Jumat, 17 September 2010

AKU SEORANG KAYA

Pernah suatu sore aku duduk bersama teman-teman anak jalanan di dekat sebuah restoran siap saji. Sambil menikmati es teh dalam kantung plastik kami berbicara aneka hal. Akhirnya seorang anak menyatakan betapa enaknya jadi orang kaya, sebab mereka bisa makan makanan yang enak sampai kenyang. Bahkan mereka sampai kekeyangan sehingga membuang potongan daging ayam yang masih besar. Kami memang bisa melihat jelas orang-orang yang sedang makan di dalam restoran, sebab jarak kami hanya sekitar 2 m saja. Batas kami hanya sebuah dinding kaca. Restoran macam ini sering kali membuat dindingnya dari kaca sehingga orang di luar dapat melihat mereka yang sedang menikmati makanan di dalam.

Hampir semua orang di dunia ini ingin menjadi kaya. Jika kaya maka dia dapat membeli apa yang mereka butuhkan. Mereka dapat pergi ke tempat yang mereka inginkan. Mereka dapat memenuhi segala keinginannya. Jacob Needleman dalam bukunya yang berjudul “Uang dan Maknanya dalam Kehidupan” memberikan definisi tentang kaya dan miskin. Orang disebut kaya bila dia dapat memenuhi apa yang diinginkannya. Sebaliknya orang disebut miskin bila dia ingin sesuatu tapi tidak dapat memenuhinya. Definisi ini tampaknya sederhana tapi pengertiannya luas dan dapat kita renungkan bagi diri kita masing-masing.

Dalam hidup sering kali kita menginginkan banyak hal. Satu keinginan sudah terpenuhi muncul keinginan baru lagi. Seolah keinginan itu tidak pernah ada habisnya. Kadang keinginan itu tidak terpenuhi. Jika demikian maka kita disebut miskin meski mungkin kita memiliki banyak sekali harta. Michael Jackson almarhum adalah seorang artis yang sangat kaya. Tapi bila mengikuti definis Needleman maka dia termasuk orang miskin, sebab selalu ingin mengubah wajahnya, sehingga museum madame Tussauds di London kebingungan mau memajang wajah yang mana. Orang semacam Michael Jackson sangat banyak sekali. Orang yang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki atau yang ada pada dirinya sendiri. Hidupnya selalu mengejar aneka keinginan.

Akibat dalam diri penuh dengan keinginan, maka orang tidak mampu menikmati apa yang ada dihadapannya atau yang sedang dijalankannya. Orang makan tapi dia sudah ingin mengerjakan sesuatu, sehingga makan pun menjadi tidak nikmat lagi. Atau dia tidak lapar tapi ingin makan maka dia tidak mampu menghabiskan makanannya dan membuang sisa makanan, padahal dia harus mengeluarkan uang cukup banyak untuk mendapatkan makanan itu. Jika demikian di dunia ini sangat banyak orang miskin meski dia memiliki harta berlimpah.

Kita boleh saja mempunyai keinginan untuk memiliki atau memperoleh sesuatu. Tapi keinginan itu harus ada batasnya. Bila tidak maka kita akan terus mengejar keinginan demi keinginan dan tidak pernah akan cukup. Pernah aku dipinjami sebuah villa yang bagus dan megah. Ketika kutanya pada pegawai disana apakah pemilik villa sering kemari? Dia menjawab sudah sangat lama pemilik villa tidak pernah datang menginap disini. Setiap bulan hanya pegawainya saja yang disuruh untuk membayar gaji dan mengecek keadaan villa. Pengkotbah menulis “Orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.” (Pkh 6:2). Bagiku sebagian orang yang ada di dalam restoran seperti apa yang dikatakan oleh Pengkotbah. Mereka membeli makanan mahal tapi tidak dapat menikmatinya

Aku merasa bahwa aku dan teman-teman saat itu sangat kaya, sebab kami haus dan dapat membeli es teh manis dalam plastik. Kami dapat menikmati dan menyedot habis tanpa sisa. Memang kami tentu memiliki berbagai keinginan. Tapi semua keinginan kami abaikan, sebab kami sedang menikmati menjadi orang kaya. Menikmati seplastik es teh manis. Kami pun bersyukur bahwa kami masih bisa minum es teh manis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger