Dalam Injil dikisahkan kerajaan Allah seumpama seorang raja yang mengadakan pesta. Dia mengundang banyak orang. Ternyata pada waktu pesta dilangsungkan, para undangan satu demi satu menolak hadir dengan aneka alasan yang sederhana. Raja itu menjadi murka. Dia memerintahkan para prajuritnya untuk membakar kota tempat orang itu tinggal. Penolakan ini merupakan sikap yang tidak menghormati atau memberi muka sang raja. Seandainya mereka sejak awal menolak tentu raja itu tidak akan menghukumnya seperti itu. Raja ingin pesta tetap berlangsung, maka dia mengundang siapa saja yang ada di tepi jalan entah dia orang baik atau buruk.
Ketika pesta dilaksanakan muncul masalah baru yaitu ada orang yang tidak memakai pakaian pesta. Hal ini juga merupakan bentuk penghinaan pada tuan rumah. Maka raja memerintahkan para pegawainya untuk melemparkan orang itu dalam kegelapan. Kisah ini dapat menimbulkan pertanyaan tentang sikap raja yang keras dan tegas. Padahal kerajaan Allah adalah komunitas yang berdasarkan pada hukum yang utama dan terutama yaitu kasih. Dimana kasih bila sikap penolakan dan ketidaklayakan langsung dihukum dengan keras. Bila kasih terkait erat dengan pengampunan bukankah raja itu mengampuni orang yang menolak hadir dan orang yang tidak berpakaian layak?
Allah adalah Allah yang penuh belas kasih sekaligus pecemburu. “Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.” (Kel 34:14). Perumpamaan itu termasuk saat Yesus berbicara soal akhir jaman. Dimana pada akhir jaman nanti orang akan diadili. Bila dia menerima Allah maka dia akan masuk dalam kerajaan Surga, sebaliknya bila dia menolak Allah maka dia akan masuk dalam api neraka. Gambaran penghakiman itu akan terjadi pada akhir jaman. Pada saat ini semua orang, baik orang yang baik maupun yang jahat diundang dalam perjamuan Allah. Inilah wujud belas kasih Allah kepada semua orang entah baik atau jahat, sebab kasih Allah itu bagaikan matahari yang menyinari orang baik dan jahat secara sama.
Dari pihak manusia dituntut untuk menghormati Allah sebagai satu-satunya Allah. Para undangan yang pertama dihukum sebab mereka menerima undangan tapi menolak untuk hadir sebab tenggelam dalam kepentingan diri. Orang yang menolak Allah hukumannya sudah jelas ada dalam neraka. Sedangkan yang kedua dia entah orang baik atau jahat, tapi dia tidak berpakaian layak maka dianggap tidak menghormati Allah. Orang yang tidak menghormati Allah hukumannya sudah jelas yaitu neraka. Jadi dalam hal ini bukan Allah tidak adil dan penuh belas kasih tapi sikap manusia sendiri yang menolak Allah yang membuat dirinya mendapat hukuman.
Kita pun diundang Allah untuk masuk dalam kerajaanNya. Perjamuan surgawi yang akan datang sudah dinyatakan dalam perayaan ekaristi pada saat ini, dimana kita bersatu penuh dengan sesama dan Kristus. Kita yang berdosa dan mungkin termasuk orang jahat diundang untuk hadir dalam perjamuan surgawi setiap minggu bahkan mungkin setiap hari. Betapa besar anugerah ini. Tapi apakah kita senantiasa siap untuk hadir atas undangan Allah ini? Sering kali kita tenggelam dalam kesibukan sehingga mengabaikan undangan Allah. Beberapa orang mengatakan bahwa dia tidak mengikuti ekaristi pada hari minggu sebab lupa. Suatu alasan yang tidak masuk akal.
Bila hadir pun apakah kita sudah berpakaian yang pantas untuk menghormati Allah? Kepantasan bukan disempitkan oleh pakaian tubuh, sebab Allah menilai apa yang ada dalam hati manusia. Kepantasan dilihat sejauh mana batin kita sungguh menghormati Allah yang hadir secara nyata dalam hosti kudus. Sikap batin ini terungkap dalam sikap, tindakan dan perkataan kita selama mengikuti ekaristi. Banyak orang datang saat ekaristi sudah dimulai lalu pulang sebelum ekaristi berakhir. Pada saat ekaristi dia pun tenggelam dalam kesibukan. Seolah dia datang hanya untuk menerima komuni. Jika demikian apakah kita sudah hormat pada Allah?
Ketika pesta dilaksanakan muncul masalah baru yaitu ada orang yang tidak memakai pakaian pesta. Hal ini juga merupakan bentuk penghinaan pada tuan rumah. Maka raja memerintahkan para pegawainya untuk melemparkan orang itu dalam kegelapan. Kisah ini dapat menimbulkan pertanyaan tentang sikap raja yang keras dan tegas. Padahal kerajaan Allah adalah komunitas yang berdasarkan pada hukum yang utama dan terutama yaitu kasih. Dimana kasih bila sikap penolakan dan ketidaklayakan langsung dihukum dengan keras. Bila kasih terkait erat dengan pengampunan bukankah raja itu mengampuni orang yang menolak hadir dan orang yang tidak berpakaian layak?
Allah adalah Allah yang penuh belas kasih sekaligus pecemburu. “Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.” (Kel 34:14). Perumpamaan itu termasuk saat Yesus berbicara soal akhir jaman. Dimana pada akhir jaman nanti orang akan diadili. Bila dia menerima Allah maka dia akan masuk dalam kerajaan Surga, sebaliknya bila dia menolak Allah maka dia akan masuk dalam api neraka. Gambaran penghakiman itu akan terjadi pada akhir jaman. Pada saat ini semua orang, baik orang yang baik maupun yang jahat diundang dalam perjamuan Allah. Inilah wujud belas kasih Allah kepada semua orang entah baik atau jahat, sebab kasih Allah itu bagaikan matahari yang menyinari orang baik dan jahat secara sama.
Dari pihak manusia dituntut untuk menghormati Allah sebagai satu-satunya Allah. Para undangan yang pertama dihukum sebab mereka menerima undangan tapi menolak untuk hadir sebab tenggelam dalam kepentingan diri. Orang yang menolak Allah hukumannya sudah jelas ada dalam neraka. Sedangkan yang kedua dia entah orang baik atau jahat, tapi dia tidak berpakaian layak maka dianggap tidak menghormati Allah. Orang yang tidak menghormati Allah hukumannya sudah jelas yaitu neraka. Jadi dalam hal ini bukan Allah tidak adil dan penuh belas kasih tapi sikap manusia sendiri yang menolak Allah yang membuat dirinya mendapat hukuman.
Kita pun diundang Allah untuk masuk dalam kerajaanNya. Perjamuan surgawi yang akan datang sudah dinyatakan dalam perayaan ekaristi pada saat ini, dimana kita bersatu penuh dengan sesama dan Kristus. Kita yang berdosa dan mungkin termasuk orang jahat diundang untuk hadir dalam perjamuan surgawi setiap minggu bahkan mungkin setiap hari. Betapa besar anugerah ini. Tapi apakah kita senantiasa siap untuk hadir atas undangan Allah ini? Sering kali kita tenggelam dalam kesibukan sehingga mengabaikan undangan Allah. Beberapa orang mengatakan bahwa dia tidak mengikuti ekaristi pada hari minggu sebab lupa. Suatu alasan yang tidak masuk akal.
Bila hadir pun apakah kita sudah berpakaian yang pantas untuk menghormati Allah? Kepantasan bukan disempitkan oleh pakaian tubuh, sebab Allah menilai apa yang ada dalam hati manusia. Kepantasan dilihat sejauh mana batin kita sungguh menghormati Allah yang hadir secara nyata dalam hosti kudus. Sikap batin ini terungkap dalam sikap, tindakan dan perkataan kita selama mengikuti ekaristi. Banyak orang datang saat ekaristi sudah dimulai lalu pulang sebelum ekaristi berakhir. Pada saat ekaristi dia pun tenggelam dalam kesibukan. Seolah dia datang hanya untuk menerima komuni. Jika demikian apakah kita sudah hormat pada Allah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar