Seorang teman bercerita dengan penuh semangat tentang pelayanannya bagi umat Katolik yang berkekurangan. Dia meyakini bahwa kita harus melayani umat terlebih dahulu baru setelah itu melayani orang lain. Hal ini dikatakan sebab dia melihatku sering melakukan aktifitas pelayanan bagi orang-orang diluar Gereja Katolik. Baginya semua itu bukan urusanku, melainkan diserahkan saja pada lembaga agama masing-masing. Setiap agama berkewajiban melayani umatnya. Bukan sibuk memaksakan kehendaknya dengan berbagai cara atau mengurusi masalah tata ibadat orang lain atau bahkan membuat teror yang meresahkan semua orang.
Pendapat temanku ini memang sering kudengar bahwa orang hanya melayani sesama yang seagama. Padahal bila belajar dari apa yang diajarkan oleh Yesus maka jelas bahwa sekat-sekat karena agama, suku, ideologi, dan sebagainya harus diruntuhkan. Dalam kisah perumpamaan orang Samaria yang baik hati jelas sekali menunjukkan bahwa sesama adalah semua orang bahkan musuh-musuh kita. Bila mereka sedang mengalami penderitaan kita wajib membantunya seperti orang Samaria yang menolong orang yang dirampok. Tapi sering kita ingin menjadi kurban yaitu orang yang ditolong oleh orang lain dari agama yang berbeda. Kita akan bangga ketika gereja sedang merayakan misa Natal atau Paskah dan ada teman-teman dari Banser NU atau teman PMII yang turut terlibat menjaga gereja. Tapi kita tidak mau terlibat menjaga masjid atau tempat sholat Ied ketika mereka sedang merayakan hari raya Lebaran. Bila demikian bukankah kita lebih suka menjadi kurban daripada orang Samaria?
"Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." (Yes 49:6). Kitab Yesaya bab 40-55 diyakini oleh para ahli bukan ditulis oleh nabi Yesaya yang hidup di Yerusalem pada tahun 740 SM. Kitab ini ditulis oleh seorang nabi yang tidak diketahui jati dirinya pada saat orang Yahudi menjalani pembuangan di Babel sekitar tahun 550 SM, maka biasanya disebut Deutero Yesaya atau Yesaya yang kedua. Pada saat pembuangan Babel orang Israel semakin sedikit, maka Allah mengutus mereka untuk mewartakan karya keselamatan kepada bangsa-bangsa lain, sehingga karya keselamatan Allah dapat diterima oleh semua orang sampai ke ujung bumi.
Allah hendak menyelamatkan semua orang bukan hanya bangsa Israel, "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa,” (Yes 42:6). Bangsa Israel dipanggil untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Setelah pembuangan Babel bangsa Israel berusaha untuk menegakkan kembali kebangsaannya yang sudah hancur. Untuk itu mereka memperkuat diri, sehingga mengabaikan tugas perutusannya. Setelah pembuangan bangsa Israel belum bebas dari penjajahan. Mereka dijajah Yunani setelah itu Romawi yang berusaha memasukkan budaya mereka. Hal ini membuat mereka berusaha ketat untuk mempertahankan jati dirinya sehingga cenderung menutup diri dan hanya mengakui orang sebangsa sebagai sesamanya.
Yesus mengingatkan kembali tugas perutusan mereka bahwa karya keselamatan dari Allah harus diwartakan ke seluruh bumi. Sesama bukan berdasarkan keturunan tapi iman kepada Allah. Gereja adalah penerus warta keselamatan yang dibangun oleh Yesus. Maka kita pun harus menjadi terang dan pewarta keselamatan kepada semua orang. Bukan hanya sibuk dan ribut dalam komunitas sendiri tapi mulai keluar untuk menjadi terang bagi orang lain. Sering aku melihat seorang yang memberi kesaksian dengan penuh semangat kepada umat Katolik, tapi dia tidak mau menjadi pewarta kepada orang lain. Mengapa dia mewartakan keselamatan kepada orang yang sudah menerima keselamatan itu? Bukankah dia harus menjadi terang bagi bangsa lain?
Pendapat temanku ini memang sering kudengar bahwa orang hanya melayani sesama yang seagama. Padahal bila belajar dari apa yang diajarkan oleh Yesus maka jelas bahwa sekat-sekat karena agama, suku, ideologi, dan sebagainya harus diruntuhkan. Dalam kisah perumpamaan orang Samaria yang baik hati jelas sekali menunjukkan bahwa sesama adalah semua orang bahkan musuh-musuh kita. Bila mereka sedang mengalami penderitaan kita wajib membantunya seperti orang Samaria yang menolong orang yang dirampok. Tapi sering kita ingin menjadi kurban yaitu orang yang ditolong oleh orang lain dari agama yang berbeda. Kita akan bangga ketika gereja sedang merayakan misa Natal atau Paskah dan ada teman-teman dari Banser NU atau teman PMII yang turut terlibat menjaga gereja. Tapi kita tidak mau terlibat menjaga masjid atau tempat sholat Ied ketika mereka sedang merayakan hari raya Lebaran. Bila demikian bukankah kita lebih suka menjadi kurban daripada orang Samaria?
"Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." (Yes 49:6). Kitab Yesaya bab 40-55 diyakini oleh para ahli bukan ditulis oleh nabi Yesaya yang hidup di Yerusalem pada tahun 740 SM. Kitab ini ditulis oleh seorang nabi yang tidak diketahui jati dirinya pada saat orang Yahudi menjalani pembuangan di Babel sekitar tahun 550 SM, maka biasanya disebut Deutero Yesaya atau Yesaya yang kedua. Pada saat pembuangan Babel orang Israel semakin sedikit, maka Allah mengutus mereka untuk mewartakan karya keselamatan kepada bangsa-bangsa lain, sehingga karya keselamatan Allah dapat diterima oleh semua orang sampai ke ujung bumi.
Allah hendak menyelamatkan semua orang bukan hanya bangsa Israel, "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa,” (Yes 42:6). Bangsa Israel dipanggil untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Setelah pembuangan Babel bangsa Israel berusaha untuk menegakkan kembali kebangsaannya yang sudah hancur. Untuk itu mereka memperkuat diri, sehingga mengabaikan tugas perutusannya. Setelah pembuangan bangsa Israel belum bebas dari penjajahan. Mereka dijajah Yunani setelah itu Romawi yang berusaha memasukkan budaya mereka. Hal ini membuat mereka berusaha ketat untuk mempertahankan jati dirinya sehingga cenderung menutup diri dan hanya mengakui orang sebangsa sebagai sesamanya.
Yesus mengingatkan kembali tugas perutusan mereka bahwa karya keselamatan dari Allah harus diwartakan ke seluruh bumi. Sesama bukan berdasarkan keturunan tapi iman kepada Allah. Gereja adalah penerus warta keselamatan yang dibangun oleh Yesus. Maka kita pun harus menjadi terang dan pewarta keselamatan kepada semua orang. Bukan hanya sibuk dan ribut dalam komunitas sendiri tapi mulai keluar untuk menjadi terang bagi orang lain. Sering aku melihat seorang yang memberi kesaksian dengan penuh semangat kepada umat Katolik, tapi dia tidak mau menjadi pewarta kepada orang lain. Mengapa dia mewartakan keselamatan kepada orang yang sudah menerima keselamatan itu? Bukankah dia harus menjadi terang bagi bangsa lain?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar