Perempuan Samaria itu datang mengambil air pada siang hari. Menurut beberapa ahli kitab, siang hari bukanlah saat biasa orang mengambil air. Biasanya orang mengambil air pada pagi atau sore hari. Ada kemungkinan perempuan ini adalah perempuan yang kurang baik atau perempuan yang ditolak oleh masyarakat, sehingga dia mengambil air pada saat dimana tidak ada orang yang mengambil air untuk menghindari bertemu dengan orang. Dari pembicaraan dengan Yesus diketahui bahwa perempuan itu hidup dengan lelaki tanpa ikatan perkawinan dan sebelumnya sudah mempunyai 4 suami. "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” (Yoh 4:17-18) Apakah dia seorang pekerja seks? Atau seorang perempuan yang menjadi istri simpanan orang-orang kaya?
Dalam budaya Yahudi dan budaya Timur pada umumnya, perempuan dianggap tidak pantas bila hidup bersama lelaki lain tanpa ikatan pernikahan atau gonta-ganti suami. Tapi hal yang sama tidak berlaku bagi para pria. Seorang pria dianggap boleh dan sah saja memiliki beberapa istri atau hidup tanpa ikatan pernikahan dengan seorang perempuan. Beberapa waktu lalu banyak media yang meliput tentang penghargaan untuk orang yang berpoligami. Para pria yang berpoligami dianggap hebat sehingga perlu diberi penghargaan. Inilah bentuk ketidakadilan yang terjadi dan dipelihara selama berabad-abad dalam berbagai suku bangsa.
Timbulnya gerakan gender dan kelompok-kelompok kaum perempuan yang gencar mengajukan kesetaraan tampaknya belum berpengaruh banyak dalam mengubah konsep pandangan masyarakat tentang perempuan. Sampai saat ini perempuan masih dijadikan obyek dan komoditi. Negara kita banyak mengekspor tenaga kerja perempuan meski sudah banyak jatuh kurban akibat perlakuan yang sewenang-wenang dari para majikan di luar negeri. Siti Hajar, Nuraini, Sumiati dan masih banyak lagi perempuan yang mengalami siksaan mengerikan dari para majikan di tempat mereka bekerja. Belum lagi perempuan yang dijadikan obyek misalnya iklan yang lebih didominasi foto tubuh perempuan daripada barang yang diiklankan. Perempuan yang diperlakukan sebagai pembantu di rumah tangga, perempuan yang dipandang hina karena pekerjaan dan masih banyak lagi kasus dimana perempuan direndahkan.
Perempuan adalah ibu yang melahirkan manusia. Dia yang merawat sejak janin calon manusia yang ada di bumi. Dialah yang pertama mengajari seorang anak untuk belajar berbicara, membangun karakter manusia bahkan sejak dari janin. Pernah aku bertemu dengan seorang anak yang sangat nakal sekali. Semua pendamping belajar sudah angkat tangan. Ketika kutanya pada para pendamping bagaimana sikap orang tuanya, mereka mengatakan ibunya sangat memanjakan. Tapi aku penasaran mengapa anak yang mendapat kasih yang cukup dapat nakal seperti ini. Akhirnya aku bertemu dengan ibunya dan kutanya riwayat anak ini. Ibunya akhirnya mengaku bahwa pada waktu anak ini masih dalam kandungan pernah akan diaborsi. Tapi karena gagal maka ibu sadar bahwa mungkin dia harus merawat janin ini. Maka dia menyesal atas tindakan itu dan berubah menjadi sangat mencintai anaknya. Tapi sikap penolakan ibu pada waktu janin sudah membangun karakter seorang anak menjadi anak yang liar.
Peran perempuan sangat besar dalam dunia ini. Dia dapat menjadi sosok yang dapat menjatuhkan seseorang seperti Delilah maupun dapat menjadi sosok yang mengangkat seseorang menjadi orang hebat. Thomas Alva Edison dapat menjadi besar karena peran ibunya yang terus berjuang memberi pelajaran padanya yang dianggap sebagai anak berkekurangan. Perempuan juga dapat menjadi pejuang yang tangguh seperti Joan de Arc atau Yudit yang mampu memenggal kepala Holofernes, panglima besar Asyur dan masih banyak lagi. Tapi mengapa perempuan sering diperlakukan tidak adil dan sewenang-wenang? Mengapa masih banyak pandangan orang yang tidak mampu berubah dengan meletakkan perempuan pada posisi yang semartabat dengan lelaki?
Dalam budaya Yahudi dan budaya Timur pada umumnya, perempuan dianggap tidak pantas bila hidup bersama lelaki lain tanpa ikatan pernikahan atau gonta-ganti suami. Tapi hal yang sama tidak berlaku bagi para pria. Seorang pria dianggap boleh dan sah saja memiliki beberapa istri atau hidup tanpa ikatan pernikahan dengan seorang perempuan. Beberapa waktu lalu banyak media yang meliput tentang penghargaan untuk orang yang berpoligami. Para pria yang berpoligami dianggap hebat sehingga perlu diberi penghargaan. Inilah bentuk ketidakadilan yang terjadi dan dipelihara selama berabad-abad dalam berbagai suku bangsa.
Timbulnya gerakan gender dan kelompok-kelompok kaum perempuan yang gencar mengajukan kesetaraan tampaknya belum berpengaruh banyak dalam mengubah konsep pandangan masyarakat tentang perempuan. Sampai saat ini perempuan masih dijadikan obyek dan komoditi. Negara kita banyak mengekspor tenaga kerja perempuan meski sudah banyak jatuh kurban akibat perlakuan yang sewenang-wenang dari para majikan di luar negeri. Siti Hajar, Nuraini, Sumiati dan masih banyak lagi perempuan yang mengalami siksaan mengerikan dari para majikan di tempat mereka bekerja. Belum lagi perempuan yang dijadikan obyek misalnya iklan yang lebih didominasi foto tubuh perempuan daripada barang yang diiklankan. Perempuan yang diperlakukan sebagai pembantu di rumah tangga, perempuan yang dipandang hina karena pekerjaan dan masih banyak lagi kasus dimana perempuan direndahkan.
Perempuan adalah ibu yang melahirkan manusia. Dia yang merawat sejak janin calon manusia yang ada di bumi. Dialah yang pertama mengajari seorang anak untuk belajar berbicara, membangun karakter manusia bahkan sejak dari janin. Pernah aku bertemu dengan seorang anak yang sangat nakal sekali. Semua pendamping belajar sudah angkat tangan. Ketika kutanya pada para pendamping bagaimana sikap orang tuanya, mereka mengatakan ibunya sangat memanjakan. Tapi aku penasaran mengapa anak yang mendapat kasih yang cukup dapat nakal seperti ini. Akhirnya aku bertemu dengan ibunya dan kutanya riwayat anak ini. Ibunya akhirnya mengaku bahwa pada waktu anak ini masih dalam kandungan pernah akan diaborsi. Tapi karena gagal maka ibu sadar bahwa mungkin dia harus merawat janin ini. Maka dia menyesal atas tindakan itu dan berubah menjadi sangat mencintai anaknya. Tapi sikap penolakan ibu pada waktu janin sudah membangun karakter seorang anak menjadi anak yang liar.
Peran perempuan sangat besar dalam dunia ini. Dia dapat menjadi sosok yang dapat menjatuhkan seseorang seperti Delilah maupun dapat menjadi sosok yang mengangkat seseorang menjadi orang hebat. Thomas Alva Edison dapat menjadi besar karena peran ibunya yang terus berjuang memberi pelajaran padanya yang dianggap sebagai anak berkekurangan. Perempuan juga dapat menjadi pejuang yang tangguh seperti Joan de Arc atau Yudit yang mampu memenggal kepala Holofernes, panglima besar Asyur dan masih banyak lagi. Tapi mengapa perempuan sering diperlakukan tidak adil dan sewenang-wenang? Mengapa masih banyak pandangan orang yang tidak mampu berubah dengan meletakkan perempuan pada posisi yang semartabat dengan lelaki?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar