Senin, 27 September 2010

TERLIBAT

Seorang remaja pengamen berdiri dekat mobil. Suaranya keras dan cempreng. Bagiku dia lebih baik tidak bernyanyi daripada bernyanyi. Wajahnya yang kumuh mungkin sudah beberapa hari tidak mandi hampir menempel di kaca pintu mobil. Rambutnya acak-acakan dikeriting seperti Bob Marley. Kubuka kaca mobil sambil menyerahkan uang aku katakan lain kali kalau menyanyi yang agak bagus biar dapat uang. Dia hanya tersenyum sambil berlalu. Teman yang duduk di sebelahku menegurkum sebab aku membuka kaca lebar-lebar. Dia bercerita bahwa banyak sekali terjadi kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak pengamen di perempatan. Dia mengatakan boleh saja aku memberi uang pada mereka tapi tidak perlu membuka kaca lebar dan menegur cara dia bernyanyi. Kalau dia marah maka dapat memecah kaca atau membeset body mobil.

Mendengar semua penjelasannya yang panjang lebar aku hanya tersenyum. Selama ini belum pernah aku mengalami dipaksa oleh anak jalanan untuk memberi uang atau dirampas apa yang aku miliki di dalam mobil. Tapi beberapa kali aku dipaksa untuk mengaku bersalah dan harus membayar oleh oknum yang memakai seragam dan berdiri di tepi jalan sambil mengamati marka jalan. Penampilan anak jalanan yang “awut awutan” sering menyebabkan orang menilainya negatif. Mereka anak liar, penjahat keji dan sebagianya. Padahal belum tentu anak jalanan seperti apa yang dipikirkan oleh orang selama ini. Banyak orang yang lebih keji dibandingkan anak jalanan padahal mereka senantiasa berpenampilan seperti orang saleh.

Adanya penilain negatif disebabkan orang tidak memahami anak jalanan. Orang hanya mendengar cerita buruk tentang anak jalanan. Cerita buruk jauh lebih mudah tertanam dalam diri orang daripada cerita tentang kebaikan. Hal ini disebabkan manusia pada umumnya ingin merasakan hidup aman. Bebas dari aneka ketakutan. Tapi situasi dunia sering kali membuatnya tidak aman. Maka manusia berusaha membuat hukum dan tata aturan yang dapat membuatnya aman. Atau mereka menghindari sesuatu yang dapat membuat dirinya tidak aman. Maka ingatan akan situasi atau pribadi yang dapat membuatnya merasa tidak aman, melekat erat dalam pikirannya dan menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan sesuatu atau berteman dengan seseorang.

Pikiran ini dapat dibongkar bila orang mau masuk dalam kehidupan orang yang diyakini dapat membuatnya tidak aman. Masuk dalam kehidupan membuatnya memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam diri orang itu. Dengan masuk dalam kehidupan anak jalanan maka kita akan mampu melihat bahwa mereka juga ada sisi baiknya. Sebalikya bila kita tidak mau memahami maka yang muncul dalam benak kita hanya aneka kritik dan pengadilan belaka. Memahami berarti kita terlibat dalam kehidupan mereka. Masuk dalam masalah dan latar belakang kehidupan mereka, sehingga kita melihat kehidupan dan aneka masalah dari sudut pandang mereka.

Pemahaman akan terjadi bila kita mulai berusaha mencintainya secara tulus. Memang ada orang yang berusaha berteman dan masuk dalam kehidupan anak jalanan atau orang bermasalah lainnya, tapi tidak semua orang yang masuk didorong oleh rasa cinta yang tumbuh dalam hatinya. Beberapa kali ada orang yang ingin berteman dengan anak jalanan tapi mereka sedang mengadakan penelitian untuk kepentingan tugasnya, sehingga anak jalanan hanya menjadi obyek penelitian. Ada juga orang yang mendekati anak jalanan dengan dorongan keagamaan untuk mempertobatkan. Mereka bangga bila ada anak jalanan yang memeluk agamanya. Lebih parah lagi berteman dengan anak jalanan untuk mendapatkan dana bagi kepentingan pribadi atau lembaganya.

Mencintai anak jalanan berarti melepaskan segala kepentingan pribadi. Kita hanya ingin mencintai mereka. Menghargainya sebagai manusia yang setara dengan kita. Kasih yang kita berikan untuk membantu mereka belajar untuk mengasihi dan menghargai sesama. Kasih hanya dapat dirasakan oleh anak jalanan bila kita ada bersama mereka. Kita hadir ditengah mereka dan memahami mereka dan menerima apa adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger