Anthony de Mello menulis catatan pendek, “Bila uskup datang teh yang akan keluar, bila Yesus datang revolusi yang akan keluar.” Kalimat ini sangat menggelitik yang dapat membuat orang tersenyum atau terkejut. De Mello tidak menjelaskan apa-apa mengenai kalimat itu. Dia sengaja membiarkan orang untuk merenungkannya sendiri. Dengan demikian tulisan itu terbuka. Setiap orang boleh menafsirkan sesuai dengan cara pandangnya sendiri. Terlepas dari latar belakang dan tujuannya dari munculnya ide yang dituangkan dalam kalimat itu. Bagiku tidak mungkin orang menulis tanpa tujuan dan latar belakang yang mendorongnya untuk menulis.
Apakah kehadiran Yesus memunculkan revolusi? Menurut Wikipedia revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Hidup Yesus sangat pendek. Dia berkarya hanya 3 tahun. Selama berkarya Dia mengajarkan yang membawa perubahan mendasar dalam bangsa Yahudi. Dia mengubah cara pandang orang Yahudi terhadap orang lain. Bagi bangsa Yahudi sesama adalah sesama kaumnya. Tapi bagi Yesus sesama adalah orang yang mempunyai belas kasih dan kaum miskin. Tidak peduli itu Samaria atau Yahudi. Bagi bangsa Yahudi Sabat itu hari keramat. Bagi Yesus Sabat itu untuk manusia bukan manusia untuk Sabat. Bagi bangsa Yahudi Allah itu jauh dan tidak tersentuh. Bagi Yesus Allah itu Bapa yang penuh belas kasih. Bagi bangsa Yahudi orang berdosa itu harus dikucilkan. Bagi Yesus orang berdosa itu harus dicari dan diselamatkan, sebab mereka juga anak Abraham. Masih banyak perubahan mendasar yang dilakukan oleh Yesus untuk terbangunnya budaya baru yaitu budaya yang didasarkan pada hukum utama dan terutama yaitu kasih kepada Allah dan sesama. Tapi Yesus menentang revolusi berdarah. Maka Dia menegur Petrus yang membawa pedang. Dia juga menegur Yohanes yang ingin menghancurkan sebuah desa.
Kehadiran Yesus membawa perubahan mendasar dalam masyarakat. Kehadiran Yesus kini diwakili oleh Gereja. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:20). Dengan demikian bila Gereja hadir di suatu tempat maka akan terjadi revolusi dalam masyarakat itu. Tidak jarang kita mendengar penolakan gedung gereja di suatu tempat. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang mempunyai pandangan sempit bahwa saudara atau sesama ialah mereka yang beragama sama, sehingga pemeluk agama lain dianggap musuh yang harus dihilangkan. Maka perlu ada revolusi yang mengubah cara pandang masyarakat. Apakah Gereja sudah melakukan revolusi dalam masyarakat?
Revolusi membutuhkan keteladanan pemimpin. Yesus membangun komunitas sebagai contoh komunitas yang telah berevolusi. Komunitas dengan hukum-hukum baru. Tapi semua dimulai dari diriNya sendiri. Dia memberikan teladan. “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh 13:15). Apakah keteladanan Yesus hanya untuk mencuci kaki orang lain? Seluruh hidup Yesus adalah keteladanan yang harus kita ikuti. Hanya masalahnya kita mengikuti keteladanan Yesus dengan mencari mana yang aman atau menguntungkan diri. Bila tidak maka pura-pura tidak tahu. Mengikuti Yesus adalah sebuah resiko dan kesiapan untuk memikul salib setiap hari.
Revolusi membutuhkan keberanian. Banyak orang Katolik yang penakut atau hanya jago kandang. Di dalam komunitas Katolik mereka seolah hebat dan berlaku keras terhadap umat dan sesama tapi di luar Gereja tidak berani menyerukan apa-apa. Mereka diam ketika ada keadilan diinjak-injak. Ketika kaum miskin ditindas. Bahkan ketika tempat ibadah dihancurkan. Alasan klasik adalah kita harus mengasihi atau kita tidak perlu terlibat hal itu, sebab dapat membahayakan. Maka benar apa kata de Mello di atas. Bila kita datang hanya teh yang muncul. Tidak ada perubahan.
Apakah kehadiran Yesus memunculkan revolusi? Menurut Wikipedia revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Hidup Yesus sangat pendek. Dia berkarya hanya 3 tahun. Selama berkarya Dia mengajarkan yang membawa perubahan mendasar dalam bangsa Yahudi. Dia mengubah cara pandang orang Yahudi terhadap orang lain. Bagi bangsa Yahudi sesama adalah sesama kaumnya. Tapi bagi Yesus sesama adalah orang yang mempunyai belas kasih dan kaum miskin. Tidak peduli itu Samaria atau Yahudi. Bagi bangsa Yahudi Sabat itu hari keramat. Bagi Yesus Sabat itu untuk manusia bukan manusia untuk Sabat. Bagi bangsa Yahudi Allah itu jauh dan tidak tersentuh. Bagi Yesus Allah itu Bapa yang penuh belas kasih. Bagi bangsa Yahudi orang berdosa itu harus dikucilkan. Bagi Yesus orang berdosa itu harus dicari dan diselamatkan, sebab mereka juga anak Abraham. Masih banyak perubahan mendasar yang dilakukan oleh Yesus untuk terbangunnya budaya baru yaitu budaya yang didasarkan pada hukum utama dan terutama yaitu kasih kepada Allah dan sesama. Tapi Yesus menentang revolusi berdarah. Maka Dia menegur Petrus yang membawa pedang. Dia juga menegur Yohanes yang ingin menghancurkan sebuah desa.
Kehadiran Yesus membawa perubahan mendasar dalam masyarakat. Kehadiran Yesus kini diwakili oleh Gereja. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:20). Dengan demikian bila Gereja hadir di suatu tempat maka akan terjadi revolusi dalam masyarakat itu. Tidak jarang kita mendengar penolakan gedung gereja di suatu tempat. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang mempunyai pandangan sempit bahwa saudara atau sesama ialah mereka yang beragama sama, sehingga pemeluk agama lain dianggap musuh yang harus dihilangkan. Maka perlu ada revolusi yang mengubah cara pandang masyarakat. Apakah Gereja sudah melakukan revolusi dalam masyarakat?
Revolusi membutuhkan keteladanan pemimpin. Yesus membangun komunitas sebagai contoh komunitas yang telah berevolusi. Komunitas dengan hukum-hukum baru. Tapi semua dimulai dari diriNya sendiri. Dia memberikan teladan. “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh 13:15). Apakah keteladanan Yesus hanya untuk mencuci kaki orang lain? Seluruh hidup Yesus adalah keteladanan yang harus kita ikuti. Hanya masalahnya kita mengikuti keteladanan Yesus dengan mencari mana yang aman atau menguntungkan diri. Bila tidak maka pura-pura tidak tahu. Mengikuti Yesus adalah sebuah resiko dan kesiapan untuk memikul salib setiap hari.
Revolusi membutuhkan keberanian. Banyak orang Katolik yang penakut atau hanya jago kandang. Di dalam komunitas Katolik mereka seolah hebat dan berlaku keras terhadap umat dan sesama tapi di luar Gereja tidak berani menyerukan apa-apa. Mereka diam ketika ada keadilan diinjak-injak. Ketika kaum miskin ditindas. Bahkan ketika tempat ibadah dihancurkan. Alasan klasik adalah kita harus mengasihi atau kita tidak perlu terlibat hal itu, sebab dapat membahayakan. Maka benar apa kata de Mello di atas. Bila kita datang hanya teh yang muncul. Tidak ada perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar