Dalam Injil Yohanes diceritakan Yesus melakukan perjalanan dari Yudea ke Galilea. Dia meninggalkan Yudea sebab orang Farisi menduga bahwa Yesus sudah membaptis lebih banyak orang daripada Yohanes Pembaptis, padahal Yesus tidak membaptis tapi para muridNya. Anggapan orang-orang Farisi ini dapat menimbulkan masalah yaitu bisa memunculkan popularitas yang salah seperti ketika Yesus mampu menggandakan roti, maka Dia akan diangkat menjadi raja. “Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.” (Yoh 6:15). Sebaliknya popularitas Yesus juga dapat dianggap ancaman oleh orang Farisi sehingga mereka berusaha mencari jalan untuk menangkap Yesus. “Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.” (Yoh 7:1).
Yudea yang merupakan daerah di sebelah selatan Palestina sedankan Galilea terletak di bagian utara. Diantara dua daerah itu adalah daerah Samaria. Orang Yahudi tidak mempunyai hubungan yang baik dengan orang Samaria. Orang Yahudi menganggap rendah orang Samaria. Hal ini dimulai dari pecahnya kerajaan Israel setelah Salomo wafat pada tahun 931 SM. Kerajaan Utara disebut kerajaan Israel dan kerajaan Selatan disebut kerajaan Yehuda. Pada tahun 722 SM kerajaan Israel dihancurkan oleh Asyur dan bangsa Israel dibuang ke Asyur. Raja Asyur memasukan bangsa-bangsa lain sehingga terjadi percampuran antara bangsa Yahudi dengan bangsa lain. Pada tahun 586 kerajaan Yehuda diserang Babel dan orang Yahudi dibuang ke Babel. Setelah pembuangan Babel pada tahun 538 sisa-sisa Yahudi yang kembali ke Israel membuat aturan ketat tentang banyak hal dan mereka menjaga kemurnian bangsa Yahudi. Mereka memandang rendah bangsa Samaria yang dianggap bukan murni bangsa Yahudi. Orang Samaria pun merendahkan orang Yahudi yang dianggap bangsa tidak benar. Mereka membuat Bait Suci sendiri gunung Gerizim dan tidak mau menyembah Suci di Yerusalem yang menjadi pusat keagamaan bangsa Yahudi. Permusuhan ini diperparah dengan penyerbuan bangsa Yahudi terhadap bangsa Samaria pada tahun 128 SM yang menghancurkan bait suci di gunung Gerizim.
Yesus berjalan bersama para murid memasuki daerah Samaria. Karena letih dan haus maka Yesus berhenti di sebuah sumur yang dipercaya sebagai sumur Yakub dekat tanah milik Yusuf dimana Yusuf dimakamkan. Sebagai orang Yahudi, Yesus sudah masuk ke daerah musuh. Para murid tampaknya disuruh membeli makanan di daerah orang Samaria, sehingga Yesus sendirian di tepi sumur. Kebetulan ada seorang perempuan Samaria datang untuk mengambil air. Yesus pun meminta pada perempuan itu minum. "Berilah Aku minum.” (Yoh 4:7). Yesus yang punya kuasa apapun Dia meminta minum pada seorang perempuan Samaria. Jelas hal ini membuat perempuan itu terkejut dan heran. Dia lalu mengingatkan Yesus bahwa Dia adalah orang Yahudi dan dia adalah orang Samaria. Tapi dari situ Yesus mewartakan siapa DiriNya.
Yesus datang ke dunia untuk membawa damai. Damai dapat tercipta bila orang mau rendah hati. Yesus yang penuh kuasa Dia merendahkan DiriNya untuk meminta minum pada musuh. Meminta membuat posisi Yesus menjadi rendah. Hal ini dianggap tidak pantas oleh perempuan Samaria. Tapi Yesus sadar siapa diriNya dan apa yang dapat dilakukanNya. Sering kali bila kita bermusuhan dengan orang maka kita berusaha untuk menunjukkan diri lebih hebat dan berkuasa dibanding musuh kita. Bahkan tidak jarang kita menghina dan merendahkan martabatnya. Kita tersenyum lebih dulu saja tidak mau apalagi meminta sesuatu padanya. Tersenyum pada musuh dianggap tidak pantas. Perdamaian dapat tercapai bila kita sadar akan siapa diri kita dan bangga akan diri kita tapi mau menghargai musuh dan memposisikannya sebagai orang yang kita butuhkan. Menghargai martabatnya. Bila kita tidak yakin akan diri, maka akan menimbulkan rasa kuatir yang berujung pada kecurigaan bahwa musuh akan menyerang kita. Perdamaian dapat terjadi bila kita sadar siapa diri kita dan mau merendahkan diri.
Yudea yang merupakan daerah di sebelah selatan Palestina sedankan Galilea terletak di bagian utara. Diantara dua daerah itu adalah daerah Samaria. Orang Yahudi tidak mempunyai hubungan yang baik dengan orang Samaria. Orang Yahudi menganggap rendah orang Samaria. Hal ini dimulai dari pecahnya kerajaan Israel setelah Salomo wafat pada tahun 931 SM. Kerajaan Utara disebut kerajaan Israel dan kerajaan Selatan disebut kerajaan Yehuda. Pada tahun 722 SM kerajaan Israel dihancurkan oleh Asyur dan bangsa Israel dibuang ke Asyur. Raja Asyur memasukan bangsa-bangsa lain sehingga terjadi percampuran antara bangsa Yahudi dengan bangsa lain. Pada tahun 586 kerajaan Yehuda diserang Babel dan orang Yahudi dibuang ke Babel. Setelah pembuangan Babel pada tahun 538 sisa-sisa Yahudi yang kembali ke Israel membuat aturan ketat tentang banyak hal dan mereka menjaga kemurnian bangsa Yahudi. Mereka memandang rendah bangsa Samaria yang dianggap bukan murni bangsa Yahudi. Orang Samaria pun merendahkan orang Yahudi yang dianggap bangsa tidak benar. Mereka membuat Bait Suci sendiri gunung Gerizim dan tidak mau menyembah Suci di Yerusalem yang menjadi pusat keagamaan bangsa Yahudi. Permusuhan ini diperparah dengan penyerbuan bangsa Yahudi terhadap bangsa Samaria pada tahun 128 SM yang menghancurkan bait suci di gunung Gerizim.
Yesus berjalan bersama para murid memasuki daerah Samaria. Karena letih dan haus maka Yesus berhenti di sebuah sumur yang dipercaya sebagai sumur Yakub dekat tanah milik Yusuf dimana Yusuf dimakamkan. Sebagai orang Yahudi, Yesus sudah masuk ke daerah musuh. Para murid tampaknya disuruh membeli makanan di daerah orang Samaria, sehingga Yesus sendirian di tepi sumur. Kebetulan ada seorang perempuan Samaria datang untuk mengambil air. Yesus pun meminta pada perempuan itu minum. "Berilah Aku minum.” (Yoh 4:7). Yesus yang punya kuasa apapun Dia meminta minum pada seorang perempuan Samaria. Jelas hal ini membuat perempuan itu terkejut dan heran. Dia lalu mengingatkan Yesus bahwa Dia adalah orang Yahudi dan dia adalah orang Samaria. Tapi dari situ Yesus mewartakan siapa DiriNya.
Yesus datang ke dunia untuk membawa damai. Damai dapat tercipta bila orang mau rendah hati. Yesus yang penuh kuasa Dia merendahkan DiriNya untuk meminta minum pada musuh. Meminta membuat posisi Yesus menjadi rendah. Hal ini dianggap tidak pantas oleh perempuan Samaria. Tapi Yesus sadar siapa diriNya dan apa yang dapat dilakukanNya. Sering kali bila kita bermusuhan dengan orang maka kita berusaha untuk menunjukkan diri lebih hebat dan berkuasa dibanding musuh kita. Bahkan tidak jarang kita menghina dan merendahkan martabatnya. Kita tersenyum lebih dulu saja tidak mau apalagi meminta sesuatu padanya. Tersenyum pada musuh dianggap tidak pantas. Perdamaian dapat tercapai bila kita sadar akan siapa diri kita dan bangga akan diri kita tapi mau menghargai musuh dan memposisikannya sebagai orang yang kita butuhkan. Menghargai martabatnya. Bila kita tidak yakin akan diri, maka akan menimbulkan rasa kuatir yang berujung pada kecurigaan bahwa musuh akan menyerang kita. Perdamaian dapat terjadi bila kita sadar siapa diri kita dan mau merendahkan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar