Rabu, 06 Oktober 2010

MARIA DI PERKAWINAN KANA: PEDULI


Perkawinan di Kanaan yang di Galilea merupakan kisah mujijat atau tanda Yesus yang pertama menurut Injil Yohanes. Dalam kisah mujijat itu tidak terlepas dari peran Maria. Menurut beberapa buku tafsir, Maria ada di pesta itu sebab penyelenggara pesta masih kerabatnya. Dalam catatan Injil berbahasa Koptik atau Mesir kuno mengatakan bahwa itu adalah pesta pernikahan anak Salome, saudara perempuan Maria. Apakah catatan itu benar atau tidak masih banyak diperdebatkan. Tapi Maria disana bukan sekedar tamu. Dia mungkin menjadi kepala pesta yang bertanggungjawab terhadap kelancaran pesta perkawinan itu, sehingga dia tahu anggur habis dan dia dapat menyuruh para pelayanan untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesus.

Habisnya anggur merupakan masalah besar bagi penyelenggara pesta. Anggur bukan sekedar minuman tapi untuk membuat suka cita dan kemeriahan sebuah pesta. Minum anggur bukan untuk mabuk-mabukan sebab mabuk adalah sebuah perbuatan yang kurang terpuji dan dilarang Allah “Roti tidak kamu makan, anggur atau minuman yang memabukkan tidak kamu minum -- supaya kamu tahu bahwa Akulah TUHAN, Allahmu.” (Ul 29:6), maka orang minum anggur dicampur air agar tidak mabuk. Tapi dalam sebuah pesta kehabisan anggur merupakan tamparan bagi penyelenggara pesta. Dia akan malu dan merasa terhina. Maka habisnya anggur merupakan masalah harga diri.

Maria peduli pada situasi yang sedang terjadi. Kepeduliannya muncul disebabkan ada rasa tanggungjawabnya untuk menjaga nama baik atau agar orang tidak direndahkan martabatnya. Di sekitar kita banyak orang direndahkan martabatnya ketika dia sedang menghadapi situasi hidup yang tidak menyenangkan. Orang yang aktif pelayanan tiba-tiba anaknya ditangkap polisi sebab terjerat kasus narkoba. Pemudi yang kurang hati-hati sehingga hamil diluar nikah dan sebagainya. Mereka menanggung malu bila apa yang dialaminya diketahui masyarakat. Mereka ingin bersembunyi tapi tidak semua itu tidak mungkin disembunyikan sebab masyarakat akan tahu.

Tapi kita sering kurang peduli pada orang-orang yang mengalami situasi berat dalam hidupnya. Kita tahu tapi pura-pura tidak tahu dengan alasan kita tidak ingin terlibat dalam masalah orang lain. Bahkan lebih parah lagi kita menyingkiri mereka atau hanya menjadikan mereka sebagai bahan gunjingan sambil mencibirkan bibir. Ketidakpedulian disebabkan mungkin kejadian seperti itu sudah sering kita lihat, sehingga menjadi suatu yang biasa. Sebagai bagian dari kehidupan yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Mungkin semula kita mempunyai kepekaan akan penderitaan sesama, tapi oleh karena terlalu banyak dan menjadi seperti hal yang seolah wajar maka hati kitapun menjadi tumpul. Tidak ada lagi dorongan yang menggerakkan kita untuk berbuat sesuatu bagi kurban.

Menguatnya individualisme menyebabkan kita tidak peduli pada penderitaan sesama. Kita sibuk bergulat dengan masalah kita sendiri. Apalagi kita pun sering dirundung masalah yang menekan dan harus diselesaikan, sehingga kita merasa bahwa setiap orang harus mampu menghadapi masalahnya sendiri. Selain itu ketiadaan gerak untuk peduli, sebab mungkin kita pun pernah mengalami masalah dan tidak ada satu orang pun yang peduli. Lalu kita mengukur orang lain dari diri kita sendiri. Bila kita mampu melalui masalah yang pernah kita alami maka orang lain pun harus kuat dan mampu.

Pada dasarnya manusia mempunyai kepekaan akan penderitaan sesama. Kita sering tersentuh bila melihat orang menderita. Tapi karena kita sudah terbiasa untuk menutup diri maka perlu membuka kembali rasa kepekaan itu. Kita perlu melatih diri. Memang ada orang yang punya anugerah sangat tanggap dan peduli, tapi lebih banyak orang yang hatinya membeku. Untuk itu kita perlu membangun komitmen untuk peduli pada sesama. Kita dapat mulai membayangkan seandainya kita yang mengalami. Kalau toh kita pernah mengalami kepahitan, maka kita dapat membayangkan lagi masa itu bahwa kita akan senang bila ada orang yang peduli. Latihan kecil akan membuat kita peka seperti Maria yang tanggap dan peduli pada masalah orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger