Ketika sedang berpuasa Yesus dicobai oleh iblis (Mat 4:1-11). Ada 3 tantangan yang diajukan oleh iblis yaitu pemenuhan kebutuhan hidup, status dirinya sebagai Putra Allah dan kekuasaan. Yesus sedang lapar, maka iblis mencobaiNya untuk membuktikan kekuasaanNya sebagai Putra Allah yang dapat membuat roti dari batu. Tantangan ini ditolak lalu iblis membawa Yesus untuk menantang perlindungan Allah padaNya. Dia adalah Putra Allah yang akan dilindungi Allah meski melakukan hal yang sangat berbahaya pasti akan selamat. Ketiga, Yesus ditawari kekuasaan untuk menjadi raja yang mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Hal ini pun ditolaknya dan iblis meninggalkan Dia untuk mencari waktu yang tepat.
Abraham Maslow (1 April 1908 – 8 Juni 1970) membuat teori piramida kebutuhan manusia. Menurut Maslow kebutuhan manusia dibagi dalam dua hal besar yaitu D-Needs (Deficiency Needs) dan B-Needs (Being Needs). D-Needs adalah kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan dicintai, dan kebutuhan dihargai. Sedangkan B-Needs adalah kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini membentuk piramida dan yang paling dasar adalah pemenuhan kebutuhan fisik yaitu makan, istirahat dan sebagainya sedangkan puncaknya adalah kebutuhan aktualisasi diri. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tingkat atas harus dipenuhi dulu kebutuhan di bawahnya. Orang harus makan dulu baru dapat diajak untuk berpikir soal keamanan, cinta dan sebagainya. Maka iblis menggoda Yesus untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu makan. Yesus menolaknya "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat 4:4). Yesus menunjukkan bahwa kebutuhanNya bukan lagi soal pemenuhan kebutuhan dasariah tapi sudah mencapai puncak dari piramida Maslow yaitu kebutuhan spiritual.
Kita pada umumnya tidak mampu “meloncat” seperti Yesus. Kita berusaha memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu baru dapat berpikir tentang spiritual. Seseorang mengatakan bagaimana mungkin kita dapat mengajak orang berdoa bila dia perutnya kosong? Maka kita harus memberinya makan dulu baru diajak berdoa. Orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan paling dasarnya juga dapat melakukan hal-hal yang dapat merendahkan hakekatnya sebagai manusia. Pernah ada cerita tentang pesawat terbang yang jatuh di tengah hutan belantara. Penumpang yang selamat untuk mempertahankan hidupnya dia tega memakan penumpang lain yang tewas. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup, maka orang berusaha untuk memenuhinya meski harus melakukan hal yang sangat tidak manusiawi. Yesus pun ditantang untuk mengubah batu menjadi roti.
Pada saat ini pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu makan, minum, rumah dan sebagainya sudah banyak yang bergeser maknanya. Orang makan bukan lagi untuk mempertahankan diri agar dapat hidup dan menuju tahap selanjutnya dalam piramida kebutuhan menurut Maslow, melainkan untuk menunjukkan siapa dirinya. Seorang teman bercerita bahwa dia berdua bersama temannya makan di sebuah restoran dan menghabiskan Rp 400.000 lebih. Aku hanya mampu menelan air ludah. Dalam hal ini makan bukan untuk menghilangkan rasa lapar melainkan untuk mencari nilai lain lagi. Apakah dia sudah masuk ke tahap berikutnya dari piramida kebutuhan?
Dalam puasa kita diingatkan kembali bahwa pemenuhan kebutuhan hidup dasariah bukanlah segala-galanya. Masih ada kebutuhan lain yang lebih penting yang harus kita raih yaitu relasi dengan Allah. Saat perut kosong atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi, kita tetap dapat bersandar pada Allah. Yesus bukan hendak menyepelekan pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar atau makan, tapi Dia mengajak kita untuk meraih nilai yang lebih jauh lagi yaitu nilai spiritual. Hidup bukan hanya terpusat untuk memenuhi kebutuhan dasar tapi terus berusaha meraih kebutuhan yang lain. Maka puasa adalah sebuah ujian bagi kita untuk tetap dapat bersandar pada Allah dan mencari nilai spiritual meski kebutuhan dasar kita masih belum terpenuhi.
Abraham Maslow (1 April 1908 – 8 Juni 1970) membuat teori piramida kebutuhan manusia. Menurut Maslow kebutuhan manusia dibagi dalam dua hal besar yaitu D-Needs (Deficiency Needs) dan B-Needs (Being Needs). D-Needs adalah kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan dicintai, dan kebutuhan dihargai. Sedangkan B-Needs adalah kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini membentuk piramida dan yang paling dasar adalah pemenuhan kebutuhan fisik yaitu makan, istirahat dan sebagainya sedangkan puncaknya adalah kebutuhan aktualisasi diri. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tingkat atas harus dipenuhi dulu kebutuhan di bawahnya. Orang harus makan dulu baru dapat diajak untuk berpikir soal keamanan, cinta dan sebagainya. Maka iblis menggoda Yesus untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu makan. Yesus menolaknya "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat 4:4). Yesus menunjukkan bahwa kebutuhanNya bukan lagi soal pemenuhan kebutuhan dasariah tapi sudah mencapai puncak dari piramida Maslow yaitu kebutuhan spiritual.
Kita pada umumnya tidak mampu “meloncat” seperti Yesus. Kita berusaha memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu baru dapat berpikir tentang spiritual. Seseorang mengatakan bagaimana mungkin kita dapat mengajak orang berdoa bila dia perutnya kosong? Maka kita harus memberinya makan dulu baru diajak berdoa. Orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan paling dasarnya juga dapat melakukan hal-hal yang dapat merendahkan hakekatnya sebagai manusia. Pernah ada cerita tentang pesawat terbang yang jatuh di tengah hutan belantara. Penumpang yang selamat untuk mempertahankan hidupnya dia tega memakan penumpang lain yang tewas. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup, maka orang berusaha untuk memenuhinya meski harus melakukan hal yang sangat tidak manusiawi. Yesus pun ditantang untuk mengubah batu menjadi roti.
Pada saat ini pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu makan, minum, rumah dan sebagainya sudah banyak yang bergeser maknanya. Orang makan bukan lagi untuk mempertahankan diri agar dapat hidup dan menuju tahap selanjutnya dalam piramida kebutuhan menurut Maslow, melainkan untuk menunjukkan siapa dirinya. Seorang teman bercerita bahwa dia berdua bersama temannya makan di sebuah restoran dan menghabiskan Rp 400.000 lebih. Aku hanya mampu menelan air ludah. Dalam hal ini makan bukan untuk menghilangkan rasa lapar melainkan untuk mencari nilai lain lagi. Apakah dia sudah masuk ke tahap berikutnya dari piramida kebutuhan?
Dalam puasa kita diingatkan kembali bahwa pemenuhan kebutuhan hidup dasariah bukanlah segala-galanya. Masih ada kebutuhan lain yang lebih penting yang harus kita raih yaitu relasi dengan Allah. Saat perut kosong atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi, kita tetap dapat bersandar pada Allah. Yesus bukan hendak menyepelekan pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar atau makan, tapi Dia mengajak kita untuk meraih nilai yang lebih jauh lagi yaitu nilai spiritual. Hidup bukan hanya terpusat untuk memenuhi kebutuhan dasar tapi terus berusaha meraih kebutuhan yang lain. Maka puasa adalah sebuah ujian bagi kita untuk tetap dapat bersandar pada Allah dan mencari nilai spiritual meski kebutuhan dasar kita masih belum terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar