Rabu, 19 Agustus 2009

INIKAH BANGSA MERDEKA?? (Sebuah catatan pada HUT RI ke 59)

Ruang sekretariat sangat sumpek. Ruang 2,5X2,5 m ini selain sebagai ruang sekretariat juga sebagai kamar tidur. Tikar kumuh, bantal lecek, pakaian kotor, meja komputer dan lemari pakaian yang sangat sederhana berjubel di dalamnya. Malam ini sebetulnya aku mau membetulkan komputer yang katanya kurang beres. Namun ternyata anak-anak ingin ngobrol. Maka beberapa anak duduk berdesakan di sekitarku. Tampang mereka tidak lebih bersih dari pada ruang sekretariat. Aku yakin sebagian besar dari mereka belum mandi padahal saat ini sudah hampir tengah malam. Mereka baru saja datang dari ngamen.

Bermula bicara soal tikar untuk tidur, sebab tikar yang ada sudah mulai robek dan kurang. Saat ini setiap malam berkumpul sekitar 20 anak. Mereka tidur berdesakan seperti pindang di lantai tanpa tikar. Aku janji akan membelikan mereka tikar baru. Obrolan terus berkembang masuk dalam kehidupan. Seorang anak mengatakan sebetulnya yang lebih penting bukan fasilitas rumah, melainkan masa depan mereka. Aku tersentak. Mereka lebih senang kalau aku bisa memberikan masa depan daripada aneka fasilitas untuk rumah. Aku jelaskan bahwa kesulitanku terbesar adalah menyalurkan mereka untuk bekerja. Tidak satupun dari mereka yang mempunyai ijasah SD. Setiap orang yang mencari pegawai sudah memberikan satu syarat utama adalah ijasah sekolah formal minimal SMA. Memang mereka tidak menuntut pekerjaan yang hebat. Mereka hanya ingin keluar dari perempatan jalan.

Aku selama ini memang dibingungkan masalah ini. Beberapa kali aku mencoba membuka usaha untuk menampung tenaga mereka namun semua gagal. Mungkin saja aku kurang faham akan dunia usaha atau memang mereka belum mempunyai etos kerja. Seorang anak cerita bahwa dia sudah bosan dipandang rendah oleh sesamanya. Pernah dia diludahi wajahnya oleh seseorang sebab dia memaksa ngamen di sebuah tempat. Teman yang lain sangat jengkel bila dikatakan sebagai pemalas yang tidak mau bekerja. Masih beberapa teman lagi yang menceritakan pengalaman buruk mereka di jalanan.

Mereka ingin bekerja seperti layaknya orang lain, tapi bagaimana bisa? Siapakah yang mau menerima mereka menjadi pegawainya bila sebuah cap sudah ditempelkan di dahi mereka? Beberapa teman keluar dari tempat kerja sebab disana sering direndahkan. Mereka tidak dilihat kemampuannya melainkan hanya latar belakang hidupnya. Salah satu teman mengatakan kecewa ketika mendengar perkataanku bahwa salah satu syarat diterima kerja adalah selembar ijasah. Dia langsung protes bahwa aku tidak beda dengan orang lain yang tidak memahami mereka. Aku hanya tersenyum mendengar protesnya. Beberapa teman lalu bercerita mengapa mereka sampai tidak sekolah. Mengapa mereka keluar dari sekolah sebelum lulus SD. Mereka ingin sekolah tapi keadaan memaksa mereka meninggalkan bangku sekolah.

Obrolan terus berlanjut sampai dini hari. Mataku sudah ngantuk maka aku pamit pulang. Dalam perjalanan pulang aku melihat beberapa orang sibuk memasang bendera untuk menyambut hari kemerdekaan. Indonesia sudah merdeka 59 tahun. Sebuah perjalanan sebagai bangsa merdeka yang sudah cukup lama. Apakah kemerdekaan itu sudah bisa dinikmati oleh semua penduduk? Anak-anak di rumah singgah belum menikmati arti kemerdekaan itu. Dalam UUD dan pancasila jelas ditulis keadilan bagi seluruh bangsa Indonesia. Apakah anak-anak sudah diperlakukan adil oleh negara? UUD mengatakan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak. Apakah cukup mendapat hak sedang untuk memperoleh hak itu dia harus membayar sekian ratus ribu bahkan jutaan rupiah? Betapa mahal untuk menikmati hak pendidikan. UUD juga menulis bahwa kaum miskin dan anak terlantar dipelihara negara. Sejauh mana negara memelihara anak-anak ini?

Merdeka dalam kamus bahasa Indonesia diartikan bebas atau terlepas dari, menjadi diri sendiri dan tidak tergantung atau terikat pada orang atau sesuatu. Melihat arti ini maka timbul pertanyaan apakah bangsa ini sudah merdeka? Memang disini sudah tidak ada lagi Belanda atau Jepang yang menjadi penjajah. Indonesia sudah lepas dari penjajahan. Namun apakah bangsa ini sudah lepas dari ketergantungan dan keterikatan pada orang atau sesuatu? Apakah bangsa ini sudah menjadi bangsa yang mampu mengungkapkan dirinya sendiri? Aku merasa bahwa masih banyak orang belum merdeka. Mereka hanya bebas untuk bukan bebas dari. Pemahaman kemerdekaan yang semula bebas dari dibelokkan menjadi kebebasan untuk. Akibat pemahaman ini maka setiap orang bebas untuk korupsi. Bebas untuk menarik uang sekolah setinggi mungkin. Bebas untuk tidak peduli pada sesamanya dan sebagainya. Aku pikir teman-temanku adalah kurban dari sikap sekian banyak orang yang memaknai kemerdekaan sebagai cara untuk mementingkan diri sendiri.

Kapankah anak-anakku menikmati situasi bangsa yang merdeka? Dimana mereka bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah. Mereka bebas mengamen tanpa harus diludahi. Mereka bisa berjalan tegak tanpa harus dihina dan dicap sebagai pemalas. Kapankah pemerintah mau mensubsidi uang sekolah mereka? Kapankan pemerintah mampu membuka lapangan pekerjaan bagi mereka yang hanya mampu menempuh pendidikan rendah? Siapakah yang akan bertanggungjawab akan nasih mereka? Anak-anak yang ada di rumah singgah hanya 20 an anak. Aku yakin masih ribuan anak yang menjalani hidup seperti mereka. Tidak mampu sekolah karena kemiskinan keluarganya. Aku tidak akan menyalahkan keluarganya mengapa mereka miskin. Beberapa anak bercerita bahwa orang tuanya ingin mereka sekolah sampai pandai. Namun apa daya jerat kemiskinan tidak mampu mereka lepaskan. Jangankan sekolah untuk makan saja mereka merasa sangat kesulitan.

Bendera di tepi jalan berkibar dihembus angin dini hari. Aku memacu kendaraanku melalui deretan bendera. 59 th merdeka ternyata belum mampu mengubah banyak bangsa ini. Bukan perubahan fisik seperti pembangunan dan penyediaan sarana namun perubahan mental dan moral. Suatu perubahan mendasar dalam diri manusia. Manusia yang tidak terikat pada rasa ingin memiliki dan menguasai. Rasa ingin menindas dan berlaku sewenang-wenang terhadap sesama. Manusia yang mampu menciptakan situasi dimana orang lain mampu menjadi dirinya sendiri. Orang yang mandiri. Aku hanya bermimpi di dini hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger