Konon pada jaman dahulu kala ada seorang bermimpi melihat sebuah pohon besar yang tingginya sampai menjulang ke langit. Pohon itu bertangkai dan berdaun emas. Keesokan harinya dia pergi mencari pohon itu. Akhirnya di tengah hutan dia menemukan pohon emas yang ada dalam mimpinya lalu menebangnya. Tapi ketika hampir putus batang itu menyambung lagi. Berhari-hari dia berusaha menebang pohon itu tapi tidak bisa roboh. Dia bermimpi kembali dan diberi sebuah kapak oleh dewa. Ketika orang itu mengapak pohon, maka daun-daun emasnya berguguran dan jatuh ke dalam sungai Serawai. Akhirnya pohon itu tumbang puncaknya di Kalimantan Tengah, sehingga sampai saat ini daerah Kalimantan Tengah menghasilkan emas yang sangat banyak. Sedangkan di sungai Serawai di Kalimantan Barat menghasilkan emas sedikit, sebab berasal dari daun yang rontok.
Adanya emas di sungai Serawai membuat penduduk kampung di tepi sungai Serawai berlomba mendulang emas, baik dengan cara tradisional yaitu menggunakan semacam penggorengan dari almunium atau kaya maupun dengan cara lebih modern dengan menggunakan mesin diesel untuk menyedot dasar sungai lalu dialirkan ke sebuah tempat seperti talang air. Atau menyemprot air ke atas gumpalan tanah yang digali lalu air dan tanah itu dibuang ke sungai melalui talang. Pasir emas akan menempel di karpet yang menjadi alas dari talang. Puluhan perahu mengapung di atas sungai dan menyedot dasar sungai atau talang-talang besar di tepi sungai yang memuntahkan air bercampur lumpur ke dalam sungai.
Penambangan emas membuat sungai seperti di aduk-aduk dasarnya, sehingga lumpur berwarna kecoklatan muncul di permukaan air. Apalagi bila penambangan ada di tebing atau lahan di tepi sungai. Lumpurnya dibuang ke dalam sungai. Akibatnya sungai menjadi keruh. Air yang semula jernih seperti kaca menjadi coklat kental. Orang tidak lagi mampu melihat dasar sungai. Padahal beberapa tahun lalu orang mampu melihat ikan dan bulus yang berkeliaran di dasar sungai. Orang pun sulit mendapatkan air bersih, sebab air sudah bercampur lumpur. Beberapa lahan kebun karet dan lahan pertanian tidak dapat difungsikan lagi sebab sudah berlubang-lubang. Sudah banyak rumah, bahkan rumah betang yang dibongkar sebab diduga di bawah rumah itu ada emasnya. Orang tidak peduli lagi akan sandung atau tempat untuk menyimpang kerangka dan abu nenek moyang. Orang tidak peduli lagi rumah betang dan kebun. Semua bermimpi mendapat daun emas.
Memang ada orang yang mendapatkan cukup banyak uang dari emas. Konon ada orang dari kampung Rantau Malam mendapatkan bongkahan emas seberat 1 ons lebih. Cerita tentang legenda orang bermimpi menebang pohon emas dan cerita ada orang mendapat emas 1 ons, membuat semakin banyak orang berusaha mendapatkan emas dengan berbagai cara. Mereka tidak peduli lagi akan sungai yang selama ini menjadi sumber kehidupan. Bagi orang Dayak di kecamatan Serawai, Kabupaten Nanga Pinoh, Kalimantan Barat, peran sungai sangat vital dalam kehidupannya. Sungai menjadi sumber ikan untuk makan, sumber air minum, mandi dan cuci. Sungai juga menjadi penghubung antara satu kampung dengan kampung lain, sebab tidak ada jalan darat. Kampung-kampung juga hampir semuanya berada di tepi sungai entah sungai besar atau kecil. Tapi kini sungai sudah tercemar. Airnya keruh dan sebetulnya tidak layak lagi untuk air minum, mandi dan cuci. Ikan-ikan pun sudah semakin sedikit. Mereka telah kehilangan sebagian fungsi sungai yang mereka warisi dari nenek moyangnya.
Emas telah merusak sungai dan daratan. Mereka saat ini ada yang senang sebab mendapatkan emas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka saat ini. Tapi tidak jarang yang akhirnya bangkrut, sebab kehilangan rumah dan kebun mereka. Bagi mereka yang saat ini mendapatkan emas dari kebun pun tidak mempunyai masa depan yang cerah. Mereka saat ini dapat menikmati hasil penjualan emas, tapi setelah uang itu habis, maka mereka tidak memiliki penghasilan lagi. Mereka kehilangan kebun dan semua tumbuhan yang ada di atasnya. Tumbuhan yang selama ini menunjang hidupnya atau yang dapat diwariskan kepada anaknya. Kebun mereka telah menjadi kumbangan yang tidak dapat ditanami. Impian menemukan bongkahan emas tidak sebanding dengan suramnya masa depan mereka. Emas hanya membawa kenikmatan sesaat saja tanpa menyisakan sesuatu bagi anak cucu.
Adanya emas di sungai Serawai membuat penduduk kampung di tepi sungai Serawai berlomba mendulang emas, baik dengan cara tradisional yaitu menggunakan semacam penggorengan dari almunium atau kaya maupun dengan cara lebih modern dengan menggunakan mesin diesel untuk menyedot dasar sungai lalu dialirkan ke sebuah tempat seperti talang air. Atau menyemprot air ke atas gumpalan tanah yang digali lalu air dan tanah itu dibuang ke sungai melalui talang. Pasir emas akan menempel di karpet yang menjadi alas dari talang. Puluhan perahu mengapung di atas sungai dan menyedot dasar sungai atau talang-talang besar di tepi sungai yang memuntahkan air bercampur lumpur ke dalam sungai.
Penambangan emas membuat sungai seperti di aduk-aduk dasarnya, sehingga lumpur berwarna kecoklatan muncul di permukaan air. Apalagi bila penambangan ada di tebing atau lahan di tepi sungai. Lumpurnya dibuang ke dalam sungai. Akibatnya sungai menjadi keruh. Air yang semula jernih seperti kaca menjadi coklat kental. Orang tidak lagi mampu melihat dasar sungai. Padahal beberapa tahun lalu orang mampu melihat ikan dan bulus yang berkeliaran di dasar sungai. Orang pun sulit mendapatkan air bersih, sebab air sudah bercampur lumpur. Beberapa lahan kebun karet dan lahan pertanian tidak dapat difungsikan lagi sebab sudah berlubang-lubang. Sudah banyak rumah, bahkan rumah betang yang dibongkar sebab diduga di bawah rumah itu ada emasnya. Orang tidak peduli lagi akan sandung atau tempat untuk menyimpang kerangka dan abu nenek moyang. Orang tidak peduli lagi rumah betang dan kebun. Semua bermimpi mendapat daun emas.
Memang ada orang yang mendapatkan cukup banyak uang dari emas. Konon ada orang dari kampung Rantau Malam mendapatkan bongkahan emas seberat 1 ons lebih. Cerita tentang legenda orang bermimpi menebang pohon emas dan cerita ada orang mendapat emas 1 ons, membuat semakin banyak orang berusaha mendapatkan emas dengan berbagai cara. Mereka tidak peduli lagi akan sungai yang selama ini menjadi sumber kehidupan. Bagi orang Dayak di kecamatan Serawai, Kabupaten Nanga Pinoh, Kalimantan Barat, peran sungai sangat vital dalam kehidupannya. Sungai menjadi sumber ikan untuk makan, sumber air minum, mandi dan cuci. Sungai juga menjadi penghubung antara satu kampung dengan kampung lain, sebab tidak ada jalan darat. Kampung-kampung juga hampir semuanya berada di tepi sungai entah sungai besar atau kecil. Tapi kini sungai sudah tercemar. Airnya keruh dan sebetulnya tidak layak lagi untuk air minum, mandi dan cuci. Ikan-ikan pun sudah semakin sedikit. Mereka telah kehilangan sebagian fungsi sungai yang mereka warisi dari nenek moyangnya.
Emas telah merusak sungai dan daratan. Mereka saat ini ada yang senang sebab mendapatkan emas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka saat ini. Tapi tidak jarang yang akhirnya bangkrut, sebab kehilangan rumah dan kebun mereka. Bagi mereka yang saat ini mendapatkan emas dari kebun pun tidak mempunyai masa depan yang cerah. Mereka saat ini dapat menikmati hasil penjualan emas, tapi setelah uang itu habis, maka mereka tidak memiliki penghasilan lagi. Mereka kehilangan kebun dan semua tumbuhan yang ada di atasnya. Tumbuhan yang selama ini menunjang hidupnya atau yang dapat diwariskan kepada anaknya. Kebun mereka telah menjadi kumbangan yang tidak dapat ditanami. Impian menemukan bongkahan emas tidak sebanding dengan suramnya masa depan mereka. Emas hanya membawa kenikmatan sesaat saja tanpa menyisakan sesuatu bagi anak cucu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar