Pernah aku diundang pesta ulang tahun seorang yang cukup kaya. Pesta diadakan di sebuah rumah makan mewah. Dia juga mengundang anak-anak jalanan yang aku bina di rumah singgah. Kami berangkat dengan penuh semangat. Membayangkan makan enak dan gratis. Sesampai di depan restoran kami dihadang oleh tiga orang satpam. Mereka secara tegas melarang dan setengah mengusir kami. Memang saat itu tidak ada satupun dari kami yang berpakaian pesta, sebab memang kami tidak memilikinya. Aku sudah berusaha menjelaskan pada para satpam bahwa kami diundang oleh orang yang berulang tahun. Tapi mereka tidak peduli. Kami tetap diusir. Bersyukur aku membawa ponsel sehingga dapat menghubungi orang yang berulang tahun situasi yang sedang kami hadapi. Akhirnya orang itu menemui kami dan mengajak masuk.
Bagiku sikap satpam itu memang tidak dapat disalahkan. Pasti dalam pikiran mereka tamu yang datang akan berpakaian pesta dan orang terhormat. Ketika mereka melihat keadaan kami maka mereka langsung menolaknya. Kehadiran kami dianggap merusak keindahan ruang dan suasana pesta. Pakaian kami yang kumal dan kotor. Kaki kami hanya beralas sandal jepit. Penampilan kami yang kumuh dan tampak tidak pernah mandi. Bau kami yang khas bau anak jalanan. Semua itu tidak menunjukkan bahwa kami adalah termasuk undangan dan layak untuk menghadiri sebuah pesta yang megah dan meriah. Kehadiran kami dapat mengganggu para tamu lain.
Dalam sebuah pesta memang semua orang berharap bahwa tamu yang datang adalah orang yang siap untuk berpesta. Pantas ada di tempat pesta. Tamu-tamu yang “aneh” seperti kami akan menimbulkan pertanyaan dan tatapan kecurigaan. Dalam Luk 7:36-50 dikisahkan suatu hari Yesus diundang makan oleh seorang Farisi bernama Simon. Mungkin dia seorang yang terhormat dan kaya, sehingga dia tidak memperlakukan Yesus seperti selayaknya orang menyambut tamu terhormat. Mungkin dia merasa statusnya lebih tinggi dari Yesus. Ketika sedang makan masuklah seorang perempuan berdosa yang menyentuh Yesus. Kemungkinan dia adalah seorang PSK. Semua orang memandang Yesus. Perempuan ini hadir di suatu tempat yang seharusnya tidak dihadiri. Tentu hal ini tidak menyenangkan bagi semua yang hadir di perjamuan makan itu. Yesus menggunakan kesempatan pertemuan dengan perempuan itu untuk memberi ajaran pada Simon bahwa keselamatan terbuka bagi siapa saja.
Dalam masyarakat terjadi pembedaan manusia yang didasarkan pada kepemilikan, jabatan, pekerjaan dan sebagainya. Semakin orang memiliki banyak, maka dia akan semakin terhormat. Seorang camat yang hidup sederhana dianggap lebih terhormat dibandingkan seorang petani yang kaya raya. Seorang bangsawan dengan deretan gelar akademik dianggap lebih terhormat dibandingkan seorang camat dan sebagainya. Orang akan dianggap sangat terhormat bila dia kaya, mempunyai jabatan tinggi dan sederet gelar akademik. PSK yang datang di rumah Simon dan kami yang datang di pesta dianggap tidak memiliki semuanya itu. Maka kami menduduki posisi terakhir dalam herarki di masyarakat. Meski herarki itu tidak tertulis.
Setiap manusia berhak mendapat penghormatan yang sama sebagai citra Allah. Aneka gelar, jabatan, pekerjaan, kepemilikan dan lainnya adalah tempelan dalam diri manusia yang dilekatkan oleh manusia. Semua itu dapat dilepas dan terlepas. Yesus mengasihi orang paling lemah dan yang paling tidak berdaya. Rasul Paulus menulis bahwa kita adalah tubuh dan yang paling lemah paling dilindungi. “Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus.” (1Kor 12:23). Tapi ajaran ini sulit diterapkan dalam masyarakat bahkan Gereja sekalipun sebab dalam tubuh Gereja pun dipakai ukuran yang ada dalam masyarakat, meski Gereja mengaku sebagai Kerajaan Allah. Kehadiran orang berdosa, orang rendahan, dianggap dapat menganggu, sehingga mereka sering disingkirkan atau tidak dipedulikan. Mereka tidak mendapat peran dan suara mereka tidak didengar.
Bagiku sikap satpam itu memang tidak dapat disalahkan. Pasti dalam pikiran mereka tamu yang datang akan berpakaian pesta dan orang terhormat. Ketika mereka melihat keadaan kami maka mereka langsung menolaknya. Kehadiran kami dianggap merusak keindahan ruang dan suasana pesta. Pakaian kami yang kumal dan kotor. Kaki kami hanya beralas sandal jepit. Penampilan kami yang kumuh dan tampak tidak pernah mandi. Bau kami yang khas bau anak jalanan. Semua itu tidak menunjukkan bahwa kami adalah termasuk undangan dan layak untuk menghadiri sebuah pesta yang megah dan meriah. Kehadiran kami dapat mengganggu para tamu lain.
Dalam sebuah pesta memang semua orang berharap bahwa tamu yang datang adalah orang yang siap untuk berpesta. Pantas ada di tempat pesta. Tamu-tamu yang “aneh” seperti kami akan menimbulkan pertanyaan dan tatapan kecurigaan. Dalam Luk 7:36-50 dikisahkan suatu hari Yesus diundang makan oleh seorang Farisi bernama Simon. Mungkin dia seorang yang terhormat dan kaya, sehingga dia tidak memperlakukan Yesus seperti selayaknya orang menyambut tamu terhormat. Mungkin dia merasa statusnya lebih tinggi dari Yesus. Ketika sedang makan masuklah seorang perempuan berdosa yang menyentuh Yesus. Kemungkinan dia adalah seorang PSK. Semua orang memandang Yesus. Perempuan ini hadir di suatu tempat yang seharusnya tidak dihadiri. Tentu hal ini tidak menyenangkan bagi semua yang hadir di perjamuan makan itu. Yesus menggunakan kesempatan pertemuan dengan perempuan itu untuk memberi ajaran pada Simon bahwa keselamatan terbuka bagi siapa saja.
Dalam masyarakat terjadi pembedaan manusia yang didasarkan pada kepemilikan, jabatan, pekerjaan dan sebagainya. Semakin orang memiliki banyak, maka dia akan semakin terhormat. Seorang camat yang hidup sederhana dianggap lebih terhormat dibandingkan seorang petani yang kaya raya. Seorang bangsawan dengan deretan gelar akademik dianggap lebih terhormat dibandingkan seorang camat dan sebagainya. Orang akan dianggap sangat terhormat bila dia kaya, mempunyai jabatan tinggi dan sederet gelar akademik. PSK yang datang di rumah Simon dan kami yang datang di pesta dianggap tidak memiliki semuanya itu. Maka kami menduduki posisi terakhir dalam herarki di masyarakat. Meski herarki itu tidak tertulis.
Setiap manusia berhak mendapat penghormatan yang sama sebagai citra Allah. Aneka gelar, jabatan, pekerjaan, kepemilikan dan lainnya adalah tempelan dalam diri manusia yang dilekatkan oleh manusia. Semua itu dapat dilepas dan terlepas. Yesus mengasihi orang paling lemah dan yang paling tidak berdaya. Rasul Paulus menulis bahwa kita adalah tubuh dan yang paling lemah paling dilindungi. “Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus.” (1Kor 12:23). Tapi ajaran ini sulit diterapkan dalam masyarakat bahkan Gereja sekalipun sebab dalam tubuh Gereja pun dipakai ukuran yang ada dalam masyarakat, meski Gereja mengaku sebagai Kerajaan Allah. Kehadiran orang berdosa, orang rendahan, dianggap dapat menganggu, sehingga mereka sering disingkirkan atau tidak dipedulikan. Mereka tidak mendapat peran dan suara mereka tidak didengar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar