Kamis, 11 Februari 2010

TAAT ATAU KASIH?

Sering orang bertanya mengapa dia jenuh berdoa. Dia mengikuti ibadah atau misa pun tidak dapat menghayati apa yang terjadi dalam misa. Dia berdoa tapi pikirannya tidak mampu konsentrasi pada apa yang sedang didoakan sebab mengembara kemana-mana. Pernah aku mengatakan bila memang tidak bisa menghayati doa ya tidak usah berdoa saja. Bila tidak mampu menghayati misa maka tidak perlu misa. Ketika aku mengatakan demikian maka reaksi yang muncul adalah suatu penentangan atas pendapat itu. Mereka mengatakan bahwa doa dan misa itu sebuah kewajiban dan ketaatan pada Tuhan. Bagiku disitulah pokok masalahnya.

Semua agama memang mempunyai hukum. Dalam Perjanjian Lama banyak sekali hukum dan tata aturan. Bahkan kitab Imamat hampir semuanya adalah tentang hukum dan tata aturan. Umat wajib mentaati semua tata aturan itu agar selamat. “Jikalau kamu hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada perintah-Ku serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya.” (Im 26:3-4). Tapi bila tidak mentaati maka akan menderita (Im 26:14-..). Bahkan dengan taat pada perintah Tuhan, maka dia akan mencintaiNya dan mendapat berkat berlimpah “Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu,… maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu,” (Ul 11:13-14). Dari ayat ini jelaslah bahwa orang mentaati perintah Tuhan bukan karena dia mencintai Tuhan melainkan dia melakukan sehingga mencintaiNya.

Ketaatan pada aturan tetap dipertahankan oleh orang Farisi sampai pada jaman Yesus. Bagi mereka ketaatan pada hukum sangatlah penting dan akan membawa pada keselamtan. Maka mereka beberapa kali bertengkar dengan Yesus yang dianggap tidak mentaati hukum misalnya melanggar hari Sabat, tidak berpuasa dan sebagainya. Maka mereka ditegur oleh Yesus. “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” (Mat 15:8). Bagi Yesus orang melakukan perintah Tuhan karena dia mengasihi Tuhan "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yoh 14:15). Kasih menjadi dasar melaksanakan perintah Tuhan.

Doa adalah wujud kasih pada Tuhan. Kasih itu rasa yang tidak dapat digambarkan tapi hanya dapat dirasakan. Bila perbuatan muncul dari rasa kasih, maka perbuatan itu akan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ketika melakukan maka tidak merasa capek atau membosankan. Sepasang muda mudi yang sedang mabok cinta, meski makan hanya sepiring nasi putih tanpa lauk dan duduk di tempat yang bau sekalipun baginya makanan itu akan terasa sangat enak. Sebaliknya bila tidak ada cinta maka makanan yang enak sekalipun akan terasa hambar. Bila doa bersumber dari rasa cinta pada Tuhan maka orang tidak akan merasa jenuh, bosan atau tidak mampu fokus. Bila orang sedang mabuk cinta dia akan memusatkan seluruh dirinya pada orang yang dicintainya.

Sebaliknya ketaatan itu lebih mengutamakan akal budi, kecuali taat membabi buta yang tidak berpikir sama sekali. Orang taat sebab dia telah bertimbang akan sebuah resiko. Orang taat berdoa sebab dia takut dihukum oleh Tuhan. Melakukan segala sesuatu bila dasarnya adalah ketakutan, maka semua itu dijalani dengan separo hati atau tanpa hati sama sekali. Dalam Gereja Katolik salah satu perintah adalah mengikuti misa pada hari minggu. Maka tidak jarang orang misa hanya karena ketaatan pada perintah Tuhan bukan karena kasih padaNya, sehingga mereka merasa tidak mendapatkan apa-apa.

Oleh karena itu aku mengatakan bila doa dan misa hanya sebagai sebuah ketaatan sebaiknya tidak berdoa atau misa sebab semua itu akan membuat jenuh. Hatinya kering dan tidak mampu menghayatinya. Berdoa apapun tetap saja dia akan merasa kering. Hal ini akan berbeda bila doa merupakan wujud dari cintaku pada Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger