Setiap hari banyak dari kita berdoa entah berdoa seorang diri atau secara pribadi atau berdoa bersama-sama atau doa berjemaah. Memang sebaiknya kita berdoa, sebab kita butuh menjalin relasi yang mesra dengan Tuhan. Semakin kita banyak berdoa maka hubungan kita dengan Tuhan akan semakin baik. Seperti bila kita dengan seseorang sering mengadakan komunikasi, maka hubungan kita dengannya akan semakin baik. Kita akan memahami dia dan dia memahami kita. Doa adalah sarana kita berusaha untuk membuka diri terhadap Tuhan dan memahami Tuhan.
Tapi persoalanya dalam doa kurang terjadi komunikasi yang baik. Sering kali dalam doa kita hanya berbicara pada Tuhan dan tidak berusaha mendengarkan Tuhan. Memang Tuhan tidak akan bersuara seperti ketika kita berbicara. Tapi suara Tuhan dapat kita dengar dan temukan dalam Kitab Suci, dalam suara hati, dalam pengalaman hidup sehari-hari. Maka doa bukan hanya kita mengungkapkan apa yang ingin kita katakan pada Tuhan tapi juga berusaha untuk hening. Dalam hening kita berusaha melihat hidup kita dan mencari apa kehendak Allah bagi hidup kita. Allah senantiasa turut campur dalam setiap peristiwa hidup kita baik yang sederhana maupun yang besar. Dengan hening kita bisa melihat dan menangkap apa kehendak Allah. Hal ini sama seperti bila kita berhubungan dengan sahabat yang kita cintai. Kita dapat memahami apa kehendak atau yang sedang dirasakan oleh sahabat kita meski dia tidak berkata satu katapun. Kita dapat memahaminya sebab kita mempunyai kedekatan dengannya.
Dalam doa sering kali kita sibuk memilih kata-kata yang indah. Seolah dengan berkata-kata yang indah kita dapat menyenangkan Tuhan. Ini adalah sebuah kepalsuan. Bila kita berbicara dengan sahabat kita, maka kita tidak sibuk mencari kata-kata indah baginya. Kita lebih suka mengungkapkan apa yang sedang kita alami dan rasakan. Kita mengungkapkan apa yang ada dalam hati. Akibat doa seolah harus menggunakan kata indah, maka banyak umat enggan bila diminta untuk berdoa dalam pertemuan doa. Padahal Tuhan tidak membutuhkan kata-kata yang indah, melainkan ungkapan hati. Doa juga tidak membutuhkan kata yang panjang-panjang sebab Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan. “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” (Mat 6:7-8)
Kita sering mengatakan bahwa doa Bapa Kami, yang diajarkan oleh Yesus adalah doa yang sempurna. Padahal kita tahu bahwa doa Bapa Kami sangat pendek dan sederhana. Tidak ada kata-kata yang indah dan berbunga-bunga. Semua kata sangat sederhana dan merupakan ungkapan isi hati. Maka bila berdoa tidak perlu panjang-panjang. Cukup apa yang ingin kita katakan pada Tuhan. Bila kita belajar dari doa Bapa Kami, maka kita akan melihat bahwa isi doa tidak melulu permintaan melainkan juga tuntutan bagi kita. “Ampunilah dosa kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami,” Kita memohon ampun pada Allah tapi ada tuntutan dari diri kita sendiri untuk mengampuni. Permintaan pun tidak terlalu muluk, melainkan kebutuhan pokok yaitu makan yang cukup untuk hari ini. Sedangkan doa-doa kita sering berisi aneka permintaan. Akibat terlalu terpusat pada permintaan maka pujian kepada Allah menjadi berkurang. Padahal dalam doa Bapa kami hal pertama yang diungkapkan adalah pujian kepada Bapa di surga dan harapan akan terwujudnya Kerajaan Allah yaitu komunitas damai di bumi dan surga.
Ada orang yang merasa bisa berdoa dengan bahasa Roh. Rasul Paulus menjelaskan panjang lebar soal doa dengan bahasa Roh. Baginya bila berdoa dalam bahasa Roh sebaiknya berdoa secara pribadi. Sedang bila berdoa dalam jemaat tidak perlu menggunakan bahasa Roh. “Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan "amin" atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan?” (1Kor 14:16). Rasul Paulus mampu berbahasa Roh tapi dia tidak menggunakannya bila dalam jemaat. “Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.” (!Kor 14:19). Bila kita percaya pada ajaran Rasul Paulus maka kita tidak perlu menggunakan bahasa Roh dalam doa jemaat, sebab doa dalam bahasa Roh selain si pendoa juga tidak paham apa yang dikatakan oleh dirinya sendiri juga tidak berguna bagi sesama. Bahkan dapat membawa orang pada kesombongan diri seolah lebih hebat dibandingkan orang lain. Padahal doa membutuhkan kerendahan hati, sebab kita sedang berhadapan dengan Allah.
Doa sebetulnya bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup kita. Tapi bagaimanakan dengan doa-doa kita? Masih ada banyak hal yang perlu kita benahi dalam cara dan sikap kita dalam berdoa. Tapi kita perlu bersyukur sebab Yesus telah memberikan contoh doa yang sederhana.
Tapi persoalanya dalam doa kurang terjadi komunikasi yang baik. Sering kali dalam doa kita hanya berbicara pada Tuhan dan tidak berusaha mendengarkan Tuhan. Memang Tuhan tidak akan bersuara seperti ketika kita berbicara. Tapi suara Tuhan dapat kita dengar dan temukan dalam Kitab Suci, dalam suara hati, dalam pengalaman hidup sehari-hari. Maka doa bukan hanya kita mengungkapkan apa yang ingin kita katakan pada Tuhan tapi juga berusaha untuk hening. Dalam hening kita berusaha melihat hidup kita dan mencari apa kehendak Allah bagi hidup kita. Allah senantiasa turut campur dalam setiap peristiwa hidup kita baik yang sederhana maupun yang besar. Dengan hening kita bisa melihat dan menangkap apa kehendak Allah. Hal ini sama seperti bila kita berhubungan dengan sahabat yang kita cintai. Kita dapat memahami apa kehendak atau yang sedang dirasakan oleh sahabat kita meski dia tidak berkata satu katapun. Kita dapat memahaminya sebab kita mempunyai kedekatan dengannya.
Dalam doa sering kali kita sibuk memilih kata-kata yang indah. Seolah dengan berkata-kata yang indah kita dapat menyenangkan Tuhan. Ini adalah sebuah kepalsuan. Bila kita berbicara dengan sahabat kita, maka kita tidak sibuk mencari kata-kata indah baginya. Kita lebih suka mengungkapkan apa yang sedang kita alami dan rasakan. Kita mengungkapkan apa yang ada dalam hati. Akibat doa seolah harus menggunakan kata indah, maka banyak umat enggan bila diminta untuk berdoa dalam pertemuan doa. Padahal Tuhan tidak membutuhkan kata-kata yang indah, melainkan ungkapan hati. Doa juga tidak membutuhkan kata yang panjang-panjang sebab Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan. “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” (Mat 6:7-8)
Kita sering mengatakan bahwa doa Bapa Kami, yang diajarkan oleh Yesus adalah doa yang sempurna. Padahal kita tahu bahwa doa Bapa Kami sangat pendek dan sederhana. Tidak ada kata-kata yang indah dan berbunga-bunga. Semua kata sangat sederhana dan merupakan ungkapan isi hati. Maka bila berdoa tidak perlu panjang-panjang. Cukup apa yang ingin kita katakan pada Tuhan. Bila kita belajar dari doa Bapa Kami, maka kita akan melihat bahwa isi doa tidak melulu permintaan melainkan juga tuntutan bagi kita. “Ampunilah dosa kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami,” Kita memohon ampun pada Allah tapi ada tuntutan dari diri kita sendiri untuk mengampuni. Permintaan pun tidak terlalu muluk, melainkan kebutuhan pokok yaitu makan yang cukup untuk hari ini. Sedangkan doa-doa kita sering berisi aneka permintaan. Akibat terlalu terpusat pada permintaan maka pujian kepada Allah menjadi berkurang. Padahal dalam doa Bapa kami hal pertama yang diungkapkan adalah pujian kepada Bapa di surga dan harapan akan terwujudnya Kerajaan Allah yaitu komunitas damai di bumi dan surga.
Ada orang yang merasa bisa berdoa dengan bahasa Roh. Rasul Paulus menjelaskan panjang lebar soal doa dengan bahasa Roh. Baginya bila berdoa dalam bahasa Roh sebaiknya berdoa secara pribadi. Sedang bila berdoa dalam jemaat tidak perlu menggunakan bahasa Roh. “Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan "amin" atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan?” (1Kor 14:16). Rasul Paulus mampu berbahasa Roh tapi dia tidak menggunakannya bila dalam jemaat. “Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.” (!Kor 14:19). Bila kita percaya pada ajaran Rasul Paulus maka kita tidak perlu menggunakan bahasa Roh dalam doa jemaat, sebab doa dalam bahasa Roh selain si pendoa juga tidak paham apa yang dikatakan oleh dirinya sendiri juga tidak berguna bagi sesama. Bahkan dapat membawa orang pada kesombongan diri seolah lebih hebat dibandingkan orang lain. Padahal doa membutuhkan kerendahan hati, sebab kita sedang berhadapan dengan Allah.
Doa sebetulnya bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup kita. Tapi bagaimanakan dengan doa-doa kita? Masih ada banyak hal yang perlu kita benahi dalam cara dan sikap kita dalam berdoa. Tapi kita perlu bersyukur sebab Yesus telah memberikan contoh doa yang sederhana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar