Selasa, 11 Agustus 2009

KIRI - KANAN

Sering orang menyebutku sebagai kaum kiri. Seorang tokoh Gereja pun menyebutku sebagai imam kiri. Sebutan ini dikaitkan dengan aktifitasku yang sering terlibat dalam pertemanan dengan kaum miskin. Bermula dari pendampingan kaum buruh yang mempertemukanku dengan para aktifis pro demokrasi sebelum reformasi. Kemudian aku terlibat dalam pertemanan dengan anak jalanan, pemulung, PKL dan kaum miskin lainnya. Beberapa kali aku terlibat aktif dalam perencanaan dan demonstrasi bersama kaum miskin. Kedekatanku dengan kaum miskin dan perjuangannya inilah yang memicu orang untuk menjulukiku kaum kiri yang diucapkan dengan nada sinis.

Beberapa orang berpendapat bahwa tempatku bukan disana. Aku harus berada di dalam areal Gereja. Semula aku ingin mengikuti pendapat itu. Tapi ketika aku ingin berhenti ada saja orang atau peristiwa yang membawaku kembali ke areal kaum miskin. Ketika aku menghentikan aktifitasku dalam pertemanan dengan anak jalanan, tiba-tiba ada teman mengajak untuk membantu kurban Lapindo. Setelah aku berhenti, ada teman yang memintaku untuk mendukung perjuangan warga stren kali yang akan digusur. Apakah memang kaum kiri itu merupakan sesuatu yang buruk?.

Istilah kiri sering merupakan ungkapan kesinisan. Banyak orang melihat kiri itu buruk. Di negara kita kiri dikaitkan dengan komunis atau PKI. Banyak orang masih alergi dengan paham komunis, meski banyak orang tidak paham mengenai komunisme. Mereka hanya yakin bahwa komunis itu jahat sebab mengkaitkan dengan PKI. Bila kita mau jujur sebenarnya PKI menjadi kurban setelah peristiwa G30S. Jutaan pengikut PKI dan yang dituduh PKI dibantai oleh orang yang mengaku agamawan dan nasionalis. Belum lagi mereka yang dipenjara dan mengalami siksaan yang mengerikan.

Istilah kiri muncul pada tahun 1878 setelah revolusi Perancis. Dalam parlemen Perancis tempat duduk dibagi sebelah kiri dan kanan raja serta yang ditengah. Para penentang raja duduk di sebelah kiri sedangkan pendukung kerajaan duduk di sebelah kanan. Orang yang duduk di tengah adalah kaum moderat. Dari situ mulai muncul istilah kiri bagi siapa saja yang menentang penguasa. Istilah kiri semakin berkembang setelah munculnya Karl Marx dengan sosialismenya. Karl Marx membela kaum miskin dan menentang para pemilik modal, maka istilah kiri dikaitkan dengan perjuangan rakyat miskin dalam melawan kaum pemilik modal. Di negara kita kiri dikaitkan dengan komunisme dan komunisme dicap sebagai ateis dan amoral. Hal ini ditanamkan terus menerus dalam masyarakat. Pada tahun 1984 Arifin C Noer membuat film berjudul “Pengkhianatan G30S” yang wajib ditonton oleh semua anak sekolah dan ditayangkan di TV selama bertahun-tahun setiap 30 September. Film itu melukiskan kekejaman PKI. Inilah keberhasilan ORBA dalam membangun kebencian masyarakat terhadap PKI.

Oleh karena selama bertahun-tahun bangsa ini dijejali pemahaman yang keliru tentang istilah kaum kiri, maka sampai sekarang istilah kiri tetap dianggap buruk. Orang bangga bila disebut istilah kaum kanan, sebab dianggap sebagai orang beragama dan baik. Padahal kaum yang menyebut diri kanan belum tentu baik. Mantan presiden Bush yang banyak menebar perang adalah kaum kanan. Margareth Teacher yang menggagas neoliberlisme juga dari partai kanan. Pinochet, presiden Chili yang membantai banyak orang juga dari partai kanan. Para pemimpin agama di Iran yang kejam juga orang kanan. Le Pen, calon presiden Perancis pada pemilu tahun 2002 adalah orang ultra kanan yang memboyong ide membenci para imigran. Jadi kaum kanan juga bisa kejam.

C. Wright Mills (1916-1962) seorang sosiolog dari Amerika menulis, bahwa istilah kiri merujuk kepada sekelompok orang memiliki kecenderungan utopia, memiliki khayalan akan masa depan dan tatanan sosial yang lebih baik, hal itu tidak selalu berkonotasi buruk. Kata tersebut justru mengacu pada sesuatu yang positif, semacam semangat yang menggerakkan diri manusia untuk melakukan perubahan sejarah. Lalu mengapa orang sering memandang kiri dengan sinis?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger