Kamis, 28 Oktober 2010

YESUS DAN ZAKHEUS: BUAH PERTOBATAN



Zakheus sangat suka cita sebab diperlakukan oleh Yesus sebagai orang terhormat. Dia disadarkan oleh Yesus akan hakekatnya sebagai manusia yang mulia, citra Allah. Manusia. Dia yang dipulihkan dan diterima oleh Yesus membuatnya menyadari segala kesalahan dan dosanya. Zakheus bertobat dengan mengembalikan hartanya pada yang berhak. Dosa Zakheus adalah dosa keserakahan akan uang, maka wujud pertobatanya adalah mengembalikan apa yang telah dirampasnya kepada kaum miskin dan orang yang pernah ditindasnya. Dia mengembalikan berlipat ganda sebab dalam aturan dia seharusnya hanya mengembalikan apa yang telah dirampasnya ditambah seperlima (Im 6:1-5). Tapi Zakheus mengganti 4 kali lipat atau 400% dari yang dirampasnya.

Pertobatan harus nyata dalam perbuatan. Pertobatan bukan hanya penyesalan dalam hati tapi kesadaran akan kesalahan yang mendorong untuk memperbaiki kesalahannya dengan mengubah tingkah laku yang melawan keadilan atau menyebabkan sesama kehilangan martabatnya sebagai citra Allah. “Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.” Luk 3:8). Perubahan tingkah laku itu sesuai dengan apa yang telah dilanggarnya. Zakheus telah merampas dan korupsi maka wujud pertobatannya ialah dengan memberikan hartanya pada kaum miskin dan mengembalikan apa yang dirampasnya secara berlipat ganda.

Menurut Political and Economic Risk Consultan (PERC), yang dikeluarkan pada Maret 2010 Indonesia adalah negara paling korup di kawasan Asia Pasifik. Urutan nomor dua adalah Kamboja dan yang paling bersih adalah Singapura. Memang korupsi dan pemerasan seperti sudah menjadi bagian hidup sehari-hari. Dimana-mana kita dapat menemukan kasus korupsi dan pemerasan, bahkan yang sangat memprihatinkan departemen yang paling korup adalah departemen agama. Kita pun mungkin sering mengalami pemerasan dalam segala bidang. Pada akhir-akhir ini memang sudah ada KPK yang berusaha mengusut para koruptor. Tapi KPK seperti menghadapi sebuah gurita yang sangat besar, sehingga tidak mampu melakukannya dengan tuntas. Para koruptor pun yang terbukti bersalah sering kali mendapat hukuman yang cukup ringan dibanding kejahatan obat terlarang atau pembunuhan. Mereka hanya menjalani hukuman tapi tidak ada pertobatan seperti Zakheus.

Kita sering mendengar bahwa negara kita adalah negara beragama. Tapi maksud negara agama adalah bahwa semua penduduk harus mencantumkan salah satu agama yang telah disahkan oleh pemerintah pada tanda pengenal resmi seperti KTP, SIM, KTM dan sebagainya. Pada akhir-akhir ini memang ada kelompok-kelompok yang gencar bertindak atas nama agama untuk menyerang apa yang dianggap melanggar agamanya bahkan ada orang yang rela mati demi agama. Saat ini juga semakin banyak orang yang memakai atribut agamanya. Tapi bila melihat korupsi yang merajalela yang mengakibatkan kemiskinan yang semakin parah, maka timbul pertanyaan apakah agama tidak mengajarkan pertobatan? Semua agama mengajarkan agar orang yang berdosa bertobat, tapi pertobatan itu hanya berhenti pada rasa sesal dalam hati dan tidak terwujud dalam perubahan tingkah laku atau tidak menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatannya itu.

Ajaran pertobatan yang sering aku dengar adalah agar kaum pendosa dapat masuk surga atau agar dia tidak akan tertimpa penderitaan yang dianggap sebagai hukuman dari Allah atau hidup mereka akan diberkati Allah. Semua hanya berpusat pada diri sendiri. Padahal setiap dosa mempunyai akibat pada sesama. Bila hanya ditekankan untuk memperbaiki hubungan dengan Allah maka apa yang kita rusak dalam hidup sesama belum kita perbaiki. Bertobat bukan hanya memperbanyak doa atau melakukan ibada atau tidak melakukan dosa lagi. Bertobat juga usaha untuk memperbaiki tata dunia menjadi lebih baik lagi. Memperbaiki relasi dengan sesama yang telah kita rusak. Pertobatan Zakheus bukan sekedar menyesali dan mengarahkan hati kepada Allah tapi berwujud nyata yang dapat dirasakan oleh orang yang pernah diperlakukan tidak adil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger