Jumat, 05 Februari 2010

APAKAH KAMU ORANG KATOLIK?

Aku punya seorang teman bernama Magdalena. Semula dia kukira adalah seorang Katolik, ternyata dia adalah seorang muslim. Dia mengatakan bahwa entah mengapa orang tuanya yang juga seorang muslim taat memberinya nama itu. Tapi dia senang sebab nama itu bagus. Ketika kujelaskan bahwa nama itu adalah nama baptis bagi seorang Katolik, maka dia bertanya apakah dia harus mengganti namanya? Bagiku apakah dia mau mengganti namanya atau tidak bukan urusanku. Tapi ternyata saat ini banyak sekali orang muslim yang memakai nama seperti nama baptis. Dengan demikian dari nama kita tidak tahu apakah agama orang itu. Teman seangkatanku dulu bernama Sochebul Arif dan biasa kami panggil Sokip.

Bila nama yang semula hanya dipakai oleh orang Katolik sudah digunakan oleh orang beragama lain, maka apakah yang dapat menunjukkan identitas kekatolikan kita? Beberapa orang Katolik memasang salib di rumah atau kendaraannya, tapi sekarang salib pun sudah digunakan oleh orang bukan Katolik untuk hiasan rumah atau asesoris tubuhnya. Beberapa anak muda memakai kalung dengan bandul salib padahal dia bukan Katolik. Mereka beralasan banyak bintang film luar negeri memakai itu. Dengan demikian lambang kekatolikan seperti salib pun belum tentu menunjukkan seseorang sebagai pemeluk agama Katolik.

Ada yang mengatakan bahwa orang Katolik membuka doanya dengan membuat tanda salib. Sebelum reformasi dulu aku pernah mengadakan acara untuk kaum muda. Ketika kami mengadakan rapat terakhir ternyata ada seorang penyusup yang ikut rapat. Ketika berdoa dia pun membuat tanda salib. Kami baru sadar bahwa dia adalah seorang penyusup ketika akhirnya kami tahu bahwa dia adalah orang utusan dari TNI dan tidak beragama Katolik. Dengan demikian tanda salib pun bukan milik orang Katolik. Lalu apakah yang dapat menjadi tanda bahwa seseorang adalah orang Katolik? Apakah yang dapat menunjukkan kekatolikan seseorang?

Bila aku berada di tengah orang banyak misalnya dalam sebuah plasa maka sulit bagiku untuk menentukan apakah orang yang ada di dekatku adalah seorang Katolik atau bukan. Kekatolikan memang tidak ditunjukkan dari tanda dan nama. Kekatolikan terpancar dari dalam diri orang itu sendiri. Dari sikap, cara berkata, tindakannya dan seluruh kepribadiannya. Kekatolikkan bukan berada di luar diri tapi ada dalam diri yang terpancar keluar. Ketika murid-murid Yohanes bertanya pada Yesus apakah Dia Mesias atau bukan, maka Yesus berkata, "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Mat 11:4-5). Kemesiasan Yesus tampak dari apa yang telah dikerjakanNya bukan dari keturunan atau pemberitaan orang lain.

Perbuatan untuk menunjukkan kekatolikan bukan hanya dari doa atau kehadiran dalam perayaan sakramen melainkan perbuatan belas kasih pada sesama. Dari perbuatanlah seseorang dapat dinilai apakah dia seorang beriman atau bukan. Ada banyak orang beriman pada Yesus, tapi tidak cukup bila dia hanya percaya pada Yesus. “Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.” (Tit 1:16). St. Paulus melihat bahwa dari perbuatan seseorang dapat dinilai apakah dia percaya atau menyangkal Allah. Iman bukan hanya sekedar percaya pada Allah tapi terungkap dalam perbuatan. Bila belajar dari Yesus bahwa kemesiasan tampak dari apa yang telah Dia lakukan bagi sesama, maka iman kita juga tampak dari apa yang telah kita lakukan bagi sesama. Bukan hanya sekedar duduk merenung di depan tabernakel atau bersorak sorai karena kasih karunia Allah yang telah dia terima di dalam sebuah komunitas. Inilah tantangan iman kita pada jaman ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger