Tulisanku yang berjudul “Apa yang kamu cari?” ditanggapi oleh seseorang dengan satu pertanyaan yang membuatku penasaran ingin menjawab. Dia bertanya apa untungnya bila aku sudah bertemu Yesus? Dasar pemikiran dia bahwa pelayanan bukan hak khusus orang Katolik. Semua orang di dunia apapun agamanya harus saling melayani. Bila mereka bukan beragama Katolik apakah harus sampai menemukan Yesus? Kalau pun dia seorang Katolik apa untungnya bila dia akhirnya sampai menemukan Yesus sebagai Mesias? Sayang diskusi kami berhenti sebab ada beberapa orang yang berusaha mengajakku berbicara tentang hal lain. Tapi meski tubuhku rasanya sudah capek pertanyaan ini terus berdengung di telingaku sehingga aku ingin menjawabnya.
Pada jaman ini dimana prinsip ekonomi begitu merasuki diri orang sehingga menjadi dasar pertimbangan pilihan hidupnya, maka dalam memilih suatu tindakan orang akan berpikir apakah tindakan ini menguntungkan atau tidak. Pencarian untung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan. Orang berteman dengan sesama bila menguntungkan bagi dirinya, sehingga orang lebih suka berteman dengan orang yang dianggap kaya dan terkenal atau mempunyai kedudukan daripada dengan kaum miskin yang tidak memberikan keuntungan apapun. Pencarian keuntungan juga terjadi dalam kehidupan beriman. Agama yang dianggap tidak menguntungkan akan ditinggalkan orang. Maka banyak agama yang menawarkan keuntungan mulai dari keuntungan finansial yang dapat dinikmati saat ini maupun keuntungan surgawi yang dinikmati nanti setelah mati.
Maka tidak heran bila ada orang bertanya padaku apakah untungnya setelah bertemu dengan Yesus secara pribadi? Rasul Paulus menulis “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20). Pertemuan dengan Yesus secara pribadi mengubah hidup seseorang. Meski dia masih hidup di dunia tapi bukan lagi dia yang hidup, tapi Kristus yang hidup di dalam dirinya, sehingga segala tingkah laku, sikap dan pikiranku mencerminkan Kristus. Dia berpikir, bersikap dan bertindak tidak lagi sebagai manusia yang melakukan tapi Kristus yang melakukan di dalam diriku. Dia menjadi manusia baru yang dikuasai oleh Kristus.
Tapi hal ini belum menjawab pertanyaan “apakah untungnya bagiku?”. Perubahan yang terjadi padaku akan dinikmati oleh orang lain. Dorothy Law Nolte (1924-2005) menulis puisi dengan judul “Children learn what they live”. Dalam puisi itu Dorothy menuliskan bahwa anak-anak belajar dari hidupnya. “If children live with criticism, they learn to condemn. If children live with hostility, they learn to fight…” Dorothy melihat bahwa baik atau buruknya sikap seorang anak ditentukan oleh lingkungannya. Bila seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang buruk maka dia akan menjadi anak yang berperilaku buruk demikian pula sebaliknya. Anak-anak jalanan berkelakuan buruk sebab dia tumbuh dalam keluarga yang berantakan.
Lingkungan adalah tempat belajar bagi manusia secara nyata. Dalam lingkungan yang baik orang akan belajar tentang kebaikan demikian pula sebaliknya. Orang yang menerima Kristus maka dia akan mematikan dirinya sehingga Kristus bisa hidup dalam dirinya. Menurut Rasul Paulus, orang yang menerima Kristus akan meninggalkan kehidupan daging atau duniawi dan hidup dalam dorongan dan kekuatan Roh. Perkataan, tindakan dan sikapnya merupakan perwujudan buah-buah Roh seperti yang ditulis dalam Galatia 5:22. Buah Roh akan dirasakan oleh orang sekitarnya, sehingga mereka pun akan belajar hidup seperti yang dilihat dan dialaminya. Mereka pun akan secara perlahan mengubah hidupnya menjadi hidup yang baik. Bila semua orang hidup secara baik, maka kita pun akan tenang dan bahagia. Dengan demikian kebaikan yang kita berikan pada setiap orang akan berbalik pada diri kita sendiri. Saat ini kita sering melihat atau mendengar adanya aneka kejahatan. Keluhan dan kutukan tidak akan menyelesaikan kejahatan. Perlu adanya perubahan yang dimulai dari diri kita sendiri. .
Pada jaman ini dimana prinsip ekonomi begitu merasuki diri orang sehingga menjadi dasar pertimbangan pilihan hidupnya, maka dalam memilih suatu tindakan orang akan berpikir apakah tindakan ini menguntungkan atau tidak. Pencarian untung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan. Orang berteman dengan sesama bila menguntungkan bagi dirinya, sehingga orang lebih suka berteman dengan orang yang dianggap kaya dan terkenal atau mempunyai kedudukan daripada dengan kaum miskin yang tidak memberikan keuntungan apapun. Pencarian keuntungan juga terjadi dalam kehidupan beriman. Agama yang dianggap tidak menguntungkan akan ditinggalkan orang. Maka banyak agama yang menawarkan keuntungan mulai dari keuntungan finansial yang dapat dinikmati saat ini maupun keuntungan surgawi yang dinikmati nanti setelah mati.
Maka tidak heran bila ada orang bertanya padaku apakah untungnya setelah bertemu dengan Yesus secara pribadi? Rasul Paulus menulis “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20). Pertemuan dengan Yesus secara pribadi mengubah hidup seseorang. Meski dia masih hidup di dunia tapi bukan lagi dia yang hidup, tapi Kristus yang hidup di dalam dirinya, sehingga segala tingkah laku, sikap dan pikiranku mencerminkan Kristus. Dia berpikir, bersikap dan bertindak tidak lagi sebagai manusia yang melakukan tapi Kristus yang melakukan di dalam diriku. Dia menjadi manusia baru yang dikuasai oleh Kristus.
Tapi hal ini belum menjawab pertanyaan “apakah untungnya bagiku?”. Perubahan yang terjadi padaku akan dinikmati oleh orang lain. Dorothy Law Nolte (1924-2005) menulis puisi dengan judul “Children learn what they live”. Dalam puisi itu Dorothy menuliskan bahwa anak-anak belajar dari hidupnya. “If children live with criticism, they learn to condemn. If children live with hostility, they learn to fight…” Dorothy melihat bahwa baik atau buruknya sikap seorang anak ditentukan oleh lingkungannya. Bila seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang buruk maka dia akan menjadi anak yang berperilaku buruk demikian pula sebaliknya. Anak-anak jalanan berkelakuan buruk sebab dia tumbuh dalam keluarga yang berantakan.
Lingkungan adalah tempat belajar bagi manusia secara nyata. Dalam lingkungan yang baik orang akan belajar tentang kebaikan demikian pula sebaliknya. Orang yang menerima Kristus maka dia akan mematikan dirinya sehingga Kristus bisa hidup dalam dirinya. Menurut Rasul Paulus, orang yang menerima Kristus akan meninggalkan kehidupan daging atau duniawi dan hidup dalam dorongan dan kekuatan Roh. Perkataan, tindakan dan sikapnya merupakan perwujudan buah-buah Roh seperti yang ditulis dalam Galatia 5:22. Buah Roh akan dirasakan oleh orang sekitarnya, sehingga mereka pun akan belajar hidup seperti yang dilihat dan dialaminya. Mereka pun akan secara perlahan mengubah hidupnya menjadi hidup yang baik. Bila semua orang hidup secara baik, maka kita pun akan tenang dan bahagia. Dengan demikian kebaikan yang kita berikan pada setiap orang akan berbalik pada diri kita sendiri. Saat ini kita sering melihat atau mendengar adanya aneka kejahatan. Keluhan dan kutukan tidak akan menyelesaikan kejahatan. Perlu adanya perubahan yang dimulai dari diri kita sendiri. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar