Akhir-akhir ini sudah banyak kejadian yang lucu di negeri ini yang dilakukan oleh para tokoh politik atau pejabat negara. Ada bupati yang dipenjara tapi masih bisa melantik pejabat eselonnya. Dia terkena kasus korupsi tapi ketika melantik salah satu sumpah yang diucapkan oleh pejabat adalah tidak akan menggunakan uang rakyat secara tidak sah atau tidak akan korupsi. Bagaimana para pejabat itu akan berpegang teguh pada sumpahnya bila yang melantiknya seorang koruptor? Kelucuan terakhir adalah adanya gerakan koin 100 untuk membayar gaji presiden. Hal ini disebabkan presiden dalam forum resmi, entah alasannya apa, menyatakan bahwa sudah 7 tahun gajinya tidak naik padahal saat ini jumlah rakyat miskin di Indonesia masih terbilang cukup tinggi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 jumlah orang yang masuk dalam kategori miskin sejumlah 35 juta orang, meski menurut data Bank Dunia angka kemiskinan di Indonesia mencapai hampir 100 juta orang. Perbedaan yang mencolok ini dijelaskan oleh humas BPS, Sairi Hasbulah adanya perbedaan dalam standar penduduk yang disebut miskin. Menurut data Kompas, angka kemiskinan di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 13,3% atau 31,02 juta jiwa dari 135 juta jiwa penduduk Indonesia. Menurut direktur Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Prasetijono Widjojo, angka kemiskinan harusnya dibawah 12%. Maka Wapres Budiono menekankan agar para kepala daerah bekerja lebih giat lagi sehingga dapat menekan angka kemiskinan menjadi 12%.
Bila melihat pernyataan para pejabat maka sebetulnya negara kita masih termasuk negara miskin. Apalagi bila kita memakai standart Bank Dunia bahwa orang Indonesia disebut miskin bila dia berpenghasilan Rp 20,000.00/ hari. Sedangkan menurut BPS hanya Rp 7000,00/ hari. Standart BPS ini yang menjadi patokan pemerintah, banyak dikritik oleh para LSM sebab dianggap sangat tidak manusiawi. Dengan demikian pada tahun 2010 ada 13,3% orang yang berpenghasilan dibawah atau sebesar Rp 7000.00/ hari. Bila melihat harga barang yang ada saat ini apakah cukup uang Rp 7000,00 untuk hidup bagi satu orang apalagi bila dia berkeluarga. Harga beras di pasar pada umumnya sekitar Rp 6500.00/ kg. Jadi bila dia berpenghasilan hanya Rp 7000.00/ hari dia hanya dapat membeli beras 1 kg. Lalu beras itu diapakan? Bila mau menanak beras pun membutuhkan minyak tanah yang harganya Rp 2500.00/ liter.
Dalam situasi sulit seperti ini tanpa malu presiden mengeluh soal gajinya yang tidak naik setelah 7 tahun. Menurut data Tempo interaktif, gaji presiden sebesar Rp 62 juta/ bulan sedang dana taktis atau operasional dan keluarganya sebesar Rp 2 Milyard. Bila sudah ada taktis untuk presiden dan keluarganya maka dapat dikatakan gaji presiden itu utuh. Dapat disimpan untuk menumpuk kekayaannya. Maka meski gaji tidak naik tapi kekayaan SBY tetap naik. Menurut Detik.com pada tahun 2009 jumlah kekayaan SBY sebesar Rp 6.848.049.611 atau US$ 246.389 dan pada tahun 2010 jumlah kekayaannya naik Rp 1 M menjadi Rp 7.616.270.204 atau US$ 269.730.
Drajad Wibowo seorang pengamat ekonomi berpendapat bahwa kenaikan gaji presiden dan semua jajaran pegawai negeri akan memicu inflasi sebab akan memicu kenaikan gaji di semua sektor lini. Bila inflasi tinggi maka rakyat miskin akan semakin miskin. Bagaimana seorang presiden yang memimpin negara yang tergolong miskin masih tega mengeluh di depan forum resmi tentang gajinya tanpa bertimbang dengan situasi kehidupan sebagian besar rakyatnya yang masih dibawah garis kemiskinan. Mungkin SBY ingin membuat pencitraan diri dengan menyatakan dialah presiden yang hebat sehingga meski gajinya tidak naik selama 7 tahun tapi masih tetap menjadi presiden. Tapi pencitraan ini dinyatakan pada saat yang tidak tepat sebab saat ini banyak rakyat yang menderita akibat banyak terjadi bencana, gagal panen akibat cuaca yang tidak menentu yang memicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Inilah lucunya negeri ini. Pemimpin yang seharusnya berpikir bagaimana rakyatnya dapat hidup sejahtera ternyata hanya memikirkan dirinya sendiri dan mengeluh soal kenaikan gaji.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 jumlah orang yang masuk dalam kategori miskin sejumlah 35 juta orang, meski menurut data Bank Dunia angka kemiskinan di Indonesia mencapai hampir 100 juta orang. Perbedaan yang mencolok ini dijelaskan oleh humas BPS, Sairi Hasbulah adanya perbedaan dalam standar penduduk yang disebut miskin. Menurut data Kompas, angka kemiskinan di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 13,3% atau 31,02 juta jiwa dari 135 juta jiwa penduduk Indonesia. Menurut direktur Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Prasetijono Widjojo, angka kemiskinan harusnya dibawah 12%. Maka Wapres Budiono menekankan agar para kepala daerah bekerja lebih giat lagi sehingga dapat menekan angka kemiskinan menjadi 12%.
Bila melihat pernyataan para pejabat maka sebetulnya negara kita masih termasuk negara miskin. Apalagi bila kita memakai standart Bank Dunia bahwa orang Indonesia disebut miskin bila dia berpenghasilan Rp 20,000.00/ hari. Sedangkan menurut BPS hanya Rp 7000,00/ hari. Standart BPS ini yang menjadi patokan pemerintah, banyak dikritik oleh para LSM sebab dianggap sangat tidak manusiawi. Dengan demikian pada tahun 2010 ada 13,3% orang yang berpenghasilan dibawah atau sebesar Rp 7000.00/ hari. Bila melihat harga barang yang ada saat ini apakah cukup uang Rp 7000,00 untuk hidup bagi satu orang apalagi bila dia berkeluarga. Harga beras di pasar pada umumnya sekitar Rp 6500.00/ kg. Jadi bila dia berpenghasilan hanya Rp 7000.00/ hari dia hanya dapat membeli beras 1 kg. Lalu beras itu diapakan? Bila mau menanak beras pun membutuhkan minyak tanah yang harganya Rp 2500.00/ liter.
Dalam situasi sulit seperti ini tanpa malu presiden mengeluh soal gajinya yang tidak naik setelah 7 tahun. Menurut data Tempo interaktif, gaji presiden sebesar Rp 62 juta/ bulan sedang dana taktis atau operasional dan keluarganya sebesar Rp 2 Milyard. Bila sudah ada taktis untuk presiden dan keluarganya maka dapat dikatakan gaji presiden itu utuh. Dapat disimpan untuk menumpuk kekayaannya. Maka meski gaji tidak naik tapi kekayaan SBY tetap naik. Menurut Detik.com pada tahun 2009 jumlah kekayaan SBY sebesar Rp 6.848.049.611 atau US$ 246.389 dan pada tahun 2010 jumlah kekayaannya naik Rp 1 M menjadi Rp 7.616.270.204 atau US$ 269.730.
Drajad Wibowo seorang pengamat ekonomi berpendapat bahwa kenaikan gaji presiden dan semua jajaran pegawai negeri akan memicu inflasi sebab akan memicu kenaikan gaji di semua sektor lini. Bila inflasi tinggi maka rakyat miskin akan semakin miskin. Bagaimana seorang presiden yang memimpin negara yang tergolong miskin masih tega mengeluh di depan forum resmi tentang gajinya tanpa bertimbang dengan situasi kehidupan sebagian besar rakyatnya yang masih dibawah garis kemiskinan. Mungkin SBY ingin membuat pencitraan diri dengan menyatakan dialah presiden yang hebat sehingga meski gajinya tidak naik selama 7 tahun tapi masih tetap menjadi presiden. Tapi pencitraan ini dinyatakan pada saat yang tidak tepat sebab saat ini banyak rakyat yang menderita akibat banyak terjadi bencana, gagal panen akibat cuaca yang tidak menentu yang memicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Inilah lucunya negeri ini. Pemimpin yang seharusnya berpikir bagaimana rakyatnya dapat hidup sejahtera ternyata hanya memikirkan dirinya sendiri dan mengeluh soal kenaikan gaji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar