Suatu hari Yohanes Pembaptis sedang bersama dua muridnya. Dia melihat Yesus lewat lalu mengatakan kepada mereka, "Lihatlah Anak domba Allah!” (Yoh 1:36). Yohanes memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah. Yesus yang lewat dan sebutan anak domba Allah mengingatkan akan saat akan pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Musa mendapat perintah dari Allah agar semua orang Israel menyembelih anak domba yang tidak bercacat dan mengoleskan darahnya di palang pintu, sehingga ketika Allah yang akan membunuh semua anak sulung baik manusia maupun hewan akan melewati rumah yang diberi tanda darah anak domba. “Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita.” (Kel 12:27) Yohanes seperti Musa yang menunjukkan keselamatan kepada para murid saat Yesus lewat.
Yohanes Pembaptis sebelumnya sudah memproklamasikan Yesus sebagai Anak Domba Allah kepada khalayak ramai ketika dia membaptisNya. Pada saat itu dia lebih menerangkan jati diri Yesus yang akan membaptis orang dengan Roh Kudus. Sampai akhirnya dia menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. “Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” (Yoh 1:34). Ketika bersama para muridnya Yohanes Pembaptis melihat Yesus yang lewat. Sekali lagi dia menyatakan kepada para muridnya bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah. Penunjukkan ini bukan sekedar menunjuk untuk memberitahu siapa nama atau julukan orang yang sedang lewat seperti bila kita menunjukkan kepada teman kita seseorang yang sedang lewat di dekat kita. Penunjukkan ini mempertegas tetang peran Yesus sebagai Anak Domba Paskah sehingga kedua murid Yohanes Pembaptis mengikuti Yesus.
Kehadiran Yesus sebagai Anak Domba Allah adalah kehadiran yang menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. Keselamatan terjadi bila orang mau mengikuti dan menerima ajaran Yesus. Keselamatan ini terbuka bagi siapa saja yang menanggapi tawaran dari Allah. Memang tawaran itu pertama-tama ditujukan kepada umat Israel setelah itu kepada semua orang yang mau menerimanya, sebab umat Israel menolak tawaran keselamatan yang daripadanya. Yesus menggambarkan Kerajaan Allah seperti seorang yang mengadakan perjamuan tapi orang yang diundang tidak mau datang bahkan membunuh orang yang diutus untuk mengundang. Akhirnya tuan rumah mengundang semua orang (Mat 22:1-14). Inilah gambaran orang Israel yang menolak undangan keselamatan yang diwartakan para nabi, maka tawaran keselamatan itu dialihkan kepada semua orang.
Pembebasan manusia dari segala bentuk penindasan dosa ini bukan secara otomatis seperti pada saat umat Israel mengoleskan darah anak domba maka mereka secara otomatis terluput dari bencana. Keselamatan adalah sebuah tawaran kepada manusia yang dapat dipilih secara bebas. Kita dapat memilih untuk menerima atau menolakNya. Allah tidak lagi sewenang-wenang seperti pada jaman Musa yang tidak memberikan tawaran kepada orang Mesir. Tawaran ini setiap saat diajukan kepada semua manusia. Bukan sekali untuk selamanya. Ada orang yakin bahwa dengan baptis maka pasti dia sudah menanggapi tawaran Allah. maka baptis seperti sebuah prestasi yang perlu diraih setelah itu selesai. Setelah baptis dia tidak berusaha menjalankan kehidupannya sesuai dengan hidup baru. Bahkan dia mulai jarang berdoa, membaca firman atau belajar tentang imannya. Dia sudah merasa cukup. “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Mat 7:13-14). Keselamatan harus diperjuangkan setiap saat, sebab setiap saat kita dihadapkan pada aneka tawaran yang dapat menjauhkan kita dari keselamatan. Mulai dari hal yang kecil sampai hal yang besar misalnya apakah mau membaca firman atau membaca tabloid gosip. Godaan untuk menjauh dari keselamatan itu cukup besar dan selalu muncul. Inilah jalan sempit yang harus diperjuangkan setiap hari.
Yohanes Pembaptis sebelumnya sudah memproklamasikan Yesus sebagai Anak Domba Allah kepada khalayak ramai ketika dia membaptisNya. Pada saat itu dia lebih menerangkan jati diri Yesus yang akan membaptis orang dengan Roh Kudus. Sampai akhirnya dia menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. “Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” (Yoh 1:34). Ketika bersama para muridnya Yohanes Pembaptis melihat Yesus yang lewat. Sekali lagi dia menyatakan kepada para muridnya bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah. Penunjukkan ini bukan sekedar menunjuk untuk memberitahu siapa nama atau julukan orang yang sedang lewat seperti bila kita menunjukkan kepada teman kita seseorang yang sedang lewat di dekat kita. Penunjukkan ini mempertegas tetang peran Yesus sebagai Anak Domba Paskah sehingga kedua murid Yohanes Pembaptis mengikuti Yesus.
Kehadiran Yesus sebagai Anak Domba Allah adalah kehadiran yang menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. Keselamatan terjadi bila orang mau mengikuti dan menerima ajaran Yesus. Keselamatan ini terbuka bagi siapa saja yang menanggapi tawaran dari Allah. Memang tawaran itu pertama-tama ditujukan kepada umat Israel setelah itu kepada semua orang yang mau menerimanya, sebab umat Israel menolak tawaran keselamatan yang daripadanya. Yesus menggambarkan Kerajaan Allah seperti seorang yang mengadakan perjamuan tapi orang yang diundang tidak mau datang bahkan membunuh orang yang diutus untuk mengundang. Akhirnya tuan rumah mengundang semua orang (Mat 22:1-14). Inilah gambaran orang Israel yang menolak undangan keselamatan yang diwartakan para nabi, maka tawaran keselamatan itu dialihkan kepada semua orang.
Pembebasan manusia dari segala bentuk penindasan dosa ini bukan secara otomatis seperti pada saat umat Israel mengoleskan darah anak domba maka mereka secara otomatis terluput dari bencana. Keselamatan adalah sebuah tawaran kepada manusia yang dapat dipilih secara bebas. Kita dapat memilih untuk menerima atau menolakNya. Allah tidak lagi sewenang-wenang seperti pada jaman Musa yang tidak memberikan tawaran kepada orang Mesir. Tawaran ini setiap saat diajukan kepada semua manusia. Bukan sekali untuk selamanya. Ada orang yakin bahwa dengan baptis maka pasti dia sudah menanggapi tawaran Allah. maka baptis seperti sebuah prestasi yang perlu diraih setelah itu selesai. Setelah baptis dia tidak berusaha menjalankan kehidupannya sesuai dengan hidup baru. Bahkan dia mulai jarang berdoa, membaca firman atau belajar tentang imannya. Dia sudah merasa cukup. “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Mat 7:13-14). Keselamatan harus diperjuangkan setiap saat, sebab setiap saat kita dihadapkan pada aneka tawaran yang dapat menjauhkan kita dari keselamatan. Mulai dari hal yang kecil sampai hal yang besar misalnya apakah mau membaca firman atau membaca tabloid gosip. Godaan untuk menjauh dari keselamatan itu cukup besar dan selalu muncul. Inilah jalan sempit yang harus diperjuangkan setiap hari.
Intinya ;"Keselamatan harus diperjuangkan setiap saat, sebab setiap saat kita dihadapkan pada aneka tawaran yang dapat menjauhkan kita dari keselamatan."
BalasHapusLivitha