Seorang pendeta dengan suara lantang dan gayanya yang khas mengulang-ulang kalimat, “Allah kita adalah kaya. Allah kita adalah raja. Kita adalah anak yang diberkati. Kita adalah anak raja yang kaya.” Ribuan orang yang datang mengamini perkataan itu. Mereka meyakini bahwa mereka adalah anak raja yang kaya. Pendeta itu memberi contoh Abraham adalah orang terberkati, maka dia kaya raya. Daud adalah orang terberkati maka dia raja. Salomo terberkati, maka dia menjadi raja yang kaya raya. Kita adalah orang terberkati, maka kita akan kaya raya. Lebih jauh dia mengatakan bahwa berkat akan berlimpah bila kita memberi persembahan pada Allah. Persembahan yang kita berikan pada Allah akan dibalas berlipat ganda. Ada 30, 60 bahkan 100 kali. Untuk mendukung argumennya dia mengutip sabda Yesus “setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” (Mat 19:29)
Mendengar ini aku tersenyum prihatin. Kita mengaku diri sebagai orang Kristen sebab mengikuti Yesus. Siapakah Yesus yang kita ikuti? Dia digambarkan lahir dalam kemiskinan. Lahir di kandang di sebuah desa kecil yang berpenduduk sekitar 200 jiwa. Jauh dari gemerlap seorang raja. Dia hidup dalam kemiskinan dan bergaul dengan kaum miskin dan berdosa. Untuk membayar pajak masuk Bait Allah pun Dia tidak mempunyai uang. “Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga." (Mat 17: 27). Dia mengakhiri hidupNya dalam kemiskinan. Dia disalib dengan telanjang, sebab jubahnya diundi oleh para prajurit. Apakah Yesus kaya?
Yesus mengajar agar para murid tidak mengumpulkan harta dunia. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.” (Mat 6:19) Para murid diingatkan agar jangan kuatir akan kepemilikan harta. Dalam perumpamaan Dia menggambarkan orang kaya yang cemas akan hidupnya, maka dia berusaha menyimpan kekayaannya. Tapi Allah mencabut nyawanya. Apakah arti semua yang sudah disimpannya? Kita tidak perlu kuatir akan apa yang kita miliki, sebab Allah akan melindungi kita. Bahkan jalan menuju kesempurnaan adalah bila orang berani hidup miskin. "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Luk 18:22). Bagi Yesus hidup kita tidak tergantung dari kekayaan yang kita miliki. “Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” (Luk 12:15)
Yesus mengajak para muridNya untuk mengumpulkan harta di surga. Harta surgawi adalah segala kebaikan dan tindak belas kasih. Ketaatan pada perintah Allah dan memiliki relasi yang baik dengan Allah melalui doa pribadi dan berjemaat. Harta inilah yang menyelamatkan kita. Membawa kita pada hidup yang kekal. Para santo santa yang sudah wafat ratusan bahkan ribuan tahun lalu masih diingat dan diceritakan segala kebaikannya hingga saat ini. Begitu pula orang baik setelah wafat dia akan tetap dikenang dan dihidupkan sampai kapanpun juga. Dengan demikian mereka sudah mendapatkan hidup kekal di dunia ini.
Para pendeta yang mengajarkan bahwa Allah akan memberi berlipat ganda dari yang kita persembahkan kepadaNya adalah sebuah pembodohan. Segala pemberian kita tidak dinikmati oleh Allah melainkan oleh pendeta. Allah tidak membutuhkan harta dunia, sebab Dialah pemilik seluruh semesta. Dalam Mzm 50 Allah mengkritik orang yang merasa telah diperhitungkan oleh Allah ketika memberi korban persembahan padaNya. Keselamatan bukan berasal dari berapa banyak harta yang kita berikan pada pendeta melainkan seberapa banyak kasih yang kita berikan pada Yesus yang ada dalam diri kaum miskin. “Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.” (Hos 6:6)
Kekayaan memang penting bagi hidup kita tapi bukan itu jalan menuju keselamatan dan hidup kekal. Kekayaan adalah berkat yang dipercayakan Allah pada kita agar kita mau melakukan karya belas kasihNya. Bila orang memusatkan perwartaannya bahwa kita diberkati oleh Allah sehingga kaya seperti Abraham, Daud dan Salomo, maka dia bukan mewartakan Kristus. Mereka tidak dapat menyatakan diri sebagai orang Kristen, sebab ajaran mereka berbeda dengan ajaran Kristus. Mereka adalah Gereja Abraham, Gereja Daud atau Gereja Salomo. Bukan Gereja Kristen.
Mendengar ini aku tersenyum prihatin. Kita mengaku diri sebagai orang Kristen sebab mengikuti Yesus. Siapakah Yesus yang kita ikuti? Dia digambarkan lahir dalam kemiskinan. Lahir di kandang di sebuah desa kecil yang berpenduduk sekitar 200 jiwa. Jauh dari gemerlap seorang raja. Dia hidup dalam kemiskinan dan bergaul dengan kaum miskin dan berdosa. Untuk membayar pajak masuk Bait Allah pun Dia tidak mempunyai uang. “Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga." (Mat 17: 27). Dia mengakhiri hidupNya dalam kemiskinan. Dia disalib dengan telanjang, sebab jubahnya diundi oleh para prajurit. Apakah Yesus kaya?
Yesus mengajar agar para murid tidak mengumpulkan harta dunia. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.” (Mat 6:19) Para murid diingatkan agar jangan kuatir akan kepemilikan harta. Dalam perumpamaan Dia menggambarkan orang kaya yang cemas akan hidupnya, maka dia berusaha menyimpan kekayaannya. Tapi Allah mencabut nyawanya. Apakah arti semua yang sudah disimpannya? Kita tidak perlu kuatir akan apa yang kita miliki, sebab Allah akan melindungi kita. Bahkan jalan menuju kesempurnaan adalah bila orang berani hidup miskin. "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Luk 18:22). Bagi Yesus hidup kita tidak tergantung dari kekayaan yang kita miliki. “Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” (Luk 12:15)
Yesus mengajak para muridNya untuk mengumpulkan harta di surga. Harta surgawi adalah segala kebaikan dan tindak belas kasih. Ketaatan pada perintah Allah dan memiliki relasi yang baik dengan Allah melalui doa pribadi dan berjemaat. Harta inilah yang menyelamatkan kita. Membawa kita pada hidup yang kekal. Para santo santa yang sudah wafat ratusan bahkan ribuan tahun lalu masih diingat dan diceritakan segala kebaikannya hingga saat ini. Begitu pula orang baik setelah wafat dia akan tetap dikenang dan dihidupkan sampai kapanpun juga. Dengan demikian mereka sudah mendapatkan hidup kekal di dunia ini.
Para pendeta yang mengajarkan bahwa Allah akan memberi berlipat ganda dari yang kita persembahkan kepadaNya adalah sebuah pembodohan. Segala pemberian kita tidak dinikmati oleh Allah melainkan oleh pendeta. Allah tidak membutuhkan harta dunia, sebab Dialah pemilik seluruh semesta. Dalam Mzm 50 Allah mengkritik orang yang merasa telah diperhitungkan oleh Allah ketika memberi korban persembahan padaNya. Keselamatan bukan berasal dari berapa banyak harta yang kita berikan pada pendeta melainkan seberapa banyak kasih yang kita berikan pada Yesus yang ada dalam diri kaum miskin. “Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.” (Hos 6:6)
Kekayaan memang penting bagi hidup kita tapi bukan itu jalan menuju keselamatan dan hidup kekal. Kekayaan adalah berkat yang dipercayakan Allah pada kita agar kita mau melakukan karya belas kasihNya. Bila orang memusatkan perwartaannya bahwa kita diberkati oleh Allah sehingga kaya seperti Abraham, Daud dan Salomo, maka dia bukan mewartakan Kristus. Mereka tidak dapat menyatakan diri sebagai orang Kristen, sebab ajaran mereka berbeda dengan ajaran Kristus. Mereka adalah Gereja Abraham, Gereja Daud atau Gereja Salomo. Bukan Gereja Kristen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar