Injil Markus menceritakan suatu ketika ada 4 ribu orang lebih mengikuti Yesus dan mereka kelaparan sebab sudah 3 hari bersama Yesus. Melihat mereka yang kelelahan Yesus merasa kasihan. Dia sadar bahwa tidak mungkin menyuruh mereka pulang, sebab dapat pingsan atau mati di jalan akibat kelaparan. Maka Dia bertanya pada para rasul apakah ada makanan bagi orang-orang itu. Para rasul hanya mempunyai 7 potong roti. Mereka tidak mungkin memberi makan 4 ribu orang hanya dengan 7 potong roti. Hal ini bukan karena mereka pelit tapi mereka mendasarkan pada perhitungan manusia. Roti yang mereka miliki saja belum tentu cukup untuk diri mereka sendiri. Maka Yesus membuat mujijat pergandaan roti. Dari 7 roti dan beberapa ikan Dia mampu memberi makan minimal 4 ribu orang dan masih tersisa banyak.
Orang-orang itu mengikuti Yesus atas inisiatif mereka sendiri. Mereka tahu bahwa di sekitar situ tidak ada warung. Mereka juga tahu bahwa Yesus dan para murid tidak membawa bekal makanan yang cukup bagi mereka. Seharusnya mereka segera pulang sebelum persediaan makanan yang mereka bawa menjadi habis. Tapi mereka tidak melakukan hal itu. Dengan demikian jika mereka kelaparan itu merupakan resiko yang sudah diketahuinya. Apakah mereka percaya bahwa Yesus mampu mengatasi masalah ini? Ataukah mungkin mereka adalah orang pelit yang bergantung pada orang lain sehingga bila ada orang yang makan siapa tahu mereka juga akan diberi? Atau mereka adalah orang miskin yang tidak mempunyai pilihan lain selain mengikuti Yesus meski harus mati kelaparan? Kita dapat mengajukan pertanyaan lain terkait keputusan orang-orang itu mengikuti Yesus sampai 3 hari.
Orang-orang itu tidak meminta agar Yesus melakukan sesuatu agar mereka tidak mati kelaparan. Mereka diam dan hanya mendengarkan ajaran Yesus. Situasi hampir sama dengan situasi antara Lazarus dan orang kaya, tapi berbeda dalam tindakan akhirnya. Lazarus yang miskin diam dekat orang kaya. Dia tidak protes atau meminta belas kasihan dari orang kaya itu. Dia hanya memunguti remah-remah roti yang jatuh dari meja orang kaya. Tapi orang kaya itu tidak peduli pada Lazarus meski dia mempunyai makanan berlimpah. Sedangkan Yesus tidak mempunyai makanan tapi Dia peduli. Yesus mempunyai belas kasih sedangkan orang kaya itu tidak memilikinya.
Belas kasih dapat menjadi kekuatan besar dari seseorang untuk mendorongnya terlibat dalam penderitaan atau masalah sesama. Belas kasih yang dimiliki Yesus mendorong untuk bertindak atau belas kasih aktif, bukan hanya sekedar rasa prihatin atau belas kasih pasif. Orang yang memiliki belas kasih aktif belum tentu seorang yang memiliki sesuatu untuk dibagikan. Dia dapat juga orang miskin yang tidak mempunyai apa-apa untuk dibagikan seperti Yesus yang tidak punya roti sedikitpun. Dari kekurangannya dia ingin terlibat dan berbagi dengan orang yang dianggapnya lebih membutuhkan.
Belas kasih aktif tumbuh dari orang yang peka akan situasi disekitarnya. Dia dapat merasakan atau menangkap penderitaan atau masalah sesamanya meski itu tidak terungkap dalam kata-kata. Untuk itu dibutuhkan semangat untuk hidup demi sesama. Perhatian tidak hanya ditujukan pada diri sendiri tapi juga pada sesama. Pada jaman ini orang sering sibuk dengan dirinya sendiri sehingga tidak mampu menilai situasi yang ada di sekitarnya. Atau orang hanya melihat penderitaan diri sehingga tidak mampu melihat penderitaan sesama. Yesus pun mungkin lapar setelah selama 3 hari mengajar. Yesus sering sangat sibuk melayani “Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat.” (Mrk 3:20). Tapi meski lelah Dia tetap memperhatikan kebutuhan orang lain. Sering orang enggan terlibat dalam penderitaan sesama sebab dia merasa sudah menderita atau tidak mempunyai waktu lagi atau dia merasa tidak memiliki sesuatu untuk dibagikan. Yesus pun tidak memiliki roti untuk dibagikan, maka Dia melibatkan para murid. Belas kasih aktif bukan hanya ingin berbuat tapi juga mendorong orang lain untuk berbuat bagi sesama, sehingga dari yang sedikit yang kita miliki dapat menjadi berlipat bila semakin banyak orang yang terlibat.
Orang-orang itu mengikuti Yesus atas inisiatif mereka sendiri. Mereka tahu bahwa di sekitar situ tidak ada warung. Mereka juga tahu bahwa Yesus dan para murid tidak membawa bekal makanan yang cukup bagi mereka. Seharusnya mereka segera pulang sebelum persediaan makanan yang mereka bawa menjadi habis. Tapi mereka tidak melakukan hal itu. Dengan demikian jika mereka kelaparan itu merupakan resiko yang sudah diketahuinya. Apakah mereka percaya bahwa Yesus mampu mengatasi masalah ini? Ataukah mungkin mereka adalah orang pelit yang bergantung pada orang lain sehingga bila ada orang yang makan siapa tahu mereka juga akan diberi? Atau mereka adalah orang miskin yang tidak mempunyai pilihan lain selain mengikuti Yesus meski harus mati kelaparan? Kita dapat mengajukan pertanyaan lain terkait keputusan orang-orang itu mengikuti Yesus sampai 3 hari.
Orang-orang itu tidak meminta agar Yesus melakukan sesuatu agar mereka tidak mati kelaparan. Mereka diam dan hanya mendengarkan ajaran Yesus. Situasi hampir sama dengan situasi antara Lazarus dan orang kaya, tapi berbeda dalam tindakan akhirnya. Lazarus yang miskin diam dekat orang kaya. Dia tidak protes atau meminta belas kasihan dari orang kaya itu. Dia hanya memunguti remah-remah roti yang jatuh dari meja orang kaya. Tapi orang kaya itu tidak peduli pada Lazarus meski dia mempunyai makanan berlimpah. Sedangkan Yesus tidak mempunyai makanan tapi Dia peduli. Yesus mempunyai belas kasih sedangkan orang kaya itu tidak memilikinya.
Belas kasih dapat menjadi kekuatan besar dari seseorang untuk mendorongnya terlibat dalam penderitaan atau masalah sesama. Belas kasih yang dimiliki Yesus mendorong untuk bertindak atau belas kasih aktif, bukan hanya sekedar rasa prihatin atau belas kasih pasif. Orang yang memiliki belas kasih aktif belum tentu seorang yang memiliki sesuatu untuk dibagikan. Dia dapat juga orang miskin yang tidak mempunyai apa-apa untuk dibagikan seperti Yesus yang tidak punya roti sedikitpun. Dari kekurangannya dia ingin terlibat dan berbagi dengan orang yang dianggapnya lebih membutuhkan.
Belas kasih aktif tumbuh dari orang yang peka akan situasi disekitarnya. Dia dapat merasakan atau menangkap penderitaan atau masalah sesamanya meski itu tidak terungkap dalam kata-kata. Untuk itu dibutuhkan semangat untuk hidup demi sesama. Perhatian tidak hanya ditujukan pada diri sendiri tapi juga pada sesama. Pada jaman ini orang sering sibuk dengan dirinya sendiri sehingga tidak mampu menilai situasi yang ada di sekitarnya. Atau orang hanya melihat penderitaan diri sehingga tidak mampu melihat penderitaan sesama. Yesus pun mungkin lapar setelah selama 3 hari mengajar. Yesus sering sangat sibuk melayani “Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat.” (Mrk 3:20). Tapi meski lelah Dia tetap memperhatikan kebutuhan orang lain. Sering orang enggan terlibat dalam penderitaan sesama sebab dia merasa sudah menderita atau tidak mempunyai waktu lagi atau dia merasa tidak memiliki sesuatu untuk dibagikan. Yesus pun tidak memiliki roti untuk dibagikan, maka Dia melibatkan para murid. Belas kasih aktif bukan hanya ingin berbuat tapi juga mendorong orang lain untuk berbuat bagi sesama, sehingga dari yang sedikit yang kita miliki dapat menjadi berlipat bila semakin banyak orang yang terlibat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar