Sabtu, 10 Oktober 2009

KITA ADALAH PANCARAN KASIH ALLAH

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa." (Yoh 14:12)

Iman dan perbuatan adalah satu kesatuan. Penulis surat Yakobus mengatakan bahwa seseorang dapat disebut sebagai orang beriman bila dia dapat menunjukkan iman itu dalam perbuatannya (Yak 2:18-20). Dengan demikian tidak cukup seseorang mengaku diri sebagai orang beriman dengan mengatakan bahwa “aku percaya pada Allah,” melainkan harus mewujudnyatakan dalam segala tindakannya. Tindakan iman bukan hanya berdoa atau melakukan aktifitas kerohanian. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 7:21).

Salah satu syarat bagi orang yang menentap di Indonesia adalah dia harus memeluk sebuah agama. Akibatnya banyak orang terpaksa memeluk agama sebab kuatir akan mendapatkan kesulitan dalam hidupnya. Dia hanya beragama tapi tidak menunjukkan diri sebagai orang beriman. Kalau toh dia menunjukkan imannya hanya menggunakan atribut keagamaan atau mengikuti kewajiban perayaan agama pada hari yang sudah ditentukan. Namun dalam kehidupan sehari-hari tidak mencerminkan keimanannya.

Ibu Teresa menulis bahwa “seorang kerabat Missionari Cinta Kasih adalah pembawa dan cermin dari kasih Tuhan. Kita semua harus mempunyai tekad untuk membawa cinta kasihNya kemana-mana. Mengapa? Karena Yesus pernah bersabda,”Kamu lakukan itu kepadaKu. Ketika Aku lapar, telanjang, tidak mempunyai rumah, dan kesepian. Dan kamu melakukannya untuk Aku.” Itulah sebabnya para Missionaris Cinta Kasih, demikian pula rekan-rekan yang melayani orang-orang sakit, para karyawan, kaum kontemplatif, kaum muda, dan rekan-rekan dokter semuanya disebut sebagai pembawa cinta kasih Tuhan.

Ibu Teresa mengimani Allah yang penuh kasih pada kaum miskin. Iman ini diwujudkan dalam seluruh kehidupannya yang penuh kasih pada setiap orang yang membutuhkan. Setiap keputusan dan perkataannya menunjukkan cinta kasih Allah yang besar pada kaum miskin sehingga setiap orang yang memandang dan bertemu dengannya dapat merasakan kasih Allah yang terpancar dari pribadinya. Bagi Ibu Teresa beriman adalah keberanian untuk mencintai Yesus dengan sepenuh diri. Mencintai Yesus bukan hanya menganggumi tapi berjalan sesuai dengan apa yang diperintahkanNya. Mengerjakan apa yang dikerjakanNya bahkan lebih besar lagi. Pada jaman Yesus tidak ada penyakit AIDS, orang yang mati akibat sistem kasta dan sebagainya. Inilah pekerjaan-pekerjaan besar lain yang diwariskan Yesus kepada para pengikutNya. Inilah tantangannya, sebab orang mudah sekali kagum pada orang yang berbuat baik melainkan enggan untuk menjalankan apa yang dijalankan oleh orang yang dikagumi.

Ibu Teresa juga menghendaki kita menjadi cermin. Cermin adalah sarana seseorang untuk melihat diri sendiri. Maka segala tindakan cinta kasih kita hendaknya mampu membawa orang untuk menyadari akan dirinya sendiri. Menyadari akan siapa dirinya dan perutusan hidupnya. Bila dia seorang beragama maka dia akan menyadari untuk mewujudkan imannya dalam hidupnya. Dengan melihat sikap hidup kita maka orang pun menjadi tergerak untuk melakukan tindakan kasih. Dalam pelayanan, maka tindakan kita menyadarkan pada orang yang kita layani bahwa dia adalah manusia yang bermartabat meski kemiskinan dan penderitaan menimpanya. Dia menyadari bahwa dia adalah ciptaan Allah yang utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger