Perempuan Kanaan terus memohon pada Yesus meski permohonan itu tampak ditolak. Dalam seluruh Injil hanya ada satu kisah penolakan Yesus terhadap permintaan seseorang. Dalam kisah perkawinan di Kanaan, Yesus lebih mempertanyakan sikap Maria yang menyodorkan masalah padaNya daripada penolakan. Pertanyaan Yesus disebabkan Dia merasa bahwa waktunya belum tiba untuk membuat mujijat di depan umum. Tapi Maria seolah memaksa Yesus untuk melakukan sesuatu ketika ada orang yang sedang kesulitan. Dalam kisah perempuan Kanaan ini Yesus jelas sekali menolak dan berkata kasar pada seorang perempuan yang sedang menderita.
Seandainya kita yang menjadi perempuan Kanaan itu apakah yang akan terjadi? Kemungkinan besar kita akan segera meninggalkan Yesus dengan hati yang panas. Kita akan mencaci maki Yesus dan tidak pernah akan percaya padaNya. Atau mungkin mengerahkan seluruh lelaki di Tirus dan Sidon untuk mengusir Yesus dari situ. Sudah sering aku mendengar kisah tentang orang yang meninggalkan agamanya karena merasa kecewa terhadap Allah. Ketika dia sedang menderita lalu dia berdoa memohon belas kasih Allah dan berharap Allah akan melepaskannya dari penderitaan. Ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Penderitaannya tidak terselesaikan bahkan semakin banyak penderitaan lain yang susul menyusul. Situasi hidup yang sedang dialami berbenturan dengan konsep Allah yang penuh belas kasihan yang sudah tertanam dalam dirinya. Kemarahan semakin kuat bila penderitaan ini bukan disebabkan oleh kesalahannya dan orang-orang meninggalkannya atau tidak peduli padanya.
Yesus memang pernah bersabda, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Mat 7:7). Dia pun menjelaskan bahwa Allah adalah Bapa yang baik hati yang akan memberikan hal terbaik bagi anak-anakNya. Sabda Yesus ini menjadi pegangan kuat bagi banyak orang sehingga mereka yakin dengan berdoa maka Yesus akan memberikan apa yang dikehendakinya. Ketika aku masih kanak-kanak, bila baju atau sepatuku rusak, maka ibu akan mengatakan “jangan kuatir nanti ibu belikan yang bagus.” Tapi aku tahu ibu tidak akan membelikan saat itu juga. Ibu membutuhkan waktu untuk mengumpulkan uang terlebih dan setelah cukup baru membelikannya. Hal ini bukan ibu bohong padaku tapi ibu menunggu waktu yang tepat untuk memberikannya padaku.
Yesus pun tidak bersabda bahwa bila kita meminta maka langsung diberi. Yesus hanya sekali langsung memberikan apa yang diminta saat Dia tergantung di salib dan salah satu penjahat meminta agar Dia mengingatnya bila masuk ke dalam Surga, “Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43). Tuhan bukanlah seperti kotak mesin minuman ringan yang bila kita memasukan koin maka langsung keluar minuman seperti yang kita pesan. Bila kita berdoa langsung Allah memberi apa yang kita inginkan. Allah adalah pribadi yang berkuasa, sehingga dapat menentukan apa yang terbaik menurut Dia bukan menurut kita. Bila Allah seperti kotak minuman, maka Allah ada dalam kuasa kita. Dia menjadi hamba yang akan menuruti segala perintah kita. Padahal kita adalah hamba yang memohon belas kasihNya.
Beberapa orang berusaha menipu dengan orang dengan meyakinkan akan kebaikan Allah yang seperti kotak minuman. Memang kita akan senang mempunyai Allah seperti itu. Allah yang siap menuruti semua keinginan kita. Allah yang siap menyelesaikan masalah kita. Tapi hal ini bukan konsep Allah yang benar. Ini hanya iklan dari beberapa orang agar semakin banyak orang bergabung dengannya. Salah satu nilai yang menguat pada jaman ini adalah budaya instant. Semua ingin cepat dan mudah. Dengan sekali menuangkan air maka orang sudah dapat menikmati mie rebus. Tidak perlu bersusah payah. Budaya instan sudah merasuk dalam kehidupan beriman. Sekali doa maka segala masalah selesai. Kita perlu belajar dari perempuan Kanaan yang tekun dan teguh dalam berdoa. Dia tidak tergoyahkan untuk terus bersandar pada Yesus.
Seandainya kita yang menjadi perempuan Kanaan itu apakah yang akan terjadi? Kemungkinan besar kita akan segera meninggalkan Yesus dengan hati yang panas. Kita akan mencaci maki Yesus dan tidak pernah akan percaya padaNya. Atau mungkin mengerahkan seluruh lelaki di Tirus dan Sidon untuk mengusir Yesus dari situ. Sudah sering aku mendengar kisah tentang orang yang meninggalkan agamanya karena merasa kecewa terhadap Allah. Ketika dia sedang menderita lalu dia berdoa memohon belas kasih Allah dan berharap Allah akan melepaskannya dari penderitaan. Ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Penderitaannya tidak terselesaikan bahkan semakin banyak penderitaan lain yang susul menyusul. Situasi hidup yang sedang dialami berbenturan dengan konsep Allah yang penuh belas kasihan yang sudah tertanam dalam dirinya. Kemarahan semakin kuat bila penderitaan ini bukan disebabkan oleh kesalahannya dan orang-orang meninggalkannya atau tidak peduli padanya.
Yesus memang pernah bersabda, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Mat 7:7). Dia pun menjelaskan bahwa Allah adalah Bapa yang baik hati yang akan memberikan hal terbaik bagi anak-anakNya. Sabda Yesus ini menjadi pegangan kuat bagi banyak orang sehingga mereka yakin dengan berdoa maka Yesus akan memberikan apa yang dikehendakinya. Ketika aku masih kanak-kanak, bila baju atau sepatuku rusak, maka ibu akan mengatakan “jangan kuatir nanti ibu belikan yang bagus.” Tapi aku tahu ibu tidak akan membelikan saat itu juga. Ibu membutuhkan waktu untuk mengumpulkan uang terlebih dan setelah cukup baru membelikannya. Hal ini bukan ibu bohong padaku tapi ibu menunggu waktu yang tepat untuk memberikannya padaku.
Yesus pun tidak bersabda bahwa bila kita meminta maka langsung diberi. Yesus hanya sekali langsung memberikan apa yang diminta saat Dia tergantung di salib dan salah satu penjahat meminta agar Dia mengingatnya bila masuk ke dalam Surga, “Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43). Tuhan bukanlah seperti kotak mesin minuman ringan yang bila kita memasukan koin maka langsung keluar minuman seperti yang kita pesan. Bila kita berdoa langsung Allah memberi apa yang kita inginkan. Allah adalah pribadi yang berkuasa, sehingga dapat menentukan apa yang terbaik menurut Dia bukan menurut kita. Bila Allah seperti kotak minuman, maka Allah ada dalam kuasa kita. Dia menjadi hamba yang akan menuruti segala perintah kita. Padahal kita adalah hamba yang memohon belas kasihNya.
Beberapa orang berusaha menipu dengan orang dengan meyakinkan akan kebaikan Allah yang seperti kotak minuman. Memang kita akan senang mempunyai Allah seperti itu. Allah yang siap menuruti semua keinginan kita. Allah yang siap menyelesaikan masalah kita. Tapi hal ini bukan konsep Allah yang benar. Ini hanya iklan dari beberapa orang agar semakin banyak orang bergabung dengannya. Salah satu nilai yang menguat pada jaman ini adalah budaya instant. Semua ingin cepat dan mudah. Dengan sekali menuangkan air maka orang sudah dapat menikmati mie rebus. Tidak perlu bersusah payah. Budaya instan sudah merasuk dalam kehidupan beriman. Sekali doa maka segala masalah selesai. Kita perlu belajar dari perempuan Kanaan yang tekun dan teguh dalam berdoa. Dia tidak tergoyahkan untuk terus bersandar pada Yesus.
Saya kira disini Yesus mau menguji kesungguhan perempuan kanaan itu, apakah ia memang meminta dengan sungguh atau hanya sekedar saja. Ibaratnya jika dikabulkan sukur jika tidak dikabulkan ya ndak apa apa. Sikap seperti ini tidak dikehendaki oleh Tuhan Yesus. Sikap yang ngotot, teguh dan tak kenal lelah pasti berbuah Kiranya demikian, amin.
BalasHapusBenar sekali pendapat Bapak, kita sering tidak kukuh dalam permohonan dan mudah putus asa bila sedang memohon. Apakah ini pengaruh budaya instant? ya mungkin saja
BalasHapus