Jumat, 26 November 2010

INDONESIAKU: PETANI DIKALAHKAN


Beberapa waktu lalu aku bertemu dengan seorang petani di sebuah desa di pesisir pulau Jawa. Dia mengeluh akan cuaca yang tidak bersahabat pada tahun ini, sehingga mengakibatkan gagal panen. Memang tahun ini dapat dikatakan tidak ada musim kemarau. Hujan turun sepanjang tahun. Petani yang terbiasa menanam tembakau pada musim kemarau sekitar bulan Juni akhirnya gagal panen tembakau, sebab tembakau bila terkena air hujan akan rusak. Dia mau menanam padi tapi air hujan tidak cukup banyak untuk pengairan, sebab sawahnya masih menggunakan sistem tadah hujan. Dia mengandaikan bila pengairan sawahnya berjalan baik maka dia dapat menanam padi tanpa peduli apakah hujan akan turun sepanjang tahun atau tidak.


Petani itu mengeluh mengapa pemerintah kebupaten lebih mementingkan membangun stadion sepak bola daripada membangun dan memperbaiki pengairan untuk sawah, padahal di kabupaten ini masih banyak petani yang hidupnya bergantung pada sawah tadah hujan. Menurut dia anggaran untuk memperbaiki stadion membutuhkan dana 8 milyard. Seandainya dana itu untuk membuat saluran irigasi tentu jauh lebih berguna bagi banyak orang. Bila petani sudah dapat hidup makmur maka dia akan menonton sepak bola dengan membeli karcis. Kalau sekarang mereka tidak dapat menonton pertandingan sepak bola sebab tidak punya uang untuk membeli tiket masuk. Kalau toh anak mereka ingin menonton maka akan menggunakan segala cara untuk dapat masuk stadion. Beberapa hari lalu pun terjadi kerusuhan suporter sepak bola melawan polisi sebab mereka tidak punya uang untuk menonton pertandingan. Akibatnya mereka merusak mobil polisi dan melempari polisi dengan batu.

Menurut Gus Ipul, wakil gubernur Jawa Timur, beberapa kabupaten menganggarkan 15 milyard pada tahun 2009 untuk klub sepak bola kabupaten. Padahal sudah ada surat Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Juga Surat Mendagri Nomor 903/187/SJ tentang larangan penggunaan dana APBD untuk klub sepak bola. (Tempo Interaktif 21 November 2010). Memang kita harus memajukan olah raga. Sepak bola adalah olah raga paling banyak peminatnya di Indonesia meski kesebelasan Indonesia masih belum mampu berprestasi dibandingkan negara Asia tenggara lainnya. Tapi harusnya ada skala prioritas mana yang lebih penting antara pendanaan sebuah klub dan pembangun stadion daripada perbaikan saluran irigasi untuk petani yang dapat meningkatkan kehidupan petani.

Negara Indonesia adalah negara pertanian tapi sayangnya pertanian kurang mendapat prioritas utama oleh pemerintah. Saluran irigasi banyak yang sudah harus diperbaiki dan dibuatkan baru. Harga pupuk sering kali sangat mahal sehingga ongkos produksi lebih tinggi dibandingkan hasil produksi. Kehidupan petani yang berat membuat banyak kaum muda lebih memilih menjadi buruh atau pekerja informal di kota besar daripada menjadi petani. Apalagi status petani dianggap sebagai status yang rendah. Ketika kaum muda meninggalkan desa maka yang tersisa di desa adalah kaum tua dan kaum muda yang terpaksa hidup di desa, sehingga tidak mampu mengelola tanah dengan maksimal untuk menghasilkan panen yang lebih baik. Sangat ironis ketika Indonesia yang membanggakan diri sebagai negara agraris harus import beras dari Vietnam. Bagaimana mungkin Vietnam yang sampai tahun 1972 masih tercabik-cabik perang suadara yang sangat mengerikan kini dapat ekspor beras ke Indonesia.

Nasib petani memang masih buruk. Padahal bila petani dapat hidup makmur maka dapat menarik semua sektor usaha untuk bisa berkembang. Penghasilan petani didapat dari bumi yang tidak membutuhkan modal awal seperti pabrik. Dia hanya membutuhkan modal kerja dan produksi. Hal ini berbeda dengan pabrik yang membutuhkan modal awal. Bila petani makmur maka dia dapat membeli barang yang dihasilkan pabrik atau menonton sepak bola. Tapi sayang petani yang bisa membuat negara ini makmur telah ditinggalkan, sehingga petani tetap miskin dan Indonesia juga tetap miskin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger