Jumat, 31 Juli 2009

BERSYUKUR

Aku duduk melihat teman-teman yang sedang makan dengan lahap. Mereka begitu menikmati nasi dengan lauk sambal dan lalapan serta sedikit telur atau tempe yang diiris setipis karton. Beberapa kali mereka menawari agar aku ikut makan. Tapi aku menolaknya. Aku melihat ada beberapa teman yang belum makan tapi mereka sungkan untuk mengambil, sebab nasi tinggal satu bungkus. Ini sebuah kesalahan perhitungan. Ketika mau membeli nasi aku hanya menghitung teman yang ada, setelah teman yang membeli nasi berangkat, ternyata datang teman-teman lain. Beberapa teman memakan satu bungkus untuk berdua, tapi masih belum cukup juga. Hanya dalam hitungan menit semua sudah menuntaskan makanannya. Mereka bersyukur bahwa malam ini mereka dapat makan kenyang dan enak.

Betapa mudahnya orang miskin itu bersyukur. Makan nasi bungkus saja mereka sudah bersyukur. Padahal ada banyak orang yang mengeluh tentang aneka hal. Orang mengeluh soal makanan yang tidak enak meski di depannya tersaji makanan yang jauh lebih enak dibandingkan nasi bungkus ini. Orang mengeluh akan hidup yang berat meski kehidupan mereka lebih bagus daripada teman-temanku disini. Masih banyak keluhan dari orang yang sebenarnya mempunyai banyak kelebihan dibandingkan orang orang yang ada disini. Hal ini disebabkan mereka tidak bersyukur atas apa yang ada.

Rasa syukur diungkapkan oleh orang yang merasa menerima berlebih dari apa yang diharapkan atau yang tidak diperkirakannya atau menerima sesuatu yang diinginkan. Rasa syukur muncul ketika orang melihat hal yang hebat dalam dirinya. Namun oleh karena kecenderungan orang tidak merasa puas maka banyak orang merasa hidup selalu kekurangan. Orang tidak puas akan apa yang dia miliki atau terjadi dalam hidupnya. Rasa tidak puas dan keinginan lebih ini membuat orang mengeluh atau menuntut. Adam dan Hawa sudah diberi seluruh isi taman Eden. Tuhan hanya meminta agar mereka tidak makan satu buah saja. Tapi hal itu tidak mampu mereka taati. Mereka ingin memperoleh lebih dari apa yang sudah diberikan pada mereka.

Kita pun sering tidak mampu bersyukur atas segala anugerah Tuhan. Maka doa-doa kita pun penuh dengan permohonan. Dalam perayaan ekaristi pun doa umat diubah menjadi doa permohonan, sehingga lektor mengatakan “Kami mohon” dalam setiap akhir doanya dan dijawab “Kabulkanlah doa kami ya Tuhan”. Dalam doa pribadi pun demikian. Orang berdoa novena, ziarah dan sebagainya untuk memohon. Belum pernah aku mendengar orang berdoa novena untuk bersyukur. Orang pun sering berdoa dengan sepenuh hati bila sedang memohon. Mengapa orang sulit bersyukur?

Pandangan orang sering terpusat pada tujuan hidupnya, harapan-harapannya, dan kebutuhan-kebutuhannya. Mereka akan bersyukur bila hidup dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkannya. Oleh karena segala perhatiannya tertuju pada apa yang diharapkannya, maka segala anugerah Tuhan yang diluar harapannya dianggap bukan sesuatu yang patut disyukuri. Orang yang sedang berusaha mencari kerja, dia akan bersyukur kalau mendapatkan pekerjaan. Tapi dia lupa mensyukuri kesehatan yang dimiliki dan kekuatan yang membuatnya mampu melangkah dari satu kantor ke kantor lain untuk melamar pekerjaan. Dia lupa mensyukuri keselamatan yang diperoleh selama dia berjalan dari satu kantor ke kantor lain. Dengan demikian sebetulnya ada banyak hal yang dapat disyukuri dalam hidup, namun orang tidak mau melihatnya.

Rasa syukur dimiliki oleh orang yang rendah hati dan merasa diri tidak berdaya. Orang miskin adalah orang yang merasa tidak berdaya, maka setiap hal kecil dianggap sebagai suatu berkah dan disyukuri. Minum segelas air pun disyukuri. Hal ini bukan berarti orang yang kaya tidak mampu bersyukur. Semua orang dapat bersyukur asal mempunyai semangat miskin. Maka dalam kotbah dibukit Yesus mengatakan deretan kata berbahagia bagi orang miskin. Dengan semangat miskin dan rendah hati orang akan melihat semua hal sebagai hal yang besar yang patut disyukuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger