Aku masih ingat ketika masuk SD pertama kali. Umurku saat itu belum cukup, sehingga menjadi yang paling kecil di sekolah. Aku terpaksa masuk SD sebab di TK sudah 3 tahun. Aku anak nomor 4. Ketika kakakku yang nomor dua masuk TK aku diikutkan, sebab kata ibu aku selalu merengek ingin sekolah. Akhirnya aku diikutkan sekolah bersama kakakku. Kakak nomor dua masuk SD dan kakak nomor 3 masuk TK. Aku pun tetap sekolah di TK yang sama dengan status murid nunut. Setelah kakak lulus dan masuk SD, maka aku sekolah sendiri meski umurku masih belum cukup untuk TK. Tapi aku merasa nyaman sebab sudah mengenal guru-gurunya. Setelah setahun sekolah aku harus melanjutkan ke SD, sebab sudah terlalu lama di TK. Aku masuk SD sebagai murid yang paling kecil.
Pertama kali masuk SD aku sangat takut. Sebab semua menjadi asing. Kakak-kakakku memang sekolah disana tapi berbeda jam masuknya. Aku merengek ingin satu kelas dengan salah dari mereka, tapi tidak mungkin. Maka aku harus di kelas sendiri. Hari pertama ibu menunggui. Aku merasa aman dan tenang sebab melihat ibu ada di dekat pintu. Tapi ibu tidak mungkin harus menungguiku setiap hari, sebab harus memasak. Saat itu ibu jualan makanan. Aku merengek minta ditunggui. Ibu hanya bisa mengatar. Sebelum ibu pergi dia selalu mengatakan jangan takut sebab ibu akan melihat dari rumah. Aku percaya bahwa ibu akan menjagaku meski sosoknya tidak kulihat.
Iman adalah kepercayaan penuh kepada Allah yang diyakini sebagai kebenaran meski orang tidak pernah melihat Allah. Bagi orang yang tidak beriman apa yang tidak dapat dilihat itu tidak dapat dipercaya. Bertrand Russel (18 Mei 1872 – 2 Februari 1970), seorang filsuf dan ahli matematika dari Inggris berpendapat "Where there is evidence, no one speaks of 'faith'. We do not speak of faith that two and two are four or that the earth is round. We only speak of faith when we wish to substitute emotion for evidence.” Iman bukan hanya emosi tapi sebuah keputusan untuk menyerahkan seluruh diri dan hidup pada Allah. Memang Allah tidak dapat dibuktikan secara fisik seperti tapi bukan berarti yang tidak dapat dibuktikan secara fisik itu tidak ada. Sama ketika aku dikelas aku tidak dapat membuktikan ibuku secara fisik, sebab ibu ada di rumah. Tapi bukan berarti ibu tidak ada atau keberadaan ibu hanya rekaanku saja.
Aku percaya bahwa ibu akan menjagaku meski aku tidak melihatnya. Perkataan ibu agar aku jangan takut sebab dia akan menjagaku, merupakan janji yang kupegang. Di kelas aku menghadapi realita hidup yang sering membuatku takut, sedih, bahagia dan sebagainya. Pada saat ketakutan dan kecemasan datang, aku ingat perkataan ibu agar aku jangan takut, sebab ibu akan menjagaku. Aku menjadi berani untuk mengatasi masalah yang kuhadapi meski ibu di rumah tenggelam dalam kesibukannya memasak. Aku yakin seyakinnya bahwa ibu tidak akan selalu mengingatku seharian. Bila dia sedang melakukan pekerjaannya pasti semua pikiran dan perhatian ada dalam apa yang sedang dilakukannya. Tapi bukan berarti aku dilupakan oleh ibu.
Yesus bersabda, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:20). Yesus memang sudah tidak dapat dibuktikan secara fisik keberadaannya saat ini, tapi bukan berarti tidak ada. Dia juga bukan tokoh masa lalu yang tidak terkait dengan masa kini. Dari kisah hidupNya kita yakin bahwa Dia adalah Putra Allah yang berkuasa sepanjang segala jaman. Hal yang membuatku yakin bahwa Yesus tidak akan mengingkari janjinya karena Dia sudah terbukti sepanjang hidupNya punya kuasa yang tidak terbayangkan oleh manusia. Dia pun mencintai manusia dengan sepenuh diri sehingga rela mengurbankan nyawaNya. Cinta dan kuasa yang besar membuatku percaya bahwa apa yang dikatakanNya pasti bukan sebuah janji kosong. Jika dengan janji ibu saja aku percaya maka tidak mungkin aku tidak percaya pada Yesus. Tapi memang hal ini tidak mudah, sebab aku sering mencari pembuktian yang mengandaikan sesuatu yang dapat kuindrai. Maka perlu bagiku untuk memupuk cinta padaNya sehingga aku tanpa ragu menyerahkan segala hidupku padaNya.
Pertama kali masuk SD aku sangat takut. Sebab semua menjadi asing. Kakak-kakakku memang sekolah disana tapi berbeda jam masuknya. Aku merengek ingin satu kelas dengan salah dari mereka, tapi tidak mungkin. Maka aku harus di kelas sendiri. Hari pertama ibu menunggui. Aku merasa aman dan tenang sebab melihat ibu ada di dekat pintu. Tapi ibu tidak mungkin harus menungguiku setiap hari, sebab harus memasak. Saat itu ibu jualan makanan. Aku merengek minta ditunggui. Ibu hanya bisa mengatar. Sebelum ibu pergi dia selalu mengatakan jangan takut sebab ibu akan melihat dari rumah. Aku percaya bahwa ibu akan menjagaku meski sosoknya tidak kulihat.
Iman adalah kepercayaan penuh kepada Allah yang diyakini sebagai kebenaran meski orang tidak pernah melihat Allah. Bagi orang yang tidak beriman apa yang tidak dapat dilihat itu tidak dapat dipercaya. Bertrand Russel (18 Mei 1872 – 2 Februari 1970), seorang filsuf dan ahli matematika dari Inggris berpendapat "Where there is evidence, no one speaks of 'faith'. We do not speak of faith that two and two are four or that the earth is round. We only speak of faith when we wish to substitute emotion for evidence.” Iman bukan hanya emosi tapi sebuah keputusan untuk menyerahkan seluruh diri dan hidup pada Allah. Memang Allah tidak dapat dibuktikan secara fisik seperti tapi bukan berarti yang tidak dapat dibuktikan secara fisik itu tidak ada. Sama ketika aku dikelas aku tidak dapat membuktikan ibuku secara fisik, sebab ibu ada di rumah. Tapi bukan berarti ibu tidak ada atau keberadaan ibu hanya rekaanku saja.
Aku percaya bahwa ibu akan menjagaku meski aku tidak melihatnya. Perkataan ibu agar aku jangan takut sebab dia akan menjagaku, merupakan janji yang kupegang. Di kelas aku menghadapi realita hidup yang sering membuatku takut, sedih, bahagia dan sebagainya. Pada saat ketakutan dan kecemasan datang, aku ingat perkataan ibu agar aku jangan takut, sebab ibu akan menjagaku. Aku menjadi berani untuk mengatasi masalah yang kuhadapi meski ibu di rumah tenggelam dalam kesibukannya memasak. Aku yakin seyakinnya bahwa ibu tidak akan selalu mengingatku seharian. Bila dia sedang melakukan pekerjaannya pasti semua pikiran dan perhatian ada dalam apa yang sedang dilakukannya. Tapi bukan berarti aku dilupakan oleh ibu.
Yesus bersabda, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:20). Yesus memang sudah tidak dapat dibuktikan secara fisik keberadaannya saat ini, tapi bukan berarti tidak ada. Dia juga bukan tokoh masa lalu yang tidak terkait dengan masa kini. Dari kisah hidupNya kita yakin bahwa Dia adalah Putra Allah yang berkuasa sepanjang segala jaman. Hal yang membuatku yakin bahwa Yesus tidak akan mengingkari janjinya karena Dia sudah terbukti sepanjang hidupNya punya kuasa yang tidak terbayangkan oleh manusia. Dia pun mencintai manusia dengan sepenuh diri sehingga rela mengurbankan nyawaNya. Cinta dan kuasa yang besar membuatku percaya bahwa apa yang dikatakanNya pasti bukan sebuah janji kosong. Jika dengan janji ibu saja aku percaya maka tidak mungkin aku tidak percaya pada Yesus. Tapi memang hal ini tidak mudah, sebab aku sering mencari pembuktian yang mengandaikan sesuatu yang dapat kuindrai. Maka perlu bagiku untuk memupuk cinta padaNya sehingga aku tanpa ragu menyerahkan segala hidupku padaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar