Seusai misa seorang bapak menyalamiku. Bapak itu tersenyum malu ketika kutanya dia dari paroki mana, sebab aku hampir mengenal semua wajah umat yang ada di paroki ini. Dia mengatakan bahwa dia dari paroki ini tapi sudah bertahun-tahun tidak pernah ke gereja. Dia beralasan bahwa dia adalah orang yang penuh dosa sehingga tidak pantas mengikuti perayaan ekaristi. Aku mengatakan bahwa ekaristi terbuka untuk siapa saja. Di dunia ini tidak ada orang yang tidak berdosa kecuali bunda Maria dan Yesus. Maka setiap orang berhak untuk hadir dalam misa. Bahkan semakin kita sadar akan dosa-dosa kita maka kita harus bertobat yaitu kembali kepada Bapa dan menerima undangan Bapa untuk bersatu dengan Dia dalam perayaan ekaristi.
Apa yang dialami oleh bapa itu banyak dialami oleh orang lain. Mereka tidak mengikuti misa sebab merasa dirinya tidak pantas atau ditegur orang akan ketidakpantasanya. Yesus mengundang orang berdosa untuk datang dalam perjamuannya. Dia bagai bapa yang baik dalam Luk 15:11-32 yang selalu menantikan anaknya kembali. Allah kita bukanlah Allah orang kudus atau Allah orang sempurna, tapi Allah orang berdosa yang membutuhkan keselamatan. Yesus datang ke dunia disebabkan ada orang disingkirkan atau dihilangkan martabatnya karena dianggap berdosa. Orang kusta, PSK, pemungut cukai, orang berdosa dan lainnya, mereka dianggap tidak pantas datang ke Bait Allah oleh sekelompok orang yang merasa dirinya saleh. Mereka sudah ditentukan masuk neraka oleh orang yang merasa dirinya saleh.
Suatu hari Yesus memberi perumpamaan tentang perbedaan doa antara orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi menunjukkan kehebatan yang telah dibuatnya, sedangkan pemungut cukai menunjukkan ketidakpantasannya. Yesus mengkritik isi doa itu. “Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Luk 18:14). Dalam buku The Parables of Jesus karangan Joachim Jeremias, dia mengutip doa orang Farisi yang isi dan formatnya mirip dengan doa orang Farisi dalam perumpamaan Yesus. Isi doa mereka merupakan perbandingan antara hidupnya dengan hidup orang lain. Orang Farisi mengunggulkan hidupnya lebih baik dibandingkan orang lain.
Doa adalah salah satu ungkapan hati. Keyakinan akan kesalehan diri dan keunggulan diri dihadapan Allah seperti orang Farisi banyak terjadi didalam Gereja. Ada kelompok-kelompok yang merasa sebagai orang yang paling paham dan dekat dengan Allah. Mereka menutup kelompoknya dari orang berdosa atau orang yang dianggap rendah oleh dunia misalnya kaum miskin, penjahat, PSK dan sebagainya. Sebaliknya mereka terbuka bagi orang terpelajar, orang kaya, pejabat dan sebagainya. Mereka yakin bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang telah dimurnikan oleh Allah dan terberkati. Kesadaran akan kelompok berkembang dalam kesadaran akan Allah. Allah mereka adalah Allah yang cerdas, “bersih” tidak tersentuh oleh kaum yang dianggap kotor. Doa dan pujian mereka kepada Allah dibuat seindah mungkin, maka tata liturgi yang benar sangat penting dan diatas segalanya, sebab mereka berhadapan dengan Allah. Ritus-ritus harus dilakukan secara tepat dan rinci.
Yesus datang untuk membongkar penjara yang dibangun oleh kaum Farisi. Yesus membongkar aturan keagamaan yang membuat kaum berdosa dan rakyat jelata tidak dapat masuk dalam Bait Allah. Membongkar hukum dan adat yang memberatkan. Bagi Yesus Kerajaan Allah yang dibangunNya terbuka untuk siapa saja terutama kaum yang disingkirkan dan dianggap berdosa. Maka Dia berhadapan dengan para pemimpin agama dan tokoh-tokoh yang merasa berkuasa dalam menentukan orang masuk surga atau neraka. Maka Yesus diikuti oleh kaum berdosa dan tersingkir. Oleh perempuan dan anak yang dianggap masyarakat kelas dua. Dia dianggap membawa harapan dan angin segar dalam hubungan manusia dengan Allah. Yesus berusaha menghancurkan keeksklusifan Allah dalam genggaman kaum yang merasa dirinya saleh.
Apa yang dialami oleh bapa itu banyak dialami oleh orang lain. Mereka tidak mengikuti misa sebab merasa dirinya tidak pantas atau ditegur orang akan ketidakpantasanya. Yesus mengundang orang berdosa untuk datang dalam perjamuannya. Dia bagai bapa yang baik dalam Luk 15:11-32 yang selalu menantikan anaknya kembali. Allah kita bukanlah Allah orang kudus atau Allah orang sempurna, tapi Allah orang berdosa yang membutuhkan keselamatan. Yesus datang ke dunia disebabkan ada orang disingkirkan atau dihilangkan martabatnya karena dianggap berdosa. Orang kusta, PSK, pemungut cukai, orang berdosa dan lainnya, mereka dianggap tidak pantas datang ke Bait Allah oleh sekelompok orang yang merasa dirinya saleh. Mereka sudah ditentukan masuk neraka oleh orang yang merasa dirinya saleh.
Suatu hari Yesus memberi perumpamaan tentang perbedaan doa antara orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi menunjukkan kehebatan yang telah dibuatnya, sedangkan pemungut cukai menunjukkan ketidakpantasannya. Yesus mengkritik isi doa itu. “Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Luk 18:14). Dalam buku The Parables of Jesus karangan Joachim Jeremias, dia mengutip doa orang Farisi yang isi dan formatnya mirip dengan doa orang Farisi dalam perumpamaan Yesus. Isi doa mereka merupakan perbandingan antara hidupnya dengan hidup orang lain. Orang Farisi mengunggulkan hidupnya lebih baik dibandingkan orang lain.
Doa adalah salah satu ungkapan hati. Keyakinan akan kesalehan diri dan keunggulan diri dihadapan Allah seperti orang Farisi banyak terjadi didalam Gereja. Ada kelompok-kelompok yang merasa sebagai orang yang paling paham dan dekat dengan Allah. Mereka menutup kelompoknya dari orang berdosa atau orang yang dianggap rendah oleh dunia misalnya kaum miskin, penjahat, PSK dan sebagainya. Sebaliknya mereka terbuka bagi orang terpelajar, orang kaya, pejabat dan sebagainya. Mereka yakin bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang telah dimurnikan oleh Allah dan terberkati. Kesadaran akan kelompok berkembang dalam kesadaran akan Allah. Allah mereka adalah Allah yang cerdas, “bersih” tidak tersentuh oleh kaum yang dianggap kotor. Doa dan pujian mereka kepada Allah dibuat seindah mungkin, maka tata liturgi yang benar sangat penting dan diatas segalanya, sebab mereka berhadapan dengan Allah. Ritus-ritus harus dilakukan secara tepat dan rinci.
Yesus datang untuk membongkar penjara yang dibangun oleh kaum Farisi. Yesus membongkar aturan keagamaan yang membuat kaum berdosa dan rakyat jelata tidak dapat masuk dalam Bait Allah. Membongkar hukum dan adat yang memberatkan. Bagi Yesus Kerajaan Allah yang dibangunNya terbuka untuk siapa saja terutama kaum yang disingkirkan dan dianggap berdosa. Maka Dia berhadapan dengan para pemimpin agama dan tokoh-tokoh yang merasa berkuasa dalam menentukan orang masuk surga atau neraka. Maka Yesus diikuti oleh kaum berdosa dan tersingkir. Oleh perempuan dan anak yang dianggap masyarakat kelas dua. Dia dianggap membawa harapan dan angin segar dalam hubungan manusia dengan Allah. Yesus berusaha menghancurkan keeksklusifan Allah dalam genggaman kaum yang merasa dirinya saleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar