Kamis, 07 Oktober 2010

MARIA DI PERKAWINAN KANA: PERANTARA


Ketika melihat anggur habis yang dapat menjadi masalah besar bagi penyelenggara pesta maka Maria mengatakan itu pada Yesus. "Mereka kehabisan anggur.” (Yoh 2:3). Dia tidak meminta atau menyuruh Yesus agar mengusahakan anggur. Maria hanya memaparkan situasi yang mendesak dan penting. Apa yang dilakukan oleh Maria ini sebetulnya salah sasaran. Seharusnya habisnya anggur dikatakan pada pemilik rumah bukan kepada Yesus yang juga merupakan tamu. Mungkin saja Maria sudah memberi tahu penyelenggara pesta, tapi mungkin mereka tidak mampu mengatasi situasi yang tidak menguntungkan ini. satu-satunya jalan Maria memaparkan masalah pada Yesus. Dia percaya bahwa Yesus pasti mampu mengatasi masalah ini, maka dia meminta para pelayan agar mentaati apa yang dikatakan oleh Yesus.

Maria mengkaitkan masalah ini dengan Yesus. Gereja percaya bahwa Maria adalah orang Kristen yang pertama. Dialah orang beriman yang pertama. Dari sedikit kisah tentang Maria dalam Injil Matius, Lukas dan Yohanes serta Kisah Para Rasul, kita bisa melihat gambaran iman Maria. Lukas menggambarkan Maria yang begitu pasrah pada kehendak Allah, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38). Seorang ahli Kitab Suci berpendapat bahwa Maria menjadi bingkai Injil Yohanes. Dia muncul di awal Injil dan pada akhir Injil dimana Yesus menyerahkan muridNya kepada Maria dan menyerahkan Maria kepada muridNya sebagai wakil dari Gereja.

Dalam perkawinan di Kana Maria menjadi perantara untuk memaparkan penderitaan manusia kepada Yesus. Dia bukan akan menyelesaikan masalah, tapi dia membawa masalah manusia kepada Yesus. Hal ini juga terjadi sampai saat ini, sebab Injil bukanlah tulisan sejarah, yang menggambarkan sebuah kejadian pada masa lalu dan tidak ada kaitannya dengan masa kini. Injil adalah Sabda Allah yang aktual sampai kapanpun juga. Memang ada orang yang menolak peran Maria ini. Mereka berpendapat bahwa peran Maria sudah selesai sampai kelahiran Yesus. Maria hanya manusia biasa yang tidak berperan dalam sejarah keselamatan dan sebagainya. Di sisi lain ada orang yang begitu mengagungkan Maria sampai menggeser peran Yesus. Maria dianggap pribadi yang mampu menyelesaikan masalah, maka dalam doa dia meminta pada Maria agar mampu membantunya menyelesaikan masalah.

Dalam doa-doa kita mengungkapkan masalah kepada Maria dan dia akan membawa pada Yesus. Hal ini bukan sebuah birokrasi yang panjang yaitu harus melalui Maria dahulu baru sampai pada Yesus. Kita bisa saja berdoa langsung pada Yesus seperti orang-orang yang langsung meminta pertolongan pada Yesus. Tapi dalam peristiwa di Kana ini menunjukkan ada kekuatan dalam pribadi Maria sehingga Yesus yang semula masih enggan untuk menunjukkan tanda akhirnya membuat tanda yaitu mengubah air menjadi anggur. Yesus melakukan itu bukan karena rasa hormat pada Maria sebagai ibuNya, yang terikat darah, melainkan karena iman Maria. Ikatan darah dilepas oleh Yesus dan diganti oleh ikatan akan iman, “Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Mat 12:50). Maria adalah orang yang melakukan kehendak Bapa secara penuh dengan kesiapannya untuk menerima Yesus dalam rahimnya.

Maria juga mengajarkan kepada kita untuk melakukan apa yang dikehendaki Yesus, “Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2:5). Perintah ini bukan hanya kepada para pelayan, tapi kepada kita semua. Kita diperintahkan untuk mendengarkan dan melakukan apa yang dikehendaki Yesus dalam hidup kita. Inilah iman. “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Rm 10:17). Maria sudah melakukan hal itu terlebih dahulu. Dia mendengarkan perkataan malaikat dan melakukannya. Dengan perintah ini Maria hendak menunjukkan posisi Yesus dalam kehidupan manusia. Kita tidak hanya meminta padaNya tapi juga mendengarkan SabdaNya dan melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger