Dalam Injil Markus diceritakan Yesus yang mengutuk pohon ara sebab ketika Dia lapar dan hendak mengambil buahnya ternyata pohon itu sedang tidak berbuah (Mrk 11:12-14.20-22). Apa yang dilakukan Yesus sebetulnya dapat dianggap sebuah perbuatan yang sewenang-wenang. Pada waktu itu bukan musim pohon ara berbuah, maka wajar saja bila Dia tidak menemukan satupun buah ara. Yesus pun pasti tahu kapan saat musim buah ara. Maka ketika Dia tidak menemukan buah ara mengapa Dia mengutuki pohon yang tidak bersalah itu sehingga pohon itu menjadi mati kekeringan? Apakah Dia seorang yang egois dan menggunakan kekuasaan yang dimilikiNya dengan sewenang-wenang? Bukankah dalam berbagai kesempatan Dia menunjukkan belas kasih yang begitu besar kepada sesama manusia?
Bila membaca kisah itu dan melepaskan dari konteksnya, maka kita akan mendapat gambaran Yesus yang kurang baik. Dia tampak sebagai orang yang arogan. Orang yang menggunakan kekuasaan yang dimilikiNya untuk memaksakan kehendakNya dan bila kehendakNya tidak terwujud maka Dia marah. Kisah itu terkait dalam pembelajaran mengenai iman. Yesus menunjukkan bahwa bila kita mempunyai iman maka kita bisa melakukan semua hal bahkan melakukan hal-hal yang diluar akal sehat. “Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.” (Mrk 11:22-23)
Yesus memberi pelajaran betapa dengan iman orang dapat melakukan hal-hal besar bahkan sampai diluar batas kemampuan manusiawi, meski pembelajaran itu dari sudut negatif yaitu membuat pohon ara itu mati. Dalam hal ini iman tidak hanya dilihat sebagai keputusan seseorang untuk percaya pada Allah tapi dari rasa percaya itu tumbuh kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan segala sesuatu. Bahkan berbuat sesuatu yang besar dan diluar kemampuan akal sehat manusia. Beberapa kali Yesus memberikan contoh kekuatan iman. Dia mengajak Petrus berjalan diatas air ketika badai. Dia mampu membangkitkan orang mati dan sebagainya. Tapi seperti Petrus yang ragu maka kekuatan itu tidak terwujud, sehingga dia tenggelam.
Kekuatan iman ini sering diabaikan oleh banyak orang, meski dia mengaku sudah mengikuti Yesus berpuluh tahun. Tidak jarang kita mendengar orang mengeluh sebab doanya tidak dikabulkan Tuhan. Mereka yakin bahwa mereka sudah berdoa dengan sungguh tapi tetap saja semua doanya tidak terkabul. Yesus dalam kisah dalam Injil Markus tidak berbicara mengenai doa, melainkan Dia berbicara mengenai tindakan. Tindakan hebat yang berdasarkan dari rasa percaya yang mendalam kepada Allah. Dia mengajarkan bahwa kita dalam berbuat sesuatu harus berdasarkan rasa percaya pada Allah, tapi kita dalam berbuat sesuatu sering bersandar pada perhitungan kita sendiri tanpa melibatkan Allah. Baru setelah perbuatan itu berujung pada kegagalan kita mulai bertanya pada Allah dan memohon bantuan Allah untuk menyelesaikan masalah kita.
Ada sebuah cerita pendek tentang pasukan Jepang yang akan berperang melawan musuh. Mereka kalah dalam hal jumlah, maka semua prajurit yakin mereka akan kalah. Lalu sang panglima mengajak mereka berdoa dalam kuil dan melemparkan koin. Bila yang muncul gambar burung maka mereka menang, sebaliknya bila yang muncul tulisan maka mereka kalah. Akhirnya yang muncul gambar burung. Dengan keyakinan itu mereka maju berperang dan menang. Setelah menang seorang bertanya bagaimana bila yang muncul tulisan? Panglima itu menjawab tidak mungkin, sebab uangnya dirangkap dua dan semua sisi bergambar burung. Bila pasukan itu percaya pada koin dan menang kita seharusnya akan lebih hebat lagi dan dapat memenangkan segala sesuatu sebab percaya pada Allah. Hanya apakah segala tindakan kita berdasarkan pada keyakinan pada Allah? “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk 18:8)
Bila membaca kisah itu dan melepaskan dari konteksnya, maka kita akan mendapat gambaran Yesus yang kurang baik. Dia tampak sebagai orang yang arogan. Orang yang menggunakan kekuasaan yang dimilikiNya untuk memaksakan kehendakNya dan bila kehendakNya tidak terwujud maka Dia marah. Kisah itu terkait dalam pembelajaran mengenai iman. Yesus menunjukkan bahwa bila kita mempunyai iman maka kita bisa melakukan semua hal bahkan melakukan hal-hal yang diluar akal sehat. “Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.” (Mrk 11:22-23)
Yesus memberi pelajaran betapa dengan iman orang dapat melakukan hal-hal besar bahkan sampai diluar batas kemampuan manusiawi, meski pembelajaran itu dari sudut negatif yaitu membuat pohon ara itu mati. Dalam hal ini iman tidak hanya dilihat sebagai keputusan seseorang untuk percaya pada Allah tapi dari rasa percaya itu tumbuh kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan segala sesuatu. Bahkan berbuat sesuatu yang besar dan diluar kemampuan akal sehat manusia. Beberapa kali Yesus memberikan contoh kekuatan iman. Dia mengajak Petrus berjalan diatas air ketika badai. Dia mampu membangkitkan orang mati dan sebagainya. Tapi seperti Petrus yang ragu maka kekuatan itu tidak terwujud, sehingga dia tenggelam.
Kekuatan iman ini sering diabaikan oleh banyak orang, meski dia mengaku sudah mengikuti Yesus berpuluh tahun. Tidak jarang kita mendengar orang mengeluh sebab doanya tidak dikabulkan Tuhan. Mereka yakin bahwa mereka sudah berdoa dengan sungguh tapi tetap saja semua doanya tidak terkabul. Yesus dalam kisah dalam Injil Markus tidak berbicara mengenai doa, melainkan Dia berbicara mengenai tindakan. Tindakan hebat yang berdasarkan dari rasa percaya yang mendalam kepada Allah. Dia mengajarkan bahwa kita dalam berbuat sesuatu harus berdasarkan rasa percaya pada Allah, tapi kita dalam berbuat sesuatu sering bersandar pada perhitungan kita sendiri tanpa melibatkan Allah. Baru setelah perbuatan itu berujung pada kegagalan kita mulai bertanya pada Allah dan memohon bantuan Allah untuk menyelesaikan masalah kita.
Ada sebuah cerita pendek tentang pasukan Jepang yang akan berperang melawan musuh. Mereka kalah dalam hal jumlah, maka semua prajurit yakin mereka akan kalah. Lalu sang panglima mengajak mereka berdoa dalam kuil dan melemparkan koin. Bila yang muncul gambar burung maka mereka menang, sebaliknya bila yang muncul tulisan maka mereka kalah. Akhirnya yang muncul gambar burung. Dengan keyakinan itu mereka maju berperang dan menang. Setelah menang seorang bertanya bagaimana bila yang muncul tulisan? Panglima itu menjawab tidak mungkin, sebab uangnya dirangkap dua dan semua sisi bergambar burung. Bila pasukan itu percaya pada koin dan menang kita seharusnya akan lebih hebat lagi dan dapat memenangkan segala sesuatu sebab percaya pada Allah. Hanya apakah segala tindakan kita berdasarkan pada keyakinan pada Allah? “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk 18:8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar