Selasa, 04 Agustus 2009

KEKERASAN DAN KEBERANIAN

Ketika mengobrol sama teman-teman di tempat ngopi akhirnya kami berbicara sampai pengebomam yang baru saja terjadi. Seorang teman melontarkan tantangan diantara kami apakah ada yang berani melakukan bom bunuh diri bila dibayar 10 juta? Tidak satu pun dari kami yang berani dengan aneka alasan. Pembicaraan kami terpusat pada keberanian orang itu sehingga melakukan bom bunuh diri. Beberapa teman salut akan keberanian itu. Aku tidak setuju dengan pendapat mereka. Bagiku pelaku pengeboman adalah seorang penakut dan pengecut.

Banyak orang menilai bahwa keberanian seseorang terkait dengan kekerasan. Seorang anak yang naik motor dalam kecepatan tinggi di tengah keramaian jalan disebut anak pemberani. Ketika masih remaja dulu aku dikatakan penakut sebab tidak mau terlibat dalam tawuran antar kelas. Dikalangan anak jalanan, seorang anak dianggap berani bila dia berani menerima tantangan berkelahi atau bahkan membunuh. Masih banyak contoh lain keterkaitan antara kekerasan dan keberanian.

Aku bukan ahli psikologi yang menguraikan teori aneka macam. Apa yang kukatakan ini merupakan kesimpulan dari pengamatanku selama 10 tahun lebih berteman dengan anak-anak jalanan yang sangat rentan akan kekerasan. Bagiku kekerasan adalah letusan rasa takut yang ditekan. Banyak orang menilai bahwa rasa takut itu adalah sebuah kelemahan. Maka orang berusaha menyembunyikannya. Untuk menutupi rasa takut itu maka dia melakukan kekerasan, yang sering diidentikan dengan keberanian.

Anak jalanan adalah anak yang mempunyai pengalaman masa kecil yang buruk. Hidup mereka penuh dengan rasa benci, dendam dan kemarahan terhadap keluarganya yang berlaku tidak adil dan sewenang-wenang. Hampir semua anak jalanan berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Mereka lari dari rumah sebab tidak tahan dengan situasi hidupnya yang penuh kekerasan dan ketidakadilan. Rasa marah, benci dan dendam ini bagai magma gunung berapi yang siap meletus kapanpun juga. Kekerasan adalah letusan segala kemarahan, kebencian dan dendam masa lalu.

Kemarahan dan kebencian yang paling berbahaya adalah bila orang marah dan benci pada diri sendiri karena situasi dan pengalaman hidupnya. Keluarga yang berantakan membuat anak membenci dirinya mengapa dia lahir dalam keluarga seperti itu. Atau kekurangan yang ada padanya sehingga dia dikucilkan membuat dia membenci dirinya mengapa dia mempunyai kelemahan itu. Mereka tidak mungkin marah pada dirinya sendiri, maka kemarahan dilampiaskan pada orang lain. Seorang anak yang benci pada dirinya sendiri disebabkan dia lahir dalam keluarga yang miskin maka mudah sekali bertindak kasar bila melihat orang lain hidupnya lebih baik.

Kekerasan juga dilakukan oleh mereka yang terluka harga dirinya sebab kerap mengalami pelecehan atau direndahkan. Banyak anak jalanan mempunyai pengalaman direndahkan. Tidak dihargai jati dirinya. Maka untuk memaksa orang menghargai jati dirinya dia melakukan kekerasan. Kasus semacam ini juga banyak terjadi dalam rumah tangga. Seorang suami yang penghasilan atau kedudukannya lebih rendah dari istrinya dapat melakukan kekerasan melalui berbagai cara. Sebagai suami dia merasa harus mampu menghidupi istrinya agar diakui kekuasaannya, tapi kenyataannya dia dihidupi oleh istrinya. Dia merasa kekuasaannya diambil oleh istrinya. Untuk menunjukkan harga diri dan kekuasaan yang dimilikinya maka dia melakukan kekerasan.

Dengan demikian bagiku kekerasan dilakukan oleh orang yang sakit jiwanya. Orang yang tidak mampu mengampuni diri dan masa lalunya. Orang yang tidak mampu menerima kenyataan hidupnya. Orang yang tidak mampu menata dan mengendalikan magma luka dalam dirinya. Orang yang minim pengalaman kasih sejak dia dilahirkan. Mengapa bangga bila melakukan kekerasan meski itu atas nama agama atau tujuan yang dianggap mulia lainnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger