Dalam Injil Lukas Yesus memberikan perumpamaan siapa yang akan masuk dalam Kerajaan Sorga seperti orang yang mengadakan pesta perkawinan (Luk 14:15-24). Pada awalnya tuan itu mengundang orang yang dipilihnya. Tapi pada saat pesta semua orang yang diundang itu menolak dengan berbagai alasan. Pesta sudah tersedia, maka tuan itu mengundang orang miskin, cacat, lumpuh dan sebagainya. Tapi masih banyak ruang yang kosong, maka tuan itu memerintahkan pegawainya supaya memaksa orang yang ada di pinggir jalan dan yang ditemuinya untuk dibawa ke pesta agar ruang pesta menjadi penuh. Bagi orang jaman itu bila ruang pesta kosong sangat memalukan bagi pemilik pesta. Maka tuan pesta itu bersikap seperti itu. Dia pun mengatakan bahwa orang yang menolak undangannya tidak akan masuk dalam perjamuannya.
Seperti layaknya seorang mengadakan pesta maka dia akan mengundang orang-orang yang dianggapnya istimewa. Mereka adalah orang-orang pilihan. Demikian pula Allah memilih bangsa Israel sebagai bangsa pilihan yang diundang untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Kesadaran sebagai bangsa pilihan ini membuat Israel menjadi bangsa yang sombong. Mereka memandang rendah bangsa sekitarnya, misalnya bangsa Samaria. Mereka pun berusaha ketat menjaga perkawinan agar dapat tetap menjaga kemurnian suku Israel. Orang yang lahir dari perkawinan campur seperti orang Samaria dianggap orang yang rendahan. Kebanggaan diri sebagai bangsa istimewa sebab bangsa pilihan Allah inilah yang membuat mereka berani menolak undangan dari Allah.
Sebaliknya orang-orang cacat, miskin, pemungut cukai, pelacur dan sebagainya adalah kelompok orang-orang yang dimarginalkan. Mereka tidak mempunyai kebanggaan diri. Mereka yang selama ini sering direndahkan tiba-tiba diundang pesta. Mereka menjadi orang yang istimewa dan terhormat. Mereka yang selama ini merasa bahwa Allah adalah milik bangsa terpilih kini Allah menjadi milik mereka juga. Warta keselamatan yang dibawa Yesus tidak eksklusif untuk bangsa pilihan melainkan untuk siapa saja yang membutuhkan keselamatan. Kisah ibu Kanaan yang memohon kesembuhan bagi anak perempuannya membuka wawasan baru. Yesus secara jelas menyatakan bahwa Dia diutus untuk domba-domba yang hilang dari bangsa Israel tapi perempuan itu tetap bertahan pada permintaannya. Maka Yesus memberinya keselamatan.
Kehadiran Yesus menggeser posisi Allah dari Allah untuk bangsa terpilih menjadi Allah untuk segala bangsa terutama kaum marginal. Kerajaan Allah terbuka bagi siapa saja terutama orang yang dimarginalkan. Orang Yahudi marah dengan ajaran ini, “Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (Luk 5:30). Allah memihak kaum miskin sebab merekalah yang sangat membutuhkan pertolongan. Allah memposisikan diri sebagai Allah kaum marginal dan bahkan ada di dalam diri kaum marginal. Maka barang siapa telah mengasihi kaum marginal dia telah mengasihi Allah. Keselamatan pun ditentukan sejauh mana orang mengasihi kaum marginal. Ini sebuah perubahan konsep Allah yang sangat besar dan fundamental. Allah yang jauh, tak tersentuh dan Mahasuci kini ada dalam diri kaum miskin dan berdosa. Kerajaan Allah yang semula hanya untuk bangsa pilihan kini terbuka untuk kaum pendosa dan semua orang yang menanggapi undangan Allah.
Saat ini Allah kaum marginal yang diwartakan Yesus sering kali diusahakan untuk ditempatkan kembali pada posisinya sebagai Allah bangsa terpilih. Allah dari orang-orang hebat dan istimewa. Allah dijauhkan dari orang miskin dan berdosa. Perjamuan Allah dijadikan perjamuan yang megah dan ditempat yang megah, sehingga kaum miskin dan berdosa merasa tidak pantas untuk memenuhi undangan Allah. Orang mencari Allah bukan lagi dalam diri sesamanya yang miskin dan berdosa tapi di tempat-tempat yang nyaman, bahkan orang menyatakan bahwa kaum marginal sebagai kaum tak terberkati. Maka perlu mengembalikan Allah yang dibawa Yesus sebagai Allah bagi kaum miskin dan tersingkirkan.
Seperti layaknya seorang mengadakan pesta maka dia akan mengundang orang-orang yang dianggapnya istimewa. Mereka adalah orang-orang pilihan. Demikian pula Allah memilih bangsa Israel sebagai bangsa pilihan yang diundang untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Kesadaran sebagai bangsa pilihan ini membuat Israel menjadi bangsa yang sombong. Mereka memandang rendah bangsa sekitarnya, misalnya bangsa Samaria. Mereka pun berusaha ketat menjaga perkawinan agar dapat tetap menjaga kemurnian suku Israel. Orang yang lahir dari perkawinan campur seperti orang Samaria dianggap orang yang rendahan. Kebanggaan diri sebagai bangsa istimewa sebab bangsa pilihan Allah inilah yang membuat mereka berani menolak undangan dari Allah.
Sebaliknya orang-orang cacat, miskin, pemungut cukai, pelacur dan sebagainya adalah kelompok orang-orang yang dimarginalkan. Mereka tidak mempunyai kebanggaan diri. Mereka yang selama ini sering direndahkan tiba-tiba diundang pesta. Mereka menjadi orang yang istimewa dan terhormat. Mereka yang selama ini merasa bahwa Allah adalah milik bangsa terpilih kini Allah menjadi milik mereka juga. Warta keselamatan yang dibawa Yesus tidak eksklusif untuk bangsa pilihan melainkan untuk siapa saja yang membutuhkan keselamatan. Kisah ibu Kanaan yang memohon kesembuhan bagi anak perempuannya membuka wawasan baru. Yesus secara jelas menyatakan bahwa Dia diutus untuk domba-domba yang hilang dari bangsa Israel tapi perempuan itu tetap bertahan pada permintaannya. Maka Yesus memberinya keselamatan.
Kehadiran Yesus menggeser posisi Allah dari Allah untuk bangsa terpilih menjadi Allah untuk segala bangsa terutama kaum marginal. Kerajaan Allah terbuka bagi siapa saja terutama orang yang dimarginalkan. Orang Yahudi marah dengan ajaran ini, “Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (Luk 5:30). Allah memihak kaum miskin sebab merekalah yang sangat membutuhkan pertolongan. Allah memposisikan diri sebagai Allah kaum marginal dan bahkan ada di dalam diri kaum marginal. Maka barang siapa telah mengasihi kaum marginal dia telah mengasihi Allah. Keselamatan pun ditentukan sejauh mana orang mengasihi kaum marginal. Ini sebuah perubahan konsep Allah yang sangat besar dan fundamental. Allah yang jauh, tak tersentuh dan Mahasuci kini ada dalam diri kaum miskin dan berdosa. Kerajaan Allah yang semula hanya untuk bangsa pilihan kini terbuka untuk kaum pendosa dan semua orang yang menanggapi undangan Allah.
Saat ini Allah kaum marginal yang diwartakan Yesus sering kali diusahakan untuk ditempatkan kembali pada posisinya sebagai Allah bangsa terpilih. Allah dari orang-orang hebat dan istimewa. Allah dijauhkan dari orang miskin dan berdosa. Perjamuan Allah dijadikan perjamuan yang megah dan ditempat yang megah, sehingga kaum miskin dan berdosa merasa tidak pantas untuk memenuhi undangan Allah. Orang mencari Allah bukan lagi dalam diri sesamanya yang miskin dan berdosa tapi di tempat-tempat yang nyaman, bahkan orang menyatakan bahwa kaum marginal sebagai kaum tak terberkati. Maka perlu mengembalikan Allah yang dibawa Yesus sebagai Allah bagi kaum miskin dan tersingkirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar