Yesus sebagai penyelamat. Lalu apa masalahnya? Yesus adalah Yesus. Putra Allah yang menjadi manusia. Segala pujian tidak menambah kemuliaanNya sebagai Putra Allah, sebaliknya segala cacian tidak akan mengurangi kemuliaanNya sebagai Putra Allah. Hakekat Yesus sebagai Putra Allah tidak pernah akan berkurang karena sikap manusia. Memang ada orang sombong yang mengaku diri sebagai pembela Allah. Apakah Allah begitu lemah sehingga membutuhkan kita untuk membelaNya? Bukankah Allah adalah penguasa semesta alam yang dapat menjungkir balikkan semesta?
Kita memang hendaknya memuliakan Allah. Hal ini bukan demi kebesaran Allah, sebab Allah sudah besar tanpa pujian kita. Kita memuliakan Allah sebagai perwujudan iman kepadaNya. Iman bukan sekedar aku percaya dan berserah pada Allah lalu dibaptis melainkan sebuah perwujudan dari rasa percaya itu. Iman itu nyata dan terwujud dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan dan sikap hidup kita. Iman bukan kata-kata pujian kepada Allah atau membela bila Allah yang kita imani dicaci maki orang yang tidak percaya. Allah tidak membutuhkan pembelaan kita. Allah menghendaki kita mentaati segala perintahNya. Beberapa kali bangsa Israel dihukum oleh Allah sebab mereka melanggar perintahNya dan tidak mentaati apa yang diserukan oleh para nabi.
“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” (Yoh 17:4) Yesus memuliakan Allah dengan taat pada kehendakNya dan melaksanakan semua tugas yang diberikan Allah padaNya. Dia membuat mujijat agar manusia melihat kemuliaan Allah. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16). Bahkan sampai menjalani kesengsaraan dan kematian pun Yesus tetap hendak menunjukkan kemuliaan Allah. Semua itu bukan untuk mencari kemuliaan diri sendiri, sebab kemuliaan Yesus diberikan oleh Allah. "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku,” (Yoh 8:54). Jika kemuliaan Yesus diberikan oleh Allah maka tidak ada satupun orang yang dapat merampasnya atau menghilangkannya. Segala caci maki dan hujatan tidak akan menghilangkan kemuliaan itu.
Dengan demikian kita tidak perlu risau bila ada orang yang tidak percaya pada Yesus mencaci makiNya, sebab Yesus pun tidak marah ketika banyak orang menghina dan menyiksaNya. Bahkan Dia memberi pengampunan sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. Dia pun mengajarkan pada kita agar tidak membalas orang yang jahat pada kita dengan kejahatan, sebaliknya dengan kebaikan. “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang.” (Rm 12:17). Kita bukan diminta membela Allah melainkan diminta untuk berjuang menegakkan ajaran kebenaran yang dari Allah. Berjuang untuk menyadarkan orang akan kebenaran melalui pengajaran, sikap dan tindakan kita yang mencerminkan iman. Inilah tantangan kita yang hidup dalam dunia yang semakin jauh dari kebenaran yang dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar