Saat misa sekolah anak SMP menjelang UAS, aku bertanya pada mereka apakah mereka sudah siap mengerjakan UAS? Sebagian anak mengatakan siap dan sebagian lain mengatakan belum siap. Kepada anak yang menjawab sudah siap menghadapi UAS aku tanya apakah mereka yakin akan mendapat nilai yang bagus? Hanya sedikit anak yang yakin akan mendapatkan nilai bagus. Pada umumnya mereka tidak yakin akan nilai yang akan dicapai. Mereka mengeluhkan pelajaran sangat sulit. Banyak yang harus dipelajari dan dihafalkan. Masih banyak lagi alasan yang mereka kemukakan. Aku lalu bertanya apakah UAS itu mendadak atau sudah terjadwal? Mereka semua menjawab bahwa UAS sudah terjadwalkan. Akhirnya aku bertanya bila UAS sudah dijadwalkan mengapa masih belum siap? Mengapa tidak mampu meraih nilai bagus?
Semua anak ketika memasuki tahun pelajaran baru sudah tahu bahwa pada akhir tahun pelajaran mereka akan menjalani UAS. Tapi karena ada rentang waktu yang cukup lama antara tahun ajaran baru dan saat UAS, maka sering mereka tidak menggunakan waktu dengan baik. Mereka baru belajar dengan giat ketika UAS sudah sangat dekat. Atau dulu istilah para mahasiswa adalah SKS atau “sistem kebut semalam”. Oleh karena menggunakan SKS, maka pelajaran hanya dihafal tapi tidak diresapkan dalam diri, sehingga begitu lulus banyak anak yang lupa dengan apa yang pernah dipelajari. Maka tidak heran bila banyak anak setelah lulus tidak menguasai apa yang telah dipelajarinya. Semua seolah hilang bersama berakhirnya UAS atau ujian akhir.
Hidup manusia pun tidak beda dengan sekolah. Ketika lahir kita sudah tahu bahwa suatu saat akan mati. Memang saat masih bayi dan anak-anak hal itu tidak pernah terpikirkan. Tapi semakin berkembangnya diri, maka kesadaran akan akhir hidup seharusnya juga semakin dipahami dan perlu dipikirkan. Hanya sebagian besar orang enggan untuk memikirkan akhir hidup atau kematian. Kita lebih suka berpikir tentang bagaimana mengisi kehidupan daripada memikirkan saat kematian. Bahkan banyak orang tidak mau memikirkan kematiannya sebab hal itu dianggap tabu dan menakutkan meski kematian adalah sebuah kepastian yang akan dialami cepat atau lambat.
Dalam masa Advent kita diingatkan kembali oleh Gereja akan saat itu. Kita diajak oleh Gereja untuk menanti kedatangan Yesus yang kedua kali yaitu akhir jaman. Ini adalah saat ujian terakhir untuk menentukan apakah kita lulus atau tidak lulus. Bila kita lulus maka kita akan menikmati hidup kekal sebaliknya bila tidak lulus maka kita akan dibinasakan tubuh dan jiwa kita. Semua itu bergantung pada apa yang telah kita lakukan di dunia. Setiap tindakan kita di dunia mempunyai nilai yang menentukan apakah kita akan termasuk orang yang dapat kebahagiaan kekal atau tidak. Tapi kita tidak perlu risau apakah kita dapat masuk surga atau tidak sebab semua itu adalah hak Allah. “Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” (Mat 20:23). Kita pun tidak perlu pusing meramalkan kapan akhir jaman itu terjadi, sebab saat itu hanya Allah yang tahu. “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.” (Mat 24:36)
Advent atau penantian adalah saat kita diingatkan bahwa kita sedang menantikan akhir hidup kita sendiri. Kita disadarkan kembali akan perjalanan hidup kita yang akan berakhir. Hal ini penting agar kita tidak tenggelam dalam aneka kesibukan duniawi sehingga melupakan perjalanan hidup kita. Bacaan-bacaan dalam misa minggu mengajak kita untuk bertobat yaitu kita diajak untuk melihat kembali apa yang sudah kita lakukan sebagai persiapan dalam menghadapi akhir hidup kita. Seperti pelajar atau mahasiswa yang diingatkan akan ujian akhir yang sangat menentukan. Apakah kita akan melaluinya dengan persiapan ala kadarnya atau serius? Hasil akhir dari hidup kita semua itu tergantung pada pilihan-pilihan hidup kita saat ini.
Semua anak ketika memasuki tahun pelajaran baru sudah tahu bahwa pada akhir tahun pelajaran mereka akan menjalani UAS. Tapi karena ada rentang waktu yang cukup lama antara tahun ajaran baru dan saat UAS, maka sering mereka tidak menggunakan waktu dengan baik. Mereka baru belajar dengan giat ketika UAS sudah sangat dekat. Atau dulu istilah para mahasiswa adalah SKS atau “sistem kebut semalam”. Oleh karena menggunakan SKS, maka pelajaran hanya dihafal tapi tidak diresapkan dalam diri, sehingga begitu lulus banyak anak yang lupa dengan apa yang pernah dipelajari. Maka tidak heran bila banyak anak setelah lulus tidak menguasai apa yang telah dipelajarinya. Semua seolah hilang bersama berakhirnya UAS atau ujian akhir.
Hidup manusia pun tidak beda dengan sekolah. Ketika lahir kita sudah tahu bahwa suatu saat akan mati. Memang saat masih bayi dan anak-anak hal itu tidak pernah terpikirkan. Tapi semakin berkembangnya diri, maka kesadaran akan akhir hidup seharusnya juga semakin dipahami dan perlu dipikirkan. Hanya sebagian besar orang enggan untuk memikirkan akhir hidup atau kematian. Kita lebih suka berpikir tentang bagaimana mengisi kehidupan daripada memikirkan saat kematian. Bahkan banyak orang tidak mau memikirkan kematiannya sebab hal itu dianggap tabu dan menakutkan meski kematian adalah sebuah kepastian yang akan dialami cepat atau lambat.
Dalam masa Advent kita diingatkan kembali oleh Gereja akan saat itu. Kita diajak oleh Gereja untuk menanti kedatangan Yesus yang kedua kali yaitu akhir jaman. Ini adalah saat ujian terakhir untuk menentukan apakah kita lulus atau tidak lulus. Bila kita lulus maka kita akan menikmati hidup kekal sebaliknya bila tidak lulus maka kita akan dibinasakan tubuh dan jiwa kita. Semua itu bergantung pada apa yang telah kita lakukan di dunia. Setiap tindakan kita di dunia mempunyai nilai yang menentukan apakah kita akan termasuk orang yang dapat kebahagiaan kekal atau tidak. Tapi kita tidak perlu risau apakah kita dapat masuk surga atau tidak sebab semua itu adalah hak Allah. “Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” (Mat 20:23). Kita pun tidak perlu pusing meramalkan kapan akhir jaman itu terjadi, sebab saat itu hanya Allah yang tahu. “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.” (Mat 24:36)
Advent atau penantian adalah saat kita diingatkan bahwa kita sedang menantikan akhir hidup kita sendiri. Kita disadarkan kembali akan perjalanan hidup kita yang akan berakhir. Hal ini penting agar kita tidak tenggelam dalam aneka kesibukan duniawi sehingga melupakan perjalanan hidup kita. Bacaan-bacaan dalam misa minggu mengajak kita untuk bertobat yaitu kita diajak untuk melihat kembali apa yang sudah kita lakukan sebagai persiapan dalam menghadapi akhir hidup kita. Seperti pelajar atau mahasiswa yang diingatkan akan ujian akhir yang sangat menentukan. Apakah kita akan melaluinya dengan persiapan ala kadarnya atau serius? Hasil akhir dari hidup kita semua itu tergantung pada pilihan-pilihan hidup kita saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar