Suatu saat orang-orang yang mengikuti Yesus ingin mengangkat Yesus menjadi raja. “Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.” (Yoh 6:15). Seandainya masyarakat ingin mengangkat kita menjadi raja apakah kita akan menolak? Saat ini banyak orang berlomba untuk menjadi raja-raja kecil. Mengejar kekuasaan dengan berbagai cara bahkan sampai cara yang paling kotor sekalipun dijalani. Orang ingin menjadi raja sebab dengan menjadi raja akan mendapatkan berbagai macam jaminan, kekayaan, fasilitas, penghormatan dan lainnya yang tidak didapatkan bila menjadi rakyat biasa. Seorang anggota DPR merasa sudah sangat berkuasa. Dia naik pesawat yang bukan pesawat yang harus ditumpanginya, sehingga membuat kesal banyak orang. Seorang pejabat menggunakan pengawalan polisi ketika melintasi jalan yang macet sehingga membuat semakin macet dan jengkel banyak orang. Masih banyak lagi hal yang didapat bila seorang menjadi raja.
Yesus menolak menjadi raja sebab bila Dia menjadi raja maka Dia akan menjauh dari visiNya menyelamatkan manusia. Hampir semua calon pemimpin selalu menyatakan visi, misi dan programnya. Semua yang mereka tawarkan sangat bagus dan membuat rakyat tertarik dan berharap dia menjadi pemimpin yang sesuai apa yang ditawarkan. Tapi apa yang ditawarkan dilupakan ketika mereka sudah menduduki kursi kekuasaan. Hal ini dapat terjadi sebab para pemimpin bukanlah seorang visioner. Mereka hanyalah seorang yang mengejar kenikmatan dari kekuasaan. Memang tidak semua pemimpin adalah seorang pengejar kekuasaan. Mahatma Gandhi adalah pemimpin visioner. Dia seorang yang mempunyai visi dan terus berjuang untuk berjalan mengarah sesuai dengan visinya. Dia tidak gentar ketika dipukuli, dimasukkan penjara dan akhirnya dibunuh oleh orang yang diperjuangkannya. Dia ingin membangun dunia yang adil, tanpa kekerasan dan terjadinya persaudaraan diantara semua manusia meski mereka berbeda agama dan kasta.
Pemimpin visioner adalah pemimpin yang tumbuh dari rakyat biasa. Yesus muncul dari rakyat jelata di Galilea. Mahatma Gandhi muncul dari rakyat biasa di Afrika Selatan. Ketokohan mereka diberikan oleh rakyat bukan dari kekuasaan yang dimiliki. Mereka tidak mengejar kekuasaan melainkan memperjuangkan agar visi mereka terwujud di dunia. Gandhi tidak menjadi presiden India. Seandainya dia mau maka dia dapat saja menjadi presiden India yang pertama. Bila Yesus mau maka Dia dapat menjadi raja dan meloloskan diri dari penyaliban. “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” (Mat 26:53). Bila Yesus menyerang para musuhNya, maka Dia gagal mewujudkan visiNya yaitu kesetiaan pada kehendak Bapa dan melaksanakan hukum kasih yang total pada manusia. Kasih yang memancar seperti sinar matahari yang menerangi baik orang yang baik maupun orang yang jahat. Kasih yang memberikan pengampunan kepada para musuh.
Kita tidak memiliki pemimpin visioner. Para pemimpin kita hanyalah orang yang berhasil memenangkan perebutan kekuasaan. Kemenangan perlu dipertahankan, maka mereka berusaha mempertahankan kedudukannya dengan berbagai cara. Kemenangan diperoleh dengan mengeluarkan dana, maka ketika menjadi pejabat berusaha meraup dana sebanyak mungkin untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan. Mereka tidak mempunyai visi yang perlu diperjuangkan, sehingga tidak malu bila mengkhianati visi yang pernah dipropagandakan. Ketika mencalonkan diri menjadi gubernur, visinya adalah Jakarta untuk semua. Tapi setelah menjadi gubernur maka yang dilakukan pertama adalah mengadakan penggusuran pada orang yang dulu mendukungnya. Hal ini berbeda dengan para pemimpin pada jaman sebelum kemerdekaan. Mereka mempunyai visi membebaskan bangsa dan negara dari penjajahan, maka mereka berjuang mewujudkan visinya meski harus keluar masuk penjara dan hidup miskin. Mereka menolak berbagai tawaran yang menggiurkan dari penjajah yang dapat mengaburkan visinya. Sebaliknya visi yang dikatakan oleh para calon pemimpin saat ini hanyalah sebuah cara untuk mengelabuhi masyarakat agar memilihnya.
Yesus menolak menjadi raja sebab bila Dia menjadi raja maka Dia akan menjauh dari visiNya menyelamatkan manusia. Hampir semua calon pemimpin selalu menyatakan visi, misi dan programnya. Semua yang mereka tawarkan sangat bagus dan membuat rakyat tertarik dan berharap dia menjadi pemimpin yang sesuai apa yang ditawarkan. Tapi apa yang ditawarkan dilupakan ketika mereka sudah menduduki kursi kekuasaan. Hal ini dapat terjadi sebab para pemimpin bukanlah seorang visioner. Mereka hanyalah seorang yang mengejar kenikmatan dari kekuasaan. Memang tidak semua pemimpin adalah seorang pengejar kekuasaan. Mahatma Gandhi adalah pemimpin visioner. Dia seorang yang mempunyai visi dan terus berjuang untuk berjalan mengarah sesuai dengan visinya. Dia tidak gentar ketika dipukuli, dimasukkan penjara dan akhirnya dibunuh oleh orang yang diperjuangkannya. Dia ingin membangun dunia yang adil, tanpa kekerasan dan terjadinya persaudaraan diantara semua manusia meski mereka berbeda agama dan kasta.
Pemimpin visioner adalah pemimpin yang tumbuh dari rakyat biasa. Yesus muncul dari rakyat jelata di Galilea. Mahatma Gandhi muncul dari rakyat biasa di Afrika Selatan. Ketokohan mereka diberikan oleh rakyat bukan dari kekuasaan yang dimiliki. Mereka tidak mengejar kekuasaan melainkan memperjuangkan agar visi mereka terwujud di dunia. Gandhi tidak menjadi presiden India. Seandainya dia mau maka dia dapat saja menjadi presiden India yang pertama. Bila Yesus mau maka Dia dapat menjadi raja dan meloloskan diri dari penyaliban. “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” (Mat 26:53). Bila Yesus menyerang para musuhNya, maka Dia gagal mewujudkan visiNya yaitu kesetiaan pada kehendak Bapa dan melaksanakan hukum kasih yang total pada manusia. Kasih yang memancar seperti sinar matahari yang menerangi baik orang yang baik maupun orang yang jahat. Kasih yang memberikan pengampunan kepada para musuh.
Kita tidak memiliki pemimpin visioner. Para pemimpin kita hanyalah orang yang berhasil memenangkan perebutan kekuasaan. Kemenangan perlu dipertahankan, maka mereka berusaha mempertahankan kedudukannya dengan berbagai cara. Kemenangan diperoleh dengan mengeluarkan dana, maka ketika menjadi pejabat berusaha meraup dana sebanyak mungkin untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan. Mereka tidak mempunyai visi yang perlu diperjuangkan, sehingga tidak malu bila mengkhianati visi yang pernah dipropagandakan. Ketika mencalonkan diri menjadi gubernur, visinya adalah Jakarta untuk semua. Tapi setelah menjadi gubernur maka yang dilakukan pertama adalah mengadakan penggusuran pada orang yang dulu mendukungnya. Hal ini berbeda dengan para pemimpin pada jaman sebelum kemerdekaan. Mereka mempunyai visi membebaskan bangsa dan negara dari penjajahan, maka mereka berjuang mewujudkan visinya meski harus keluar masuk penjara dan hidup miskin. Mereka menolak berbagai tawaran yang menggiurkan dari penjajah yang dapat mengaburkan visinya. Sebaliknya visi yang dikatakan oleh para calon pemimpin saat ini hanyalah sebuah cara untuk mengelabuhi masyarakat agar memilihnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar