Banyak orang ingin melakukan sesuatu yang hebat dalam hidupnya, meski ada pula orang yang ingin hidupnya berjalan biasa saja. Rasa ingin menjadi hebat merupakan dorongan yang luar biasa dalam diri seseorang. Kehebatan dapat diukur bila orang memiliki sesuatu yang sangat sulit dicari atau melakukan yang sangat sulit dilakukan oleh orang lain. Orang rela mengeluarkan uang ratusan juta rupiah demi mendapat sebuah perangko yang langka. Atau untuk mengoleksi sebuah benda seni dan lainnya. Ada orang yang mempertaruhkan nyawanya untuk mendaki gunung yang sulit didaki. Banyak orang meninggal ketika sedang mendaki gunung Himalaya tapi setiap tahun masih banyak orang berusaha menaklukkan gunung tertinggi di dunia. Bahkan ada orang yang nekad mencari rute baru yang tidak pernah ditempuh oleh pendaki lain.
Rasa ingin hebat juga terjadi dalam kehidupan beriman. Banyak orang ingin dapat melakukan sesuatu yang hebat terkait dengan imannya. Bahkan tidak jarang tampak dipaksakan. Seorang romo yang semula biasa saja tiba-tiba berubah menjadi orang yang memiliki kuasa menyembuhkan. Dia mengadakan misa-misa penyembuhan. Bila orang yang didoakannya menjadi sembuh maka dia merasa karena kekuatan doanya. Tapi bila itu meninggal dunia, maka dia mengatakan itu sudah kehendak Allah.
Yesus adalah satu-satunya orang di dunia yang mampu membuat mujijat besar. Banyak orang yang menyatakan diri sebagai utusan Allah tapi tidak ada satupun orang yang mampu melakukan mujijat lebih banyak dari Yesus. Musa mampu membelah laut Merah tapi Yesus mampu mengajak Petrus berjalan di atas air ketika badai. Elia mampu menjadikan tepung dan minyak tidak habis meski dibuat roti berulang kali untuk makan 3 orang, sedangkan Yesus mampu memberi makan 5000 orang dari 5 roti. Itu pun masih tersisa 12 bakul. Elisa mampu menyembuhkan perwira Naaman dari kusta, sedangkan Yesus mampu membangkitkan orang mati.
Yesus bukan hanya berkuasa membuat mujijat yang membuat orang kagum dan heran tapi Dia juga mampu menanggung segala penderitaan dan mencintai secara total. Para murid pun ingin memiliki kekuatan seperti itu. Mereka tahu bahwa kekuatan itu terkait dengan iman, maka mereka meminta tambahan iman. “Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" (Luk 17:5). Permohonan para murid itu tidak ditanggapi oleh Yesus. Dia hanya menjelaskan bahwa bila orang mempunyai iman sekecil apapun maka dia dapat melakukan hal yang besar.
Iman adalah penyerahan diri pada Allah secara total. Percaya pada kuasa Allah sepenuhnya. Beberapa kali Yesus memuji kebesaran iman seseorang. Perwira yang meminta agar hambanya disembuhkan dan perempuan Kanaan yang meminta agar anak perempuannya disembuhkan dipuji sebagai orang yang mempunyai iman besar. Besarnya iman ditunjukkan dari keputusan yang berani untuk menyerahkan seluruh penderitaannya kepada Yesus. Perempuan Kanaan itu ditolak baik oleh para murid maupun Yesus sendiri, tapi dia dengan berani terus memohon pada Yesus.
Besarnya iman bukan untuk menunjukkan mujijat besar. Orang disembuhkan karena imannya, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.” (Mat 9:22) tapi kuasa penyembuhan itu ada pada Yesus. Kita tidak perlu ingin melakukan hal hebat karena kekuatan iman. Yesus mengingatkan bahwa kita hanyalah hamba yang melayani Allah, “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Luk 17:10). Kalau toh orang yang kita doakan itu sembuh, semua itu bukan karena kita tapi kuasa Yesus. Kita hanya hamba yang wajib berdoa dan menyerahkan semua kepada Yesus. Kita hanya seperti perempuan Kanaan atau perwira yang memohon kesembuhan pada Yesus. Maka tidak ada yang hebat dalam diri kita, melainkan Yesuslah yang hebat.
Rasa ingin hebat juga terjadi dalam kehidupan beriman. Banyak orang ingin dapat melakukan sesuatu yang hebat terkait dengan imannya. Bahkan tidak jarang tampak dipaksakan. Seorang romo yang semula biasa saja tiba-tiba berubah menjadi orang yang memiliki kuasa menyembuhkan. Dia mengadakan misa-misa penyembuhan. Bila orang yang didoakannya menjadi sembuh maka dia merasa karena kekuatan doanya. Tapi bila itu meninggal dunia, maka dia mengatakan itu sudah kehendak Allah.
Yesus adalah satu-satunya orang di dunia yang mampu membuat mujijat besar. Banyak orang yang menyatakan diri sebagai utusan Allah tapi tidak ada satupun orang yang mampu melakukan mujijat lebih banyak dari Yesus. Musa mampu membelah laut Merah tapi Yesus mampu mengajak Petrus berjalan di atas air ketika badai. Elia mampu menjadikan tepung dan minyak tidak habis meski dibuat roti berulang kali untuk makan 3 orang, sedangkan Yesus mampu memberi makan 5000 orang dari 5 roti. Itu pun masih tersisa 12 bakul. Elisa mampu menyembuhkan perwira Naaman dari kusta, sedangkan Yesus mampu membangkitkan orang mati.
Yesus bukan hanya berkuasa membuat mujijat yang membuat orang kagum dan heran tapi Dia juga mampu menanggung segala penderitaan dan mencintai secara total. Para murid pun ingin memiliki kekuatan seperti itu. Mereka tahu bahwa kekuatan itu terkait dengan iman, maka mereka meminta tambahan iman. “Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" (Luk 17:5). Permohonan para murid itu tidak ditanggapi oleh Yesus. Dia hanya menjelaskan bahwa bila orang mempunyai iman sekecil apapun maka dia dapat melakukan hal yang besar.
Iman adalah penyerahan diri pada Allah secara total. Percaya pada kuasa Allah sepenuhnya. Beberapa kali Yesus memuji kebesaran iman seseorang. Perwira yang meminta agar hambanya disembuhkan dan perempuan Kanaan yang meminta agar anak perempuannya disembuhkan dipuji sebagai orang yang mempunyai iman besar. Besarnya iman ditunjukkan dari keputusan yang berani untuk menyerahkan seluruh penderitaannya kepada Yesus. Perempuan Kanaan itu ditolak baik oleh para murid maupun Yesus sendiri, tapi dia dengan berani terus memohon pada Yesus.
Besarnya iman bukan untuk menunjukkan mujijat besar. Orang disembuhkan karena imannya, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.” (Mat 9:22) tapi kuasa penyembuhan itu ada pada Yesus. Kita tidak perlu ingin melakukan hal hebat karena kekuatan iman. Yesus mengingatkan bahwa kita hanyalah hamba yang melayani Allah, “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Luk 17:10). Kalau toh orang yang kita doakan itu sembuh, semua itu bukan karena kita tapi kuasa Yesus. Kita hanya hamba yang wajib berdoa dan menyerahkan semua kepada Yesus. Kita hanya seperti perempuan Kanaan atau perwira yang memohon kesembuhan pada Yesus. Maka tidak ada yang hebat dalam diri kita, melainkan Yesuslah yang hebat.
saya sungguh bersyukur membaca hasil coretan saudara.. saya merasa sungguh bersyukur... God Bless you..
BalasHapusterima kasih atas pujiannya, semoga kita bisa menjadi orang beriman yang baik seperti yang dikehendaki oleh Yesus sendiri
BalasHapus