Senin, 19 Juli 2010

MELEDAK LAGI.. MELEDAK LAGI


Sejak digalakkan penggantian minyak tanah dengan gas elpiji untuk bahan bakar kebutuhan rumah tangga pada tahun 2008 sampai Juni 2010 sudah terjadi 36 ledakan yang merugikan ratusan juta rupiah dan banyak kurban. Pada 2008, 2 orang tewas, 27 luka-luka, dan 19 rumah rusak dan terbakar akibat ledakan gas. Pada 2009, korban jiwa bertambah menjadi 12 jiwa. Tahun ini, baru memasuki pertengahan tahun, 19 ledakan tabung gas telah terjadi dengan jumlah korban 15 orang tewas, 39 orang luka-luka, dan 55 rumah rusak. Dengan bertambahnya pengguna gas elpiji maka akan terus terjadi pertambahan kurban akibat ledakan. Penyebab ledakan disebabkan kerusakan pada tabung. Menurut hasil survey Badan Standart Nasional, ada 66% tabung gas yang terindikasi memungkinkan terjadinya ledakan. Belum lagi tabung yang bocor atau rusak. Menurut sebuah media pada bulan Juni di Pare-Pare ditemukan 8000 tabung 3 kg yang berkarat dan bocor. Di Ngawi ada 5646 yang telah rusak. Di Madiun setiap bulan rata-rata ditemukan 57 tabung yang rusak. Dengan demikian ada ribuan tabung rusak.

Tabung gas 3 kg adalah tabung yang pada awal pengalihan dari minyak tanah ke elpiji dibagikan oleh pemerintah untuk rakyat ekonomi lemah. Menurut data Kompas ada 60 juta tabung 3 kg yang beredar di masyarakat dan 7 juta tabung 12 kg. Jika menurut BSN ada 66% yang rusak maka ada 39,6 juta yang rusak. BSN juga menyatakan bahwa masalahnya bukan hanya tabung, tapi juga kompor, selang dan regulatornya. Menurut data BSN yang dikeluarkan bulan Juni 2010, ada 30% kompor tidak memenuhi standart SNI, 20% regulator bermasalah dan 100% selang yang tidak berstandar SNI atau keamanannya tidak bisa dijamin. Angka-angka ini sangat mengerikan. Muncul teror baru dalam rumah tangga. Masyarakat miskin semakin dirugikan oleh ulah orang yang memindahkan gas dari tabung 3 kg yang disubsidi pemerintah ke tabung 12 kg. Dengan demikian masyarakat miskin selain dikuatirkan akan ledakan tabung gas, juga tidak mendapatkan gas yang sesuai dengan ukurannya.

Pengalihan minyak tanah ke gas merupakan kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi pemerintah pada masyarakat. Menurut Kompas penggunaan minyak tanah membuat pemerintah harus mensubsidi masyarakat sebesar 50 T belum lagi rakyat harus antri selama beberapa jam untuk mendapatkan minyak tanah. Hal ini disebabkan harga minyak tanah di masyarakat hanya Rp 2000/ lt sedangkan harga yang harus dibayar oleh pemerintah sebesar Rp 7500/lt. Oleh karena itu penggunaan gas dapat mengurangi pengeluaran negara. Tapi hal yang kurang diperhitungkan adalah kesiapan masyarakat dan kurang adanya pengawasan pirantinya yaitu kompor, tabung, selang dan regulatornya. Akibatnya rakyat miskin yang sekali lagi jadi kurban.

Maraknya ledakan tabung gas tampaknya belum ditanggapi secara lebih serius oleh pemerintah. Seorang tokoh mengatakan bahwa kebakaran bukan hanya diakibatkan oleh penggunaan gas, tapi juga arus pendek listrik dan ledakan kompor minyak tanah. Pendapat ini memang benar, tapi hanya sebuah usaha pemaafan diri dan melarikan diri dari tanggungjawab. Berita malam di TV One pada malam ini (18 Juli) meliput ledakan tabung gas di Bandung, Jember dan Malang. Pada satu hari ada 3 ledakan yang membawa kurban manusia dan harta. TV One juga meliput satu kebakaran di Jakarta yang kemungkinan disebabkan arus pendek. Jadi dalam satu hari ada kebakaran dengan perbandingan 3:1. Maka pendapat tokoh tersebut perlu dipertanyakan.

Indonesia menolak disebut sebagai negara yang memakai sistem neoliberalisme. Tapi dari beberapa kebijakan pemerintah tercermin kuat neoliberalisme. Salah satu ciri neoliberalisme adalah kaum miskin kurang diperhatikan. Negara berusaha menumpuk kekayaan tanpa mempedulikan kesejahteraan rakyat miskin, sebab negara dipimpin oleh pengusaha atau ekonom. Kekayaan itu akan dikuasai oleh segelintir orang saja atau untuk mengembangkan usaha yang menguntungkan sedikit orang. Penggunaan gas merupakan salah satu contoh kebijakan yang tidak berpihak pada kaum miskin. Kebijakan ini memang menguntungkan pemerintah tapi mengurbankan rakyat miskin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger